JURNALKITAPLUS — Segala sesuatu di alam semesta memiliki energi, vibrasi, dan frekuensi, termasuk otak manusia. Frekuensi otak yang selaras dipercaya memengaruhi fokus, kreativitas, stres, hingga kualitas tidur seseorang. Pemahaman tentang pengendalian frekuensi otak kini semakin relevan dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap hari, otak manusia memancarkan gelombang frekuensi berbeda, mulai dari Beta (fokus tinggi), Alpha (relaksasi sadar), Theta (kreativitas dan tidur ringan), hingga Delta (tidur nyenyak dan pemulihan tubuh). Menurut buku The Silva Mind Method, frekuensi Alpha dan Theta sangat kuat dalam menarik energi positif dan mendukung hukum tarik-menarik (Law of Attraction).
Berikut penjelasan tentang gelombang Beta, Alpha, Theta, dan Delta yang sering disebut dalam konteks frekuensi otak :
1. Gelombang Beta (14–30 Hz)
Kondisi: Terjaga, fokus tinggi, berpikir aktif.
Fungsi: Digunakan saat bekerja, belajar, memecahkan masalah, atau berkomunikasi.
Efek: Membantu konsentrasi dan kewaspadaan, namun jika berlebihan bisa memicu stres dan kecemasan.
2. Gelombang Alpha (8–12 Hz)
- Kondisi: Relaksasi sadar, tenang namun masih waspada.
- Fungsi: Tercipta saat meditasi ringan, saat bersyukur, atau saat menikmati momen santai.
- Efek: Mengurangi stres, meningkatkan kreativitas dan memperbaiki mood. Alpha adalah jembatan antara pikiran sadar dan bawah sadar.
3. Gelombang Theta (4–8 Hz)
- Kondisi: Kreativitas tinggi, imajinasi aktif, tidur ringan, atau kondisi hipnosis.
- Fungsi: Berperan dalam proses penyembuhan, pemrograman bawah sadar, dan ide-ide kreatif muncul di frekuensi ini.
- Efek: Membantu mengakses memori terdalam, menenangkan pikiran, dan sangat efektif untuk visualisasi positif.
4. Gelombang Delta (0,5–3 Hz)
- Kondisi: Tidur nyenyak, pemulihan tubuh secara fisik.
- Fungsi: Berfungsi saat tubuh beristirahat total, memperbaiki jaringan, memperkuat sistem imun, dan mengatur hormon.
- Efek: Sangat penting untuk regenerasi tubuh dan kesehatan jangka panjang.
Penelitian dari Harvard Medical School oleh Dr. Herbert Benson menunjukkan bahwa rasa syukur dan meditasi dapat meningkatkan gelombang Alpha, mengurangi stres, dan memperbaiki kesehatan. Hal senada diungkap Dr. Joe Dispenza dalam bukunya Breaking the Habit of Being Yourself, yang menegaskan pentingnya visualisasi positif dan syukur untuk memicu penyembuhan.
Ajaran Islam pun menegaskan nilai syukur sebagai kunci bertambahnya nikmat, sebagaimana tercantum dalam QS. Ibrahim: 7 dan QS. Ar-Rahman: 13.
Ibrahim · Ayat 7
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ٧
(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” QS. Ibrahim : 7
فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ١٣
Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan (wahai jin dan manusia)? QS. Ar Rahman : 13
Lebih jauh, kesehatan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, pencernaan, dan liver sangat memengaruhi kestabilan frekuensi otak. Teori Neurovisceral Integration menjelaskan bahwa jantung sehat akan meningkatkan gelombang Alpha (relaksasi) dan menurunkan gelombang Beta (stres). Sebaliknya, liver yang kelebihan racun bisa mengganggu keseimbangan neurotransmiter dan membuat otak sulit masuk ke frekuensi Alpha/Theta.
Sebagai penunjang, konsumsi makanan sehat menjadi faktor penting dalam menjaga keseimbangan frekuensi otak. Komunitas masyarakat kini mulai mengadopsi produk-produk organik seperti beras RMK, air Hammayim, hingga ayam sehat untuk mendukung pola hidup seimbang. (ZH)