Sampai mereka menemukan pecahan kaca dengan beberapa sidik jari berdarah.
Seorang investigator secara manual mencari catatan sidik jari di kantor polisi, dan akhirnya menemukan kecocokan. Henri Scheffer, yang pernah ditangkap karena kasus pencurian setahun sebelumnya, ditahan. Henri kemudian mengakui bahwa dirinya yang melakukan pembunuhan.
Theodore E. Yeshion dalam Ted-Ed "How reliable is fingerprint evidence?" pada 24 April 2025 menyebut peristiwa ini menandai pertama kalinya di Eropa bahwa investigator memecahkan kejahatan dengan hanya menggunakan sidik jari.
Lebih dari satu abad sidik jari menjadi salah satu jenis bukti yang paling umum di pengadilan pidana.
Namun, seberapa andalkah jenis bukti ini?
Seperti spesies pemanjat lainnya, manusia dilahirkan dengan pola punggungan yang terangkat dan alur yang tersembunyi, tidak hanya pada jari-jari mereka tetapi juga di sepanjang tangan dan kaki mereka.
Ted-Ed
Punggung gesekan ini membantu memberikan cengkeraman yang lebih kuat terutama pada permukaan basah, dan meningkatkan sensitivitas kita terhadap sentuhan.
Mereka mulai berkembang di dalam rahim pada sekitar tujuh minggu, ketika kulit di tangan dan kaki membengkak membentuk bantalan halus yang terangkat. Pada sekitar sepuluh minggu, lapisan yang lebih dalam mulai tumbuh lebih cepat daripada lapisan atas, menyebabkan bantalan menekuk dan melipat.
Pelipatan ini dipandu oleh genetika dan faktor lingkungan yang berlanjut selama beberapa bulan berikutnya. Para ilmuwan percaya bahwa lingkungan yang random mengarah pada pembentukan pola sidik jari yang unik. Mereka juga yakin bahwa tidak mungkin ada dua sidik jari, dulu atau sekarang, yang benar-benar sama. Sidik jari bahkan berbeda di antara saudara kembar identik.
Pada akhir tahun 1800-an para ilmuwan mulai mempelajari dan mengklasifikasikan fitur-fitur sidik jari yang berbeda. Pada awal 1900-an, jaksa mulai menggunakan sidik jari di pengadilan. Saat ini investigator sering memulai penyelidikan dengan mencari sidik jari yang terlihat termasuk sidik jari paten, yang ditinggalkan oleh zat yang bisa dipindahtangankan seperti darah, kotoran, dan sidik jari plastik pada bahan lunak dan mudah dibentuk seperti lilin atau pagar yang bahkan baru dicat.
Namun, sebagian besar sidik jari tidak terlihat dengan mata telanjang. Ini disebut sidik jari laten. Mereka terdiri dari air, minyak, protein, dan garam yang ditinggalkan pola punggungan pada permukaan.
Sidik jari seperti ini dapat terungkap dengan menaburkan bubuk halus yang menempel pada jejak air dan minyak. Jika permukaannya berpori atau sulit ditaburi, investigator menggunakan pengembang kimia seperti Ninhidrin, yang bereaksi dengan protein yang ditinggalkan oleh jari.
Ilmuwan forensik terus mengembangkan alat yang lebih sensitif dan spesifik permukaan. Misalnya, satu teknik eksperimen menggunakan muatan listrik untuk menangkap korosi yang ditinggalkan garam sidik jari pada logam, bahkan walaupun telah dibersihkan.
Setelah investigator mengumpulkan sidik jari, mereka mulai mencocokkannya dengan calon tersangka. Dalam kasus tertentu investigator akan menggunakan sistem komputasi otomatis agar potensi kecocokan yang ditemukan dalam database sidik jari nasional jadi lebih spesifik. Pakar bersertifikat kemudian membandingkan detail sidik jari minor, seperti bagaimana punggungan bercabang dan berpotongan, dan jarak pori-pori minyak.
Setiap hasil harus diverifikasi secara buta oleh pakar kedua sebelum informasi diserahkan ke departemen kehakiman.
Fakta bahwa pola sidik jari unik untuk setiap individu menjadikannya bukti yang sangat kuat dalam kasus pidana. Namun, sistem ini tidak sempurna. Sidik jari seringkali buram, terdistorsi, atau tumpang tindih dengan sidik jari lain yang dapat membuat pencocokan menjadi lebih menantang. Dan itu rentan terhadap human error (kesalahan manusia).
Sebuah studi tahun 2011 menemukan bahwa pakar sidik jari pernah keliru mengidentifikasi dua sidik jari berbeda sebagai kecocokan 0,1% dari waktu tersebut. Meskipun jumlahnya tampak rendah, taruhannya tinggi untuk terdakwa yang dituduh secara salah.
Tidak ada pula standar universal mengenai jumlah detail punggungan yang harus dianalisis oleh para ahli untuk membuat kecocokan. Banyak investigator menekankan bahwa tidak ada hukuman yang boleh dibuat hanya berdasarkan bukti sidik jari. Karenanya, pakar forensik terus berupaya meningkatkan dan menstandarisasi proses pengambilan sidik jari. (ALR-26)