Kenapa Kita Harus Bayar Kuota untuk Internetan? -->

Header Menu

Kenapa Kita Harus Bayar Kuota untuk Internetan?

Jurnalkitaplus
16/01/25




Setiap hari kita scroll-scroll Tiktok, ngegame, maraton sinetron, atau sekedar nonton tutorial di YouTube. Nah.. kuota internetnya pergi ke mana, sih? 

Padahal setiap bulannya kita bayar loh untuk kuota internet, ada yang 100 ribuan per bulan ada yang sampai jutaan per bulan, ada yang langganan 20 mbps per bulan, ada yang sampai ratusan mega per bulan. 

Ada yang pakai Wifi, ada yang pakai kabel, ada yang pakai GSM (Global System for Mobile Communications atau Sistem Global untuk Komunikasi Bergerak, di Indonesia misalnya Simpati, XL, Mentari, IM3, Three, dan Axis). 

Melansir YouTube Kios Komputer dalam unggahannya pada 31 Agustus 2024, internet itu sebenarnya gratis 100%. Free, tidak bayar sama sekali. 

Kita pakai di Indonesia, di luar negeri, di mana aja itu free 100% gratis. Mau pakai satu giga, mau pakai sepuluh giga, bahkan bertera-tera atau kita pakai live streaming di tiktok berbulan-bulan nonstop, itu tidak bayar sama sekali.. kok bisa? 

Pada dasarnya internet itu bisa terjadi jika ada hubungan koneksi. Contohnya kita ingin menonton YouTube. Pada saat kita memanggil servernya, YouTube, perjalanan dari kita ke YouTube dibutuhkan koneksi. 

Koneksinya bisa pakai kabel atau wireless. Nah di koneksi ini ada namanya transfer data dari a ke b, dari b ke a. Transfer data ini disebut internet. 

Jadi, internet adalah sebuah jalur atau jaringan media elektronik yang menghubungkan antara Media elektronik satu ke Media elektronik lainnya, secara global. 

Ada penyedia internet berskala besar, namanya NAP (Network Acces Provider). NAP ini menyediakan fasilitas, mulai dari kabel bawah tanah, bawah air, tiang-tiang, macam-macam pokoknya. 

Lalu NAP ini menjual kepada ISP (Regional Internet Provider). 

NAP membuat jaringan terlebih dulu, setelah jaringan-jaringan sudah terkoneksi, "Oke saya ecer ah," kata NAP. 

NAP di sini bagaikan toko grosirnya, "Bro kamu mau enggak pakai layanan NAP ku?" tanya NAP ke ISP. 

"Oh boleh Bos, berapa.. oh sekian sekian.." ISP menyetujui. ISP bisa dibilang sebagai resellernya. 

Nah setelah ISP membeli internet dari NAP, ISP menjual kepada kita pengguna: rumahan, kantor, publik, dan lain-lain. 

Contohnya Indosat sebagai ISP menyewa akses jaringan dari PT Telkom sang NAP, untuk menyediakan layanan internet kepada pelanggan-pelanggannya. 

Nah tugas kita itu membayar pekerjaan mereka, dalam waktu per hari, per minggu, per bulan dan lainnya. Kita membayar gaji mereka, membayar tower-tower atau tiang, membayar kabel yang mereka bikin, membayar jaringan antar laut, membayar penerbangan satelit, membayar gedung, membayar service center mereka. 

Macam-macam yang mereka kerjakan itu kita bayar melalui jumlah kuota. 

Jadi sebenarnya gede banget ya sob biaya yang dibutuhkan, cuma mereka keluarkan kecil-kecil sesuai dengan kemampuan pengguna. 10 ribu ada, 100 ribu ada, jutaan ada. 

Ibaratnya seperti air. Air itu kan gratis.. tapi, siapa sih yang mau mondar-mandir dari sungai ke rumah ngambil seember dua ember, kan capek sob? nah NAP ini menyediakan pipa-pipa tandon air. 

Terus ISP nya mulai mengontrol, membikin sistem, membagi-bagi untuk menyampaikan air itu ke rumah A B C D. 

Kita tinggal bayar jasa, duduk manis terima air dari ISP. 

Psst.. Starlink dari Elon Musk menyusul bikin gebrakan, menerbangkan satelit pengantar internet di orbit yang rendah, jadi daerah-daerah yang enggak terjangkau karena masalah darat dan laut yang terlampau jauh bisa menikmati layanan internet. 

Tepuk tangan buat penemu teknologi komunikasi di atas, semoga kedepannya kita bisa menikmati kemudahannya bersama-sama ya sob. (ALR-26)