Bedah Film : Sisi Positif Drama Twenty Five Twenty One -->

Header Menu

Bedah Film : Sisi Positif Drama Twenty Five Twenty One

Jurnalkitaplus
26/05/25

Assalamu'alaikum Sobat Jkpers!

Kembali lagi di bedah film, dari film yang belum atau sudah kamu tonton, namun, belum menemukan apa yang bisa dipelajari dan bekal untuk kita menghadapi kehidupan ini. Ya! Perihal materi kehidupan belum tentu kamu temukan di pelajaran sekolah bahkan kuliah. Tapi, tenang saja! Kini kami hadir untuk meringkas sebuah drama 'Twenty One-Twenty Five '

Twenty Five Twenty One: Pelajaran Berharga di Balik Ending yang Bikin Patah Hati

Kalau kamu nonton drama Twenty Five Twenty One dan merasa hatimu diremukkan halus, kamu nggak sendiri. Banyak yang berharap Na Hee Do dan Baek Yi Jin berakhir bersama. Tapi meskipun ending-nya pahit, drama ini tetap luar biasa dan menyimpan banyak pelajaran hidup yang relatable dan dalam banget.

1. Cinta Nggak Harus Berakhir Bahagia Untuk Tetap Bermakna

Drama ini mengajari kita bahwa tidak semua cinta harus memiliki akhir yang indah untuk tetap berarti.
a. Hee Do dan Yi Jin mencintai satu sama lain dengan tulus. Tapi hidup—seperti biasa—nggak selalu sejalan dengan perasaan.

b. Kita belajar bahwa dalam hidup, kadang cinta yang dalam tetap harus dilepaskan demi tumbuh dan bertahan.

2. Potret Anak Muda yang Lagi Mencari Jati Diri

Na Hee Do adalah sosok remaja yang penuh semangat, berani berbeda, dan nggak takut jatuh.
a.  Dia nunjukin bahwa punya mimpi besar itu nggak salah, dan perjuangan mencapai mimpi memang kadang sepi, berat, dan nggak selalu dipahami.
b. Buat banyak orang muda, ini jadi semacam pelukan hangat: "Nggak apa-apa gagal, yang penting kamu terus jalan."

3. Persahabatan yang Penuh Warna dan Realistis

Hubungan Hee Do, Yu Rim, Ji Woong, dan Seung Wan bukan sekadar tempelan.
a. Ada cemburu, ada salah paham, ada pertengkaran, tapi juga ada ketulusan dan dukungan yang nyata.
b. Drama ini menunjukkan bahwa sahabat nggak harus selalu sependapat, yang penting tetap tumbuh bareng dan saling dukung.

4. Hubungan Ibu dan Anak yang Emosional

Konflik Hee Do dengan ibunya menyuarakan rasa kesepian dan ketidakpahaman yang sering terjadi dalam keluarga.
Tapi akhirnya, kita diajak menyadari bahwa orang tua pun manusia. Mereka punya batas, punya cara mencintai yang kadang nggak sesuai ekspektasi anak.

5. Baek Yi Jin: Tokoh Lelaki yang Realistis, Bukan Fantasi

Yi Jin bukan pangeran sempurna. Dia punya luka, tekanan hidup, dan harus membesarkan diri dalam kondisi sulit. Justru dari sanalah dia jadi relate banget. Dia nunjukin bahwa jadi dewasa bukan soal berhasil, tapi soal bertahan dan tetap menjaga hati dalam situasi susah.

6. Menghargai Masa Muda, Sebelum Waktu Berpindah

Drama ini kayak pengingat bahwa masa muda itu penuh tawa, air mata, dan fase belajar mencintai diri sendiri. Kita sering nggak sadar saat sedang menjalani masa terbaik dalam hidup—dan baru sadar setelah waktu berjalan.

Tau soal, "Setiap masa ada orangnya?" memang kehilangan orang dan keputusan orang untuk lebih memilih yang lain sangat menyakitkan kita. Tapi pernah terlintas secara netral tidak? Jika itu adalah bentuk Allah menyelamatkanmu dari kemungkinan-kemungkinan kecil atau justru besar yang merenggut jiwamu. Kehilangan tubuh memang menakutkan tapi akan lebih menakutkan kehilangan jiwa yang sudah sejauh itu kamu temui. Kita tahu, kehadirannya memang berarti, tapi sadarkah jika dia hadir untuk membantumu, dan kalau kamu tahu hal ini yang mungkin tidak banyak orang tahu.

Ketika kamu mengikhlaskan secara lapang dada, Allah menghadirkan orang yang mungkin menguji dirimu atau justru membantu mu lebih berhasil mendapatkan apa yang justru kamu butuhkan.

FAI (32)