Jurnalkitaplus - Nihilisme adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa hidup, nilai moral, dan tujuan eksistensi manusia tidak memiliki makna yang melekat atau nilai objektif yang pasti. Istilah ini berasal dari bahasa Latin nihil yang berarti "tidak ada" atau "kosong". Dalam perspektif ini, pencapaian, prestasi, maupun kebaikan dianggap tidak bernilai mutlak karena pada akhirnya semua manusia akan mati dan dunia akan kembali menjadi hampa.
Inti Nihilisme: Tidak Ada Makna Universal
Penganut nihilisme percaya bahwa segala keyakinan, sistem nilai, dan moralitas adalah hasil konstruksi manusia dan tidak mempunyai dasar objektif yang bersifat universal. Ini tercermin dalam pertanyaan umum seperti “Untuk apa kita hidup?” atau “Apa guna semua usaha jika akhirnya akan berakhir juga?” Pandangan ini menegaskan bahwa manusia hanyalah makhluk yang terlempar begitu saja ke dunia tanpa petunjuk atau tujuan pasti.
Albert Camus, filsuf Prancis, menggunakan analogi Sisyphus dari mitologi Yunani yang dihukum untuk menggulingkan batu ke puncak bukit, namun setiap kali berhasil, batu itu akan menggelinding kembali ke bawah. Kehidupan, menurut Camus, ibarat tugas Sisyphus: siklus tanpa akhir antara harapan, pencapaian, dan keputusasaan. Namun, Camus menekankan pentingnya menerima absurditas hidup dan memilih untuk mengisi keseharian dengan makna subjektif yang diciptakan sendiri, bukan didikte oleh dunia luar.
Jenis Nihilisme dan Respons Eksistensial
Ada beragam bentuk nihilisme—mulai dari nihilisme eksistensial (tidak ada makna kehidupan), nihilisme moral (tidak ada kebaikan dan keburukan absolut), hingga nihilisme epistemologis (meragukan adanya pengetahuan objektif). Tokoh-tokoh seperti Friedrich Nietzsche dengan gagasannya tentang “kematian Tuhan”, Jean-Paul Sartre, serta Albert Camus adalah penerus utama diskursus nihilisme dalam pemikiran modern.
Eksistensialisme menjadi salah satu respons terhadap nihilisme. Tokoh seperti Sartre menegaskan bahwa manusia justru ditantang menciptakan makna hidup mereka sendiri melalui pilihan, komitmen, dan tanggung jawab personal. Makna bukan sesuatu yang ditemukan sekaligus, melainkan lahir dari relasi dan tindakan setiap individu.
Risiko Sosial dan Moral
Pandangan yang terlalu ekstrem pada nihilisme berpotensi berbahaya jika diadopsi massal. Sistem moral, tatanan sosial, dan norma hukum bisa runtuh jika nilai-nilai universal dianggap nihil. Namun, bagi banyak pemikir, nihilisme justru menjadi kritik reflektif terhadap stagnasi atau kebuntuan budaya, agama, dan dogma lama yang kehilangan relevansinya di dunia modern.
Catatan Penutup
Kisah Sisyphus menjadi simbol pergulatan tanpa akhir manusia dalam mencari makna, dan menurut Camus, kebahagiaan bisa ditemukan bukan dengan menolak absurditas, tetapi dengan menerimanya dan mengisi setiap hari dengan makna yang kita pilih sendiri. Dengan demikian, nihilisme bukan semata-mata pesimisme, tetapi bisa menjadi titik awal lahirnya makna baru dalam kehidupan yang terus bergerak maju. (FG12)
Rangkuman artikel yang tayang di Majalah JKP Edisi 58 dengan Judul : Nihilisme

