Bedah Film : Sisi Positif Film Smile -->

Header Menu

Bedah Film : Sisi Positif Film Smile

Jurnalkitaplus
15/05/25

Assalamualaikum Sobat Jkpers!

Kembali lagi di bedah film, dari film yang belum atau sudah kamu tonton, namun, belum menemukan apa yang bisa dipelajari dan bekal untuk kita menghadapi kehidupan ini. Ya! Perihal materi kehidupan belum tentu kamu temukan di pelajaran sekolah bahkan kuliah. Tapi, tenang saja! Kini kami hadir untuk meringkas sebuah film 'Smile '

Mau ke psikolog sekalipun bisa jadi apa yang kita ceritakan hal yang jelas gak masuk akal, jangan harap dia mempercayai! Itu yang bisa diambil dari film ini, kenapa? Karena Rose seorang psikolog kedatangan pasien yang menceritakan bahwa ada orang yang bunuh di depannya, dianggap Rose itu hanyalah ilusi atau khayalan. Lantas apa yang bisa diambil dari film ini?

1. Trauma sebagai Entitas yang Menghantui

Film ini menggambarkan trauma sebagai entitas yang dapat berpindah dari satu individu ke individu lain melalui pengalaman traumatis. Entitas ini memanfaatkan rasa bersalah dan ketakutan yang mendalam, menunjukkan bahwa trauma yang tidak diatasi dapat menjadi beban yang menghantui dan merusak kehidupan seseorang.

2. Pentingnya Menghadapi dan Menerima Trauma

Rose berusaha melarikan diri dari masa lalunya, namun semakin ia menghindar, semakin kuat entitas tersebut mengendalikan dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa menghadapi dan menerima trauma adalah langkah penting dalam proses penyembuhan.

3. Stigma Terhadap Kesehatan Mental

Sebagai seorang psikiater, Rose mengalami bagaimana pasiennya dianggap "gila" oleh orang lain. Ketika ia sendiri mengalami hal serupa, ia juga menghadapi stigma yang sama. Ini mencerminkan realitas bahwa stigma terhadap kesehatan mental masih kuat, bahkan di kalangan profesional.

4. Senyuman sebagai Topeng

Film ini menggunakan senyuman sebagai simbol bagaimana individu sering menyembunyikan rasa sakit dan trauma di balik ekspresi bahagia.

Yang kami simpulkan, dari banyaknya film yang serupa juga novel atau pengalaman fiksi lainnya. Perasaan takut yang di masa lalu, kecemasan yang datang tanpa diundang bahkan rasa amarah yang kian lama kita berpikir perasaan negatif itu lama surutnya. Sadarkah, jika mereka juga bagian dari kita, sewaktu-waktu hal itu memang penting bagi kita tapi jangan sampai kita dikendalikan.

Masih ingat dengan Rose selaku psikater yang dia beranggapan aman-aman saja, tapi ternyata monster yang menyerap energi ketakutan di orang-orang berhasil menguasainya! Bukankah film ini peringatan bagi kita? Alangkah lebih baiknya tidak menghindari untuk berdamai dengan alih-alih lebih baik jalani hidup mencapai impian yang ingin dituju, tapi sayangnya, diri kita saja masih perlu diperbaiki, sehingga hal yang mendorong kita kembali mengingat trauma itu muncul dan klimaksnya kita melawan itu semua.

FAI(32)