Pejabat Tidak Peka, eh Kena Tegur.. -->

Header Menu

Pejabat Tidak Peka, eh Kena Tegur..

Jurnalkitaplus
21/05/25


Obrolan Waroengkopi – Di tengah krisis beras yang bikin emak-emak Jepang meradang, seorang pejabat malah melontarkan candaan yang bikin netizen panas kuping. Gimana enggak, harga beras di Negeri Sakura lagi naik tajam, stok mulai langka, tapi si menteri malah nyeletuk soal beras gratis dari pendukung. Ya jelas netizen ngamuk dong!


Sejak 2023, Jepang dilanda gagal panen parah. Harga beras melonjak sampai 70 persen! Sekarang, buat beli 5 kilogram beras aja warga harus rogoh kocek 4.214 yen. Pemerintah terpaksa bongkar cadangan nasional dan buka kran impor demi menstabilkan pasokan dan harga.


Di tengah kondisi genting ini, Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba sampai turun tangan. Beliau menegur keras Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Taku Eto, gara-gara ucapan yang dinilai nggak punya empati ke rakyat.


Apa sih ucapan yang bikin geger itu? Nah, pas acara penggalangan dana Partai Liberal Demokratik (LDP), akhir pekan lalu, Eto nyeletuk, “Saya nggak pernah beli beras, soalnya banyak pendukung yang ngirimi sampai berkarung-karung.”


Diserbu wartawan, bukannya minta maaf, Eto malah ngegas dengan candaan lagi, “Eh, tapi beras hadiah juga nggak cukup kok. Istri saya masih belanja dan ngomel gara-gara harga naik.”


Netizen pun ngamuk berjamaah. Di dunia maya, nama Eto jadi bulan-bulanan. Ia dicap pejabat sombong, nggak nyambung sama realita, dan nggak layak duduk di kursi pemerintahan.


Setelah viral dan ditegur langsung sama PM Ishiba, Eto akhirnya buka suara. Katanya sih sudah diomelin bos besar, tapi juga diberi semangat supaya terus cari solusi krisis beras. “PM memberi teguran tegas, tapi juga menyemangati agar saya pantang menyerah,” ujarnya kalem.


Untuk menenangkan publik, pemerintah langsung tancap gas. Sebanyak 250.000 ton beras cadangan nasional dilepas ke pasar. Tapi baru 2 persen yang nyampe ke rak supermarket. Masih butuh waktu, bro! Di tahap selanjutnya, 100.000 ton akan dilepas lagi, dan Juli nanti rencana tambah 300.000 ton. Total cadangan ada 910.000 ton—asal nggak habis digeser ke kantor menteri duluan ya.


Masalah beras ini nggak cuma ganggu dapur rumah tangga, tapi juga industri sake. Arak khas Jepang yang jadi warisan budaya UNESCO ini juga butuh beras spesial. Sayangnya, petani mulai beralih tanam beras konsumsi karena lebih laku dan gampang ditanam.


Brand sake kayak Kizakura dan Gekkeikan pun ngeluh. Produksi menurun, permintaan naik, dan bahan baku makin susah. Mau ganti jenis beras juga nggak bisa sembarangan, soalnya kualitas rasa bisa berubah. Duh, pusing juga ya, bikin mabuk duluan sebelum sake-nya diminum.


Sementara itu, ilmuwan sedang nyari solusi jangka panjang: bikin varietas beras tahan perubahan cuaca. Tapi masyarakat belum percaya karena katanya rasanya “beda”. Jadilah eksperimen ini jalan pelan kayak kura-kura ngantuk.


Oh ya, ada satu lagi yang bikin masalah makin runyam: penimbunan. Sejak 2023, saat muncul laporan potensi gempa megathrust di sepanjang Sesar Nankai, warga Jepang mulai nyetok beras. Ya, siapa sih yang nggak waspada?


Dan terakhir, dari panggung internasional, Jepang juga lagi bersitegang sama Amerika. Menteri Perdagangan Ryosei Akazawa ngotot tarif balasan dari Presiden Donald Trump harus dicabut. Soalnya tarif 10 persen buat produk impor Jepang, ditambah 25 persen buat otomotif dan logam, bikin dagang makin sesak napas.


Tapi tenang, dialog masih jalan. Menteri Keuangan Jepang dan AS tetap sepakat buat ngobrol baik-baik. Semoga sih, hasilnya bukan cuma basa-basi kayak janji kampanye.


So,.. sahabat Waroengkopi jangan becanda soal perut rakyat, apalagi kalau jadi pejabat. Bisa-bisa bukannya bikin solusi, malah viral karena jadi bahan omelan netizen se-Asia Timur. (FG12)