Sejarah Hari Gunung Internasional
Hari Gunung Internasional pertama kali ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1992, bersamaan dengan digelarnya Earth Summit di Rio de Janeiro. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pegunungan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dunia. Gunung tidak hanya menjadi sumber kehidupan bagi manusia melalui air, udara bersih, dan keanekaragaman hayati, tetapi juga berfungsi sebagai penopang stabilitas bumi, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an, “Dan Dia menancapkan gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama kamu” (QS. An-Nahl: 15).
Gunung Sebagai Penyeimbang Alam
Gunung, dengan segala perannya, memiliki nilai ekologis yang tak tergantikan. Gunung menjadi sumber mata air yang menopang kebutuhan manusia. Namun, aktivitas manusia yang cenderung mengeksploitasi alam demi keuntungan sesaat, seperti deforestasi dan pengambilan air oleh perusahaan besar, telah mengancam keseimbangan ini. Akibatnya, ekosistem terganggu, erosi meningkat, dan bencana seperti longsor dan banjir pun menjadi ancaman nyata.
Ancaman dari Eksploitasi Sumber Daya
Contoh nyata dapat dilihat dari praktik perusahaan besar yang menyedot air dari sumber gunung untuk dikomersialkan. Ironisnya, air yang seharusnya menjadi hak semua makhluk hidup, kini diperjualbelikan kepada masyarakat. Selain itu, kebutuhan kertas yang signifikan juga turut menjadi pemicu penggundulan hutan. Ketika pohon-pohon pelindung sumber air hilang, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh ekosistem tetapi juga manusia itu sendiri.
Solusi Berbasis Komunitas
Menanam kembali hutan dan menjaga vegetasi gunung menjadi langkah penting untuk menjaga ekosistem ini. Pohon-pohon besar seperti Raksamalaka di Gunung Salak adalah contoh bagaimana alam dapat bertahan dengan usia panjang jika dilindungi. Maka dari itu, gerakan reboisasi menjadi langkah nyata yang dapat dilakukan oleh setiap individu maupun komunitas untuk mempertahankan fungsi pegunungan sebagai penyeimbang bumi.
Hari Gunung Internasional 2024
Pada tanggal 18 Desember 2024, sebuah aksi menanam pohon akan dilakukan oleh Perkumpulan Amanah Sport Sehat Bersama (ASSB) Bandung melalui Divisi Lingkungan Hidupnya. Ketua Divisi Lingkungan Hidup, Deny Sulaeman, S.E kepada JKP menyampaikan, "bertempat di Gunung Cakrabuana, Malangbong, Garut, kegiatan ini akan menjadi bagian dari peringatan Hari Gunung Internasional yang diisi dengan penanaman pohon secara masif. Langkah ini tidak hanya untuk memperingati Hari Gunung Internasional, tetapi juga sebagai upaya melestarikan alam demi keberlanjutan generasi mendatang." paparnya
Target Ambisius: 4.000 Pohon di 10 Hektar
Menurut Deny, ASSB Bandung menetapkan target ambisius untuk menanam 4.000 pohon di area seluas 10 hektar. Dalam aksi ini, setiap hektar akan ditanami 400 pohon yang diharapkan mampu menyerap air dan mengembalikan fungsi gunung sebagai penyedia mata air. Proyek ini juga melibatkan masyarakat setempat melalui koordinasi dengan kepala desa dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Tiga Pilar Program Hijau
Tidak hanya penanaman pohon, ASSB Bandung juga menghadirkan tiga pilar program utama untuk mendukung keberlanjutan: presentasi edukasi lingkungan, pertanian terpadu, dan pengembangan agrowisata. Langkah ini diharapkan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat sekitar dan menjadi model pelestarian lingkungan berbasis pemberdayaan lokal.
Malangbong sebagai Sentral Hijau
Melalui program ini, ASSB Bandung ingin menjadikan Malangbong sebagai pusat keberlanjutan dan ekowisata berbasis gunung. Kawasan ini diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi wilayah lain untuk melakukan langkah serupa, yaitu menjaga keseimbangan antara eksploitasi sumber daya dan pelestarian alam.
ASSB Bandung dan Masa Depan Gunung
Aksi nyata yang dilakukan ASSB Bandung membuktikan bahwa menjaga gunung bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga besar, tetapi juga masyarakat umum. Dengan semangat kolaborasi, pelestarian lingkungan dapat menjadi solusi pegunungan untuk masa depan yang lebih hijau. "Mari bersama-sama wujudkan impian ini, dimulai dari langkah kecil seperti menanam pohon", pungkas Deny (AS-016)
"Tanam, tanam pohon kehidupan
Siram, siram, sirami dengan sayang
Tanam, tanam, tanam masa depan
Benalu, benalu, kita bersihkan
Biarkan anak cucu kita belajar di bawah pohon
Biarkan anak cucu kita menghirup udara segar
Biarkan mereka tumbuh bersama hijaunya daun
Jangan biarkan mereka mati dimakan hama kehidupan" - Tanam Siram (Iwan Fals, 2010)