![]() |
Ilustrasi |
Waroeng kopi - Ceritanya begini, sob. Di tengah gegap-gempita euforia bola lokal yang makin heboh karena timnas makin gacor, ternyata ada sisi kelam yang bikin mules: gaji pemain bola dari Liga 1 sampai Liga 4 masih banyak yang nyangkut. Iya, serius! Dari yang katanya profesional sampe yang level kampung, ternyata masih ada yang hobi nunggak. Kok bisa?
Liga 1: Harusnya Teladan, Eh Malah Tertinggal Bayaran
Enam klub top di kasta tertinggi ternyata belum juga menuntaskan kewajiban. PSM Makassar, Madura United, PSIS Semarang, Arema FC, Semen Padang, dan Persis Solo dicatat masih punya utang gaji, uang muka kontrak, bahkan tiket pesawat mantan pemain! Total kerugian? Lebih dari Rp 2,1 miliar. Ini Liga 1 lho, bos! Bukannya jadi panutan, malah jadi bahan obrolan di warkop.
Liga 2: Setengah Klub, Setengah Hati Bayar Pemain
Masuk ke Liga 2, ceritanya lebih serem. Dari 26 klub, 13 masih punya tunggakan. Ada Sriwijaya FC, PSKC Cimahi, Persikota, Gresik United, dan geng lainnya. Total tunggakan gaji dan DP pemain? Hampir Rp 5 miliar! Jumlah pemain yang belum dibayar mencapai 136 orang, termasuk 4 pemain asing yang pasti sekarang mikir, "Ini beneran profesional league?"
Liga 3 dan 4: Gaji Absen, Klub Sibuk Eksis di Sosmed
Beralih ke Liga 3 dan Liga 4, jangan harap adem. Meski belum ada laporan resmi, Kompas udah nemu delapan klub yang masih punya utang dari musim-musim lalu. Persikab Bandung dan Kalteng Putra (Liga 3), serta Bantul United, PSGJ Cirebon, Persid Jember, Depok Raya FC dan temen-temennya di Liga 4 belum bayar gaji dari 2023. Lho kok bisa? Ya bisa aja. Belum bayar tapi udah ikut liga lagi, tuh!
Total Kerugian: Rp 11 Miliar Lebih dan Rasa Percaya Diri yang Tergerus
Kalo ditotal, dari Liga 1 sampe Liga 4, ada 214 pemain yang belum nerima haknya. Nilainya? Lebih dari Rp 11 miliar. Dan bukan cuma gaji lho, ada juga kompensasi, tiket pesawat, bahkan biaya pengobatan. Pemain udah jungkir balik di lapangan, klub malah ngilang pas waktu gajian. Kebayang nggak tuh?
Dampak: Dari Mental Drop sampai Potensi Skor Diatur
Ya jelas lah, ini bukan cuma soal duit. Ketika pemain nggak dibayar, semangat merosot, fokus buyar, dan celah pengaturan skor makin terbuka. Kita pengen liga yang sehat, tapi gimana mau sehat kalo klubnya masih ‘sakaw’ bayar kewajiban?
Saat Timnas Indonesia lagi ngegas ke arah Piala Dunia, liga domestik malah nyungsep karena manajemen “zaman batu”. Harusnya, ini jadi tamparan buat PSSI dan PT LIB. Jangan cuma ngurus lisensi dan jadwal, tapi juga harus jaga hak-hak pemain. Jangan sampai sepak bola kita makin dikenal, tapi karena “Liga Nunggak United”, bukan prestasi. (FG12)
Salam waroeng kopi, tetap mendukung, sambil nyengir getir.