Rokok dan Alkohol Jadi Ancaman Serius Bagi Remaja: Bonus Demografi di Ambang Krisis Kesehatan Global -->

Header Menu

Rokok dan Alkohol Jadi Ancaman Serius Bagi Remaja: Bonus Demografi di Ambang Krisis Kesehatan Global

Jurnalkitaplus
23/05/25

deposit foto   


Jurnalkitaplus - Generasi remaja yang seharusnya menjadi tulang punggung masa depan justru menghadapi ancaman kesehatan serius. Bukan hanya dari dalam negeri, tapi juga dari tekanan global yang menempatkan mereka di posisi rentan. Salah satu ancaman paling nyata adalah meningkatnya konsumsi rokok dan alkohol, yang kini menghantui keseharian remaja, terutama dengan maraknya rokok elektrik.


Laporan terbaru dari The Lancet Commission on Adolescent Health and Wellbeing 2025 menyebutkan bahwa remaja saat ini berada di titik kritis secara global. Mereka menghadapi risiko morbiditas (penyakit) dan mortalitas (kematian) tinggi di masa depan, dipicu oleh berbagai faktor kompleks yang saling berkelindan.


Ancaman Global, Kesehatan Remaja Terjepit

Menurut laporan tersebut, penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi meningkat signifikan di kalangan remaja. Tak kalah mengkhawatirkan, gangguan mental seperti depresi dan kecemasan juga makin marak terjadi.

Lebih jauh lagi, sejumlah ancaman global memperparah situasi kesehatan remaja:

  • Perubahan iklim dan degradasi lingkungan mengganggu stabilitas hidup dan akses terhadap layanan dasar.

  • Urbanisasi cepat mendorong gaya hidup tidak sehat, dari pola makan instan hingga kurang aktivitas fisik.

  • Konflik dan pengungsian menyebabkan trauma dan krisis psikososial di kalangan remaja.

  • Pandemi COVID-19 menyisakan dampak panjang, termasuk keterlambatan layanan kesehatan dan pendidikan, serta risiko pandemi baru di masa depan.


Rokok Elektrik dan Alkohol, “Racun Halus” Generasi Muda

Di tengah krisis kesehatan global ini, rokok dan alkohol justru makin akrab dengan kehidupan remaja. Rokok elektrik menjadi tren, bahkan lebih populer di kalangan remaja dibandingkan orang dewasa. Laporan WHO 2024 menyebutkan, penggunaan rokok elektrik di usia muda telah melampaui kelompok usia tua.

Di Indonesia, Survei Kesehatan Indonesia 2023 mencatat sekitar 7,4 persen remaja usia 10–18 tahun sudah aktif merokok, kebanyakan menggunakan rokok elektrik. Hal ini menjadikan kelompok remaja sebagai sasaran pasar nikotin yang empuk namun sangat berisiko.

Sementara itu, konsumsi alkohol di kalangan remaja juga naik diam-diam, memperburuk masalah kesehatan mental dan meningkatkan potensi kecanduan di usia dewasa.


Bonus Demografi Bisa Jadi Bencana

Indonesia sedang menikmati bonus demografi, di mana kelompok usia produktif mendominasi populasi. Tapi jika kesehatan remaja diabaikan, peluang ini justru bisa berubah menjadi beban ekonomi dan sosial dalam jangka panjang.

Obesitas dan kekurangan gizi kini hidup berdampingan, membentuk beban ganda malanutrisi. Selain itu, jika pandemi kembali terjadi, kelompok dengan penyakit kronis seperti obesitas dan perokok aktif akan menjadi yang paling rentan.


Investasi Kesehatan Remaja = Investasi Masa Depan

Meski remaja menyumbang 24 persen dari populasi dunia, mereka hanya menerima 2,4 persen dana pembangunan dan kesehatan global. Padahal, menurut Prof Sarah Baird dari George Washington University, menjamin kesehatan dan kesejahteraan remaja adalah mekanisme terkuat untuk mengamankan masa depan umat manusia.


Saatnya Bergerak

Pemerintah dan masyarakat harus segera:

  • Menekan promosi dan distribusi produk tembakau dan alkohol ke remaja

  • Meningkatkan edukasi kesehatan mental dan reproduksi di sekolah

  • Memperluas akses layanan kesehatan remaja secara menyeluruh


Generasi muda kini berdiri di persimpangan jalan. Mereka bisa menjadi pemimpin masa depan yang sehat dan kuat, atau menjadi korban dari sistem dan lingkungan yang lalai. Pilihannya ada pada kita hari ini. (FG)


Referensi :

https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(25)00503-3/abstract