Tentu itu berhasil untuk tantangan fisik, tetapi untuk disiplin mental adalah sesuatu yang amat berbeda.
Disiplin secara mental itu kurang jelas, lebih sulit diukur, dan jauh lebih mudah hilang tanpa kita sadari. Jadi, mari kita uraikan ini dengan cepat agar Sobat bisa memahami cara menggunakan energi Sobat dengan benar, dan menyadari bahwa disiplin fisik itu lebih mudah. Simak!
Disiplin fisik mengikuti aturan yang jelas: jika Sobat JKPers ingin lebih kuat, Sobat mengangkat beban; jika Sobat ingin berlari lebih cepat, Sobat berlatih berlari. Prosesnya terstruktur, kita datang, melakukan repetisi, dan seiring waktu kita melihat kemajuan. Ini tidak nyaman, tetapi dengan cara yang sangat langsung. Sobat merasakan sensasi terbakar di otot Sobat.
Kita berkeringat, kita lelah, tetapi rasa sakit itu juga merupakan umpan balik. Ini memberitahu Sobat bahwa tubuhmu sedang bekerja, bahwa kita sedang meningkat, dan yang lebih penting, pekerjaan fisik dapat diotomatiskan. Begitu Sobat mempelajari gerakannya, hampir dapat mematikan otak Sobat dan langsung melakukannya.
Tubuh tahu apa yang harus dilakukan dan pikiran Sobat tidak menghalangi. Itu hanya tindakan, murni, sederhana, berulang.
Disiplin mental, di sisi lain, dipenuhi dengan gangguan.. bukan yang eksternal, tapi yang internal. Ketika Sobat berolahraga, Sobat tidak mempertanyakan setiap squat atau setiap mil yang Sobat tempuh, tetapi ketika Sobat duduk untuk fokus pada sesuatu yang menuntut secara mental, otakmu mulai menyerang dirinya sendiri.
Sobat terlalu banyak berpikir, meragukan diri sendiri, dan ragu-ragu. Tidak seperti usaha fisik di mana Sobat dapat terus berjuang melewati ketidaknyamanan, pekerjaan mental memaksa Sobat untuk menghadapi self-dobt, frustration, and procrastination. Keraguan diri, frustrasi, dan dorongan untuk menunda-nunda.
Pikiran Sobat terus-menerus mencoba melarikan diri dari tugas-tugas sulit. Ia mencari gangguan, membuat alasan, dan meyakinkan Sobat bahwa Sobat perlu lebih banyak mempersiapkan diri sebelum memulai. Setiap keputusan membutuhkan energi mental baru, yang membuat prosesnya melelahkan. Dan tidak seperti mengangkat beban, di mana kemajuannya bisa terlihat, kemajuan mental lambat dan seringkali tidak diperhatikan, sehingga lebih sulit untuk tetap termotivasi.
Jadi, seperti yang Sobat ketahui, ada perbedaan nyata antara disiplin fisik dan mental. Alih-alih memaksa diri untuk terus bekerja tanpa henti, mulailah berpikir tentang disiplin dengan cara yang lebih cerdas.
Pelajari cara mengelola fokus Sobat, membangun kebiasaan yang membuat pekerjaan menyenangkan, dan memberikan pikiran Sobat istirahat yang sebenarnya dibutuhkan. Tujuannya bukanlah untuk menderita melalui segalanya, tetapi untuk menciptakan sistem di mana disiplin terasa kurang seperti pertempuran dan lebih seperti bagian alami dari proses kita.
Karena kekuatan mental sejati bukan hanya tentang mendorong lebih keras, tetapi tentang mengetahui kapan harus mendorong, dan kapan harus mundur, sehingga Sobat dapat terus berjalan untuk jangka panjang. (ALR-26)