Nabi Muhammad Saw adalah salah satu makhluk agung dari kalangan manusia yang pernah berjumpa dengan sang khalik. Isra mi’raj merupakan peristiwa dimana nabi Muhammad Saw diperjalankan dari masjid al-haram ke masjid al-aqsha dan diangkat ke langit dan menuju sidratul munthaha berjumpa dengan allah Swt, yang intinya membawa pesan perintah shalat. Salah satu hal menarik dari peristiwa isra mi’raj ini, benarkah isra mi’raj ini merupakan peristiwa perjalanan nabi Muhammad ini merupakan perjalanan imajinasi?
Para nabi dan rosul yang dianugrahi mukjizat oleh Allah Swt seperti nabi Ibrahim yang tahan oleh api, nabi musa dengan kehebatan tongkatnya dapat membelah lautan, nabi sulaiman yang bisa berbicara dengan semut, nabi isa dapat menhidupkan orang yang sudah mati, an masih banyak para nabi dan rosul lainnya yang dianugrahi mukjizat yang sungguh luar biasa. Dapat diketahui bahwa mukjizat itu akan terjadi apabila memenuhi dua syarat: pertama, mukjizat terjadi dan bertentangan melawan hukum alam, kedua, ada orang yang menyaksikan peristiwa terjadinya mukjizat. Persoalannya ada beberapa hal ambigu yang dapat kita ketahui dalam peristiwa isra mi’raj ini, diantaranya:
1. perjalanan tersebut terjadi dalam waktu satu malam
Dalam keterangan tersebut banyak hadits yang menjelaskan bahwa nabi Muhammad melakukan perjalanan dalam waktu satu malam saja. Sudah jelas tidak diterima oleh akal sehat bagaimana perjalanan yang teramat jauh ke luar angkasa bertriliyun juta jarak jauhnya perjalanan dapat diselesaikan hanya dengan satu malam saja. Mukjizat memang selalu melawan hukum alam, persoalannya adakah orang yang menyaksikannya?
2. Buroq sebagai kendaraan dalam peristiwa isra mi’raj
Burok itu berasal dari kata baroko-barqun yang berarti kilat atau petir, selama ini apa yang dipahami dalam istilah buroq ini bukan merupakan hewan tunggangan kuda bersayap yang selalu digambarkan dalam imajinasi kita, boleh jadi hal tersebut merupakan istilah untuk diperjalanankannya nabi secepat kilat saja.
3. Nabi menjadi imam bagi para malaikat
Dalam redaksi tersebut sudah lumrah tersebar, bahwa malaikat jibril melakukan shalat berjamaah, dan nabi Muhammad seorang diri yang menjadi imamnya. Ada sebuah kekeliruan ketika nabi menuju ke langit ke-7 penjaga langit yaitu jibril malah bertanya kepada nabi, siapa yang akan datang ucap jibril, Padahal sebelumnya jibril telah melakukan shalat berjamaah dengan nabi.
4. Musa menyarankan nabi mengurangi jumlah rakaat shalat
Salah satu kekeliruan yang besar, jika kita melihat siapa nabi yang paling agung diantara musa dan kanjeng nabi Muhammad? sudah sangat jelas rosul Muhammad lah yang mejadi nabi panutan seluruh umat. Ketika turun ke langit ke empat berjumpa dengan nabi musa, maka musa berkata “kembali lah engkau Muhammad kepad allah, dan mintalah pengurangan jumlah raka’at shalatmu” nabi menghadap lagi kepada allah untuk mengurangi jumlah rakaat shalat dari 50 sampai berjumlah 5 rakaat salat.
Peristiwa ini ma’ruf diketahui oleh banyak orang, bahwa nabi benar benar tidak mengajak seorangpun dalam peristiwa isra mi’raj ini, dan inilah yang menjadi salah satu hujjah dan persoalan diantara para kalangan intelek beserta ulama, bahwa perjalanan nabi ini merupakan sekedar perjalanan imajinasi saja karena tidak ada seorang pun yang menyaksikan dalam peristiwa tersebut. Tentu peristiwa isra mi’raj perlu kita yakini kebenarannya berdasarkan firman allah yang berbunyi :
سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Isra:1)
Wallaahu a’lam bishwaab. (ISF-28)