Dalam lanskap kecerdasan buatan (AI) yang terus berkembang, kita menyaksikan dua arus utama yang kontras: satu adalah arus AI yang analitis dan berhati-hati, didorong oleh rasa ingin tahu yang tulus dan dorongan untuk memverifikasi ; yang lainnya adalah arus AI komersial yang bergejolak, penuh semangat, dan menggelegak dengan janji-janji utopis. Saat "hype" AI membumbung tinggi, sebuah pertanyaan penting muncul: arus manakah yang seharusnya menggerakkan pengembangan AI?
1. Sejarah Singkat AI: Fondasi dari Masa Lalu
Konsep kecerdasan buatan, atau artificial intelligence (AI), pertama kali muncul pada Konferensi Dartmouth tahun 1956. Namun, benih-benih kecerdasan buatan telah ditanam jauh sebelumnya oleh para filsuf dan ilmuwan dari masa ke masa.
- Tahun 1900-an : Filsuf seperti George Boole menemukan Aljabar Boolean, yang menjelaskan operasi logika dengan nilai true atau false yang direpresentasikan oleh digit biner 0 dan 1, bahasa dasar komputer. Alfred North Whitehead dan Bertrand A. W. Russell menerbitkan Principia Mathematica, yang mencoba menjelaskan aksioma dan aturan inferensi dalam bentuk symbolic logic sebagai landasan pemikiran logis. Karya ini sempat disanggah oleh Göedel pada 1931 dengan teori incompleteness.
- Tahun 1930-an: Alan Turing menemukan Turing Machine dan Teori Tes Turing untuk menguji tingkat kecerdasan mesin komputer (aplikasinya terlihat pada CAPTCHA saat ini). Claude Shannon dikenal sebagai bapak teori informasi, dan John von Neumann merumuskan bahwa komputer harus dipisahkan menjadi hardware dan software. Para ahli pada era ini juga mulai memperdebatkan bagaimana komputer dapat merepresentasikan pengetahuan dan belajar dari data.
- Tahun 1950-an: Setelah komputer digital muncul pertama kali pada 1946 setelah Perang Dunia II, John McCarthy, Marvin Lee Minsky, Herbert Alexander Simon, Allen Newell, dan Edward Albert Feigenbaum merumuskan istilah AI pada pertemuan di Dartmouth tahun 1956. Bahasa pemrograman LISP dan konsep expert system juga berkembang pada periode ini.
- Tahun 1980-an (Gelombang Kedua AI): Periode ini melihat penemuan penting seperti Learning of MLP, Fuzzy logic, Genetic algorithms, Evolutionary programming, dan Genetic programming.
- Tahun 2000-an (Gelombang Ketiga AI): Dengan meluasnya komputer dan internet, perkembangan AI meliputi penemuan World Wide Web (WWW) oleh Tim Berners-Lee pada 1989, Internet of Things (IoT) oleh Kevin Ashton pada 1999, sistem cloud, konsep big data oleh John R. Mashey pada 1998, dan deep learning oleh Geoffrey Hinton pada 2006.
Secara keseluruhan, perkembangan AI terbagi menjadi empat bagian: dari perkembangan teori, gelombang pertama dengan pemikiran memberikan pengetahuan pada mesin, gelombang kedua ketika mesin mulai mengolah data, hingga gelombang ketiga saat internet ditemukan.
2. Kontroversi Hype AI : Altman Melawan Marcus
Di garis depan perdebatan ini adalah CEO OpenAI Sam Altman, yang secara karakteristik menerbitkan esai "The Gentle Singularity," mengklaim bahwa "umat manusia dekat dengan pembangunan superinteligensi digital"—sebuah klaim yang banyak ahli di bidang ini katakan "jelas salah". Altman, yang memiliki keinginan kuat untuk menjadi pemimpin pemikiran AI, seringkali berselisih dengan janji-janji tak berujung tentang "superinteligensi," "memecahkan fisika," dan "penalaran super-manusia". Ia mempercayai model produksi AI yang disebut "scaling," di mana perusahaan teknologi menginvestasikan miliaran dolar ke dalam sistem yang semakin besar, didukung oleh lebih banyak daya pemrosesan dan kuantitas data yang lebih besar. Meskipun Altman memproyeksikan kepercayaan diri, prospek jangka panjang strategi ini masih diperdebatkan, terutama setelah perusahaan Tiongkok, DeepSeek, merilis model bahasa besar (LLM) yang sebanding dengan ChatGPT OpenAI, namun dikembangkan dengan biaya yang jauh lebih murah. Altman dengan bangga menyoroti pencapaian komersial OpenAI, menyebutkan "ratusan juta pengguna yang bahagia" dan posisi sebagai "situs web terbesar ke-5 di dunia".
Di sisi lain, kritikus terkemuka Gary Marcus, seorang ilmuwan saraf dan sarjana AI, mengecam merek hype AI Sam Altman. Marcus membandingkan janji-janji Altman dengan Elizabeth Holmes, CEO Theranos yang terkenal menipu investor dengan melebih-lebihkan kemampuan teknologinya. Marcus menyatakan bahwa ia tidak keberatan dengan pencapaian komersial OpenAI, namun masalah utamanya adalah "hype, yang sebagian besar disulut oleh [Altman], yang secara massal melebih-lebihkan apa yang dapat dilakukan teknologi saat ini dan di masa depan". Bagi Marcus, seseorang tidak bisa menjadi sarjana AI yang ketat sekaligus seorang kaisar teknologi miliarder, dan ia meyakini bahwa "hype ini merugikan dunia". Konflik ini bahkan mendorong Altman untuk membuat kesalahan tak terduga, seperti membalikkan arah model pengembangan sumber terbuka OpenAI yang telah lama dinyatakan dan menarik kembali pendiriannya yang mendukung regulasi AI yang kuat—sesuatu yang dulunya ia dan Marcus dukung bersama.
3. Revolusi AI: Percepatan Adopsi yang Tak Tertandingi
Terlepas dari perdebatan ini, satu hal yang pasti: adopsi kecerdasan buatan adalah perubahan teknologi tercepat dalam sejarah manusia. Mary Meeker, seorang investor modal ventura yang dijuluki "Ratu Internet," dalam laporannya 'Trends - Artificial Intelligence,' menunjukkan laju perubahan yang "belum pernah terjadi sebelumnya" dalam investasi, pengembangan, adopsi, dan penggunaan AI.
Laporan tersebut mengungkapkan angka yang mencengangkan:
- ChatGPT, chatbot AI OpenAI, mencapai 800 juta pengguna pada April 2025, hanya beberapa tahun setelah peluncuran awalnya pada Oktober 2022.
- Pendapatan perusahaan juga meroket, dari nol pada tahun 2022 menjadi hampir $4 miliar (3.5 miliar Euro) pada tahun 2025.
- ChatGPT mencapai 100 juta pengguna global hanya dalam waktu kurang dari 2 bulan setelah peluncurannya, menjadikannya teknologi tercepat yang melakukannya. Sebagai perbandingan, Facebook membutuhkan 4,5 tahun untuk mencapai jumlah pengguna yang sama.
- Tidak seperti revolusi Internet 1.0 yang dimulai di AS dan menyebar secara bertahap, ChatGPT "mengguncang panggung dunia sekaligus", tumbuh di sebagian besar wilayah global secara bersamaan.
Meeker mencatat bahwa adopsi AI diperkirakan hanya akan membutuhkan tiga tahun bagi sebagian besar rumah tangga untuk mulai menggunakan teknologi AI, turun dari 12 tahun yang dibutuhkan untuk adopsi internet desktop secara teratur. Faktor-faktor yang berkontribusi pada kenaikan AI yang "cepat dan transformatif" ini termasuk minat dari pendiri perusahaan AI baru dan perusahaan tradisional, yang mengarahkan aliran kas mereka ke AI untuk mendorong pertumbuhan. Perusahaan teknologi besar seperti NVIDIA, Google, Meta, Microsoft, dan Baidu Tiongkok juga telah meningkatkan penyebutan AI dalam laporan keuangan perusahaan mereka sejak 2022. Laporan tersebut juga mencatat peningkatan jumlah model AI baru sebesar 167 persen dari tahun ke tahun sejak 2020, dan ukuran set data yang mereka gunakan meningkat 260 persen dalam periode yang sama. Selain itu, biaya untuk mengembangkan model baru juga menurun drastis, dengan biaya inferensi turun 99 persen selama dua tahun.
4. Batasan AI: Pekerjaan yang Tak Tergantikan Sentuhan Manusia
Meskipun AI sangat canggih dan mampu mengotomatisasi banyak tugas, mempercepat proses kerja, dan meningkatkan efisiensi, ada area-area tertentu di dunia kerja yang hingga saat ini masih sangat sulit, bahkan hampir mustahil, untuk sepenuhnya digantikan oleh AI. Hal ini karena AI masih memiliki keterbatasan dalam hal kreativitas sejati, empati manusia, intuisi, serta kemampuan mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial yang kompleks.
Beberapa jenis pekerjaan yang tetap membutuhkan sentuhan manusia yang unik dan tidak bisa digantikan oleh kecerdasan buatan, meliputi:
- Pekerja sosial: Bergantung pada empati, kepercayaan, dan kemampuan memahami perasaan orang lain. AI tidak bisa merasakan emosi atau membuat keputusan moral yang rumit.
- Pekerjaan seni pertunjukan: Seperti bernyanyi atau berakting, membutuhkan sentuhan manusia yang unik. Keaslian ekspresi dan emosi manusia tetap penting.
- Dokter dan petugas kesehatan: Meskipun AI membantu diagnosis, ia tidak bisa menggantikan sentuhan manusia, penilaian khusus, dan dukungan emosional yang diberikan oleh dokter dan perawat.
- Pemimpin organisasi: Membutuhkan kemampuan komunikasi yang rumit, pengambilan keputusan strategis, visi, motivasi tim, dan keaslian yang hanya manusia bisa lakukan.
- Peran spiritual dan berbasis iman: Sangat bergantung pada hubungan personal dan rasa kebersamaan, serta kemampuan memberikan kenyamanan emosional di saat-saat sulit.
- Politisi: Membuat keputusan kompleks yang membutuhkan empati, negosiasi, dan penilaian moral. Mengandalkan AI untuk hal ini bisa berisiko besar.
- Pekerjaan terampil (tukang, perajin, dll.): Membutuhkan keahlian tangan, penyesuaian cepat terhadap situasi tak terduga, dan interaksi manusia yang penuh empati. AI belum bisa menggantikan kelincahan dan kecerdasan emosional ini.
- Guru dan pendidik: Tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga menjadi mentor dan panutan. Mereka membangun hubungan yang membantu perkembangan kognitif dan emosional siswa. AI tidak bisa menggantikan kehangatan dan bimbingan guru manusia.
Masa Depan AI : Pertarungan yang Belum Berakhir
Saat ini, jelas bahwa AI komersial—dan semua hype yang mengikutinya—mendominasi percakapan. Namun, apakah dominasi ini dapat terus berlanjut seiring dengan meningkatnya kerugian finansial, masih menjadi pertanyaan besar. Konflik antara janji-janji fantastis dan kritik berdasarkan realitas, serta pertarungan antara percepatan adopsi dan batasan inheren dalam meniru esensi kemanusiaan, akan menentukan arah AI di tahun-tahun mendatang. (FG12)
Referensi :
- Sejarah Singkat tentang Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) - graduate.binus.ac.id
- The AI revolution is 'unprecedented' in the scale of human history, new report finds (by Anna Desmarias) - euronews.com
- Sam Altman Goes Off at AI Skeptic "Can't tell if he is a troll or just extremely intellectually dishonest." - futurism.com
- 8 Pekerjaan yang Tidak Bisa Digantikan dengan AI (oleh : Rezki Wening Hayuningtyas) - kontan.co.id