Wabah Campak Meningkat, Indonesia Perlu Percepat Vaksinasi -->

Header Menu

Wabah Campak Meningkat, Indonesia Perlu Percepat Vaksinasi

Jurnalkitaplus
14/05/25

Ilustrasi 


JURNALKITAPLUS - Wabah campak dilaporkan kembali meningkat secara global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sebanyak 10,3 juta kasus campak terjadi sepanjang 2023, meningkat 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tren ini diperkirakan terus berlanjut pada 2024 dan 2025. Sebanyak 138 negara telah melaporkan kasus campak, dengan 61 negara di antaranya mengalami wabah besar.


Peningkatan kasus ini berkaitan erat dengan penurunan cakupan imunisasi saat pandemi Covid-19. Di Indonesia, risiko penularan campak dinilai masih tinggi akibat cakupan imunisasi yang belum optimal, mobilitas masyarakat yang tinggi, distribusi vaksin yang belum merata, serta masalah gizi buruk.


Di lansir dari Kompas, Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, mengingatkan bahwa penolakan terhadap vaksinasi di Indonesia masih menjadi tantangan, diperparah dengan lemahnya strategi komunikasi risiko dari pemerintah. Ia menilai percepatan vaksinasi campak menjadi hal mendesak agar sistem kesehatan masyarakat tidak semakin terbebani.


Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga menyoroti persoalan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi, yang diperburuk oleh penyebaran hoaks di media sosial. Menurutnya, edukasi tentang manfaat vaksin harus terus ditingkatkan agar masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh informasi keliru.


Saat ini, cakupan vaksinasi campak di Indonesia baru mencapai 87 persen, masih di bawah target minimal 95 persen. Ketimpangan antarwilayah juga terjadi, di mana enam provinsi sudah mencapai cakupan 100 persen, namun tujuh provinsi lainnya masih di bawah 50 persen. Kementerian Kesehatan terus melakukan imunisasi kejar bagi anak-anak yang belum mendapatkan vaksinasi lengkap.


Di tingkat global, krisis pendanaan menjadi kendala utama dalam upaya vaksinasi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. WHO mencatat pada 2023 terdapat 14,5 juta anak yang tidak menerima vaksin rutin, meningkat dibandingkan 2022.


WHO mengingatkan bahwa peningkatan penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan vaksinasi, seperti campak, meningitis, dan difteri, akan berdampak besar pada beban kesehatan dan ekonomi negara. Oleh karena itu, investasi dalam program vaksinasi menjadi sangat penting untuk mencegah krisis kesehatan yang lebih luas. (FG12)