Dunia Virtual, Beban Nyata: Kesehatan Mental dalam Era Metaverse -->

Header Menu

Dunia Virtual, Beban Nyata: Kesehatan Mental dalam Era Metaverse

Jurnalkitaplus
06/05/25



Assalamualaikum Sobat Jkpers!

Kehadiran metaverse mulai booming saat covid-19, masih ingat kan? Tapi kamu sadar tidak jika kehadiran metaverse justru menjadi beban nyata terhadap kesehatan mental.

Kita semua tahu, jika dikumpulkan secara riset, pasti mayoritas mengatakan adanya teknologi canggih, dunia virtual yang membuat para pengguna menjadi lebih serba gampang, itu sangat bisa diandalkan. Tetapi, bagaimana jika kita tidak menyadari beberapa hal dari yang akan kami jabarkan?

1.  Ketergantungan pada dunia virtual : jika ditarik lebih jauh, orang dulu ingin berkomunikasi harus menunggu surat, atau sesederhana nya, kita ingin bertemu dengan teman, harus mendatangi dulu ke rumahnya atau sekedar memberi janji saat pertemuan sebelumnya, lantas dengan kehadiran dunia virtual, justru membuat kita menjadi merasa kecanduan, "ah masih bisa lah lewat telepon dulu, chat dulu aja, bahkan video call"

Hal ini jauh lebih berbeda dengan kita yang sebelumnya atau orang dulu memanfaatkan dunia nyata sebagai hubungan yang baik dengan orang lain tanpa perantara, tetapi secara langsung berkomunikasi antarpribadi. Bahkan kita juga bisa lebih sering cemas karena merasa terisolasi dari kenyataan, yang berujung depresi nantinya.

2.  Permasalahan Body Image : karena yang kita tonton adalah iklan yang tak kita minta lewat, atau bahan pencarian patokan sebagai role model kita, justru alam bawah sadar kita, meminta lebih, bisa jadi seperti, "bagaimana ya, jika aku seperti dia?" hal ini justru menyebabkan perbandingan diri dengan orang lain yang menimbulkan perasaan rendah diri atas ketidakpuasan terhadap penampilan yang saat ini kita miliki. Bahkan yang lebih parah lagi, bisa menyebabkan gangguan makan atau dismorfia tubuh.

3.  Interaksi sosial yang tidak sehat : katakanlah ketika kita di kehidupan dunia nyata baik-baik saja, namun ketika terjun dengan mengharapkan banyak pujian yang sama seperti di dunia nyata, lantas malah justru sebaliknya. Hal ini membuat kita merasa lebih tidak sempurna dan membuat diri kita trauma secara psikologis dari segi penghinaan yang berdampak jangka panjang pada harga diri dan mental kita. Di mana akan berujung pada memperburuk kecemasan ketika kita melihat dunia nyata.

4.  Kelelahan mental : dari penawaran dunia metaverse, adanya pengalaman yang penuh dengan rangsangan visual, hal ini bisa menyebabkan kita lelah untuk berinteraksi secara terus-menerus, contohnya bermain game, sampai ke interaksi sosial di dunia virtual. Hal ini menyebabkan timbulnya insomnia, menurunkan produktivitas, kesejahteraan psikologis, mengganggu pola tidur dan meningkatkan stres.

5.  Kehilangan kenyataan : kehadiran dunia virtual atau dunia metaverse, yang nyaris menyerupai dunia nyata. Ada saja lho beberapa sulit membedakan antara dunia nyata dan dunia virtual. Karena dari kecanduan itu, justru pengguna kesulitan dalam menghadapi kenyataan atau merasa terputus dari kehidupan nyata yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk berfungsi di kehidupan sehari-hari. Bahkan membatasi diri kita untuk mempunyai kesempatan dalam mengembangkan keterampilan emosi atau mengatasi masalah kehidupan nyata dengan baik.

Namun, terlebih dari apa yang kita lihat dari poin 1-5, hal ini masih bisa kita lihat secara baiknya. Seperti :

1.  Peluang untuk mendapatkan dukungan sosial dan terapi : metaverse juga membuka peluang untuk terapi virtual dan dukungan sosial, tenang saja pastinya aman. Hal ini membantu kamu yang kesulitan berbicara di dunia nyata dengan mencari dukungan psikologis secara anonim dan terpercaya, bahkan mengadakan sesi terapi juga grup dukungan yang bisa membantumu.

2.  Solusi : cobalah untuk membatasi waktu dalam penggunaan di dunia virtual untuk bisa menghindari kecanduan dan menjaga keseimbangan hidup, dari dunia metaverse juga memberikan edukasi mengenai dampak kesehatan mental dari dunia digital, sampai menyediakan moderasi untuk mencegah perilaku toxic yang dapat merusak kesehatan mental pengguna.

 

Semua hal yang kita lihat secara negatif bisa jadi ada sisi positif nya, juga sebaliknya. Kehadiran dunia metaverse memang menjadi tantangan besar bagi kita itu tersendiri. Namun, jangan juga mengisolasi untuk tidak memanfaatkan hal positif dari segi metaverse ini. Karena sebenarnya, teknologi hadir untuk memudahkan bukan membuat kita ketergantungan bahkan menyalahkan mereka karena telah membuat diri kita tersakiti atau dirugikan. (FAI-32)