Bedah Film : Sisi Positif Drama Marry My Hushband (2024) -->

Header Menu

Bedah Film : Sisi Positif Drama Marry My Hushband (2024)

Jurnalkitaplus
31/05/25

Assalamu'alaikum Sobat Jkpers!

Kembali lagi di bedah film, dari film yang belum atau sudah kamu tonton, namun, belum menemukan apa yang bisa dipelajari dan bekal untuk kita menghadapi kehidupan ini. Ya! Perihal materi kehidupan belum tentu kamu temukan di pelajaran sekolah bahkan kuliah. Tapi, tenang saja! Kini kami hadir untuk meringkas sebuah drama 'Marry My Hushband'

drama ini sempat jadi bahan obrolan dunia virtual karena pemerannya dari drama 'What's Wrong With Secretary Kim?' memainkan drama ini sebagai tokoh utama dan terlebih-lebih lagi kehadiran sahabat Ji-won yang manipulator!

1. Kekuatan dan Keteguhan Seorang Wanita
Kang Ji-won adalah gambaran wanita yang "selesai jadi korban." Setelah diselingkuhi, dibunuh, dan kemudian bangkit di masa lalu, ia tidak larut dalam penderitaan. Ia mulai mengambil kendali hidupnya, satu demi satu.

Tapi dari sini kita bisa tahu:
Di tengah tekanan hidup—dari pekerjaan, standar sosial media, hingga toxic relationship—banyak perempuan sering merasa "nggak punya pilihan". Tapi kisah Ji-won mengajarkan:

"Kamu boleh jatuh, tapi kamu juga berhak bangkit dan mengatur ulang jalan hidupmu."
Mulai dari putus cinta, bangkrut, dikhianati teman kerja, bahkan gagal menikah—semua bisa jadi titik balik untuk jadi lebih kuat. Dan ini bukan cuma slogan motivasi—ini realita yang bisa dimulai dengan langkah kecil: belajar bilang "nggak", berani keluar dari lingkungan toksik, dan kembali percaya diri.

2. Pentingnya Memilih Pasangan Hidup dengan Bijak
Ji-won menikahi Min-hwan karena rasa kasihan dan tekanan. Ternyata, itu jadi sumber penderitaan hidupnya. Di kesempatan kedua, ia mulai membuka hati pada orang yang benar-benar menghargainya.

Tapi dari sini kita bisa tahu:
Hari ini, banyak orang menikah karena "udah umur", "udah sayang dari lama", atau "takut nggak laku". Tapi drama ini mengingatkan bahwa:

 "Pasangan hidup yang salah bukan cuma bikin sedih, tapi bisa menghancurkan masa depan dan kepercayaan diri kita."

Kalau sekarang kamu masih lajang, jangan minder. Lebih baik sendiri dan berkembang, daripada bersama tapi hancur perlahan. Evaluasi hubungan bukan soal 'sudah berapa lama kenal', tapi 'seberapa sehat relasinya'.

3. Kesempatan Kedua untuk Memperbaiki Hidup
Ji-won dikasih kesempatan kembali ke masa lalu dan memperbaiki pilihan hidup. Dia memutuskan untuk tidak mengulangi kesalahan, termasuk menjaga jarak dari orang-orang toksik.

Tapi dari sini kita bisa tahu:
Kita memang nggak bisa time travel, tapi selalu ada "hari ini" untuk memperbaiki kemarin. Entah itu soal karier, gaya hidup, kebiasaan buruk, atau hubungan sosial:

 "Kesempatan kedua bukan harus dramatis. Kadang sesederhana uninstall aplikasi yang bikin insecure, mulai journaling, atau keluar dari pekerjaan yang bikin kamu menderita tiap Senin."

Coba pikir: hal apa yang kamu ulang-ulang padahal bikin nyesel? Yuk mulai ubah hari ini.

4. Nilai Persahabatan yang Sejati
Sahabat Ji-won ternyata adalah pengkhianat. Tapi justru dari situ ia belajar memilah mana yang benar-benar tulus, dan mana yang hanya numpang eksis.

Tapi dari sini kita bisa tahu:
Zaman sekarang, teman nggak selalu ada buat support. Kadang mereka cuma hadir saat senang, tapi hilang saat kita terpuruk. Bahkan, ada yang senyum di depan—nibak di belakang.

 "Punya 2-3 teman tulus lebih baik daripada 20-an circle yang bikin capek mental."
Persahabatan sehat itu yang saling mendoakan, saling tegur kalau salah, dan hadir tanpa drama. Nggak masalah unfollow, menjauh, atau ganti lingkungan kalau kamu merasa tidak aman secara emosional.

5.  Menghadapi Trauma dan Memaafkan Diri Sendiri
Ji-won bukan hanya harus menyingkirkan orang-orang jahat, tapi juga berdamai dengan luka batin, rasa bersalah, dan rasa tidak layak yang dia bawa selama bertahun-tahun.

Tapi dari sini kita bisa tahu:
Kita semua pernah buat keputusan bodoh—percaya orang yang salah, gagal jaga diri, atau terlalu baik pada orang yang salah. Tapi: "Kamu tidak bisa menyembuhkan diri kalau kamu terus menyalahkan diri."

Mulai hari ini, coba perlakukan dirimu seperti sahabat. Ucapkan, "Maaf ya, dulu aku belum tahu." Lalu bangun pelan-pelan dengan cara yang sehat: journaling, terapi, ngobrol sama orang yang bisa dipercaya, atau bahkan cukup tidur dan makan bergizi.

FAI (32)