Assalamu'alaikum Sobat Jkpers!
Kembali lagi di bedah film, dari film yang belum atau sudah kamu tonton, namun, belum menemukan apa yang bisa dipelajari dan bekal untuk kita menghadapi kehidupan ini. Ya! Perihal materi kehidupan belum tentu kamu temukan di pelajaran sekolah bahkan kuliah. Tapi, tenang saja! Kini kami hadir untuk meringkas sebuah series 'Skripsick'
"Skripsick": Tertawa, Tersadar, dan Terselamatkan dari Skripsi
Siapa bilang skripsi cuma bikin stres dan nangis di kamar? Series Skripsick, adaptasi dari novel berjudul sama karya Dyan Nuranindya, hadir dengan pendekatan fresh kadang relate dan jenaka terhadap kisah horor mahasiswa tingkat akhir: skripsi. Tapi di balik semua komedi dan kekonyolan tokohnya, series ini menyimpan banyak pelajaran hidup yang relatable banget, apalagi buat kita di era serba cepat dan tekanan mental tinggi seperti tahun ini.
1. Semua Orang Punya Deadline, Tapi Punya Cara Berproses yang Berbeda
Pelajaran: Jangan bandingkan progresmu dengan orang lain
Dalam series ini, tiap karakter punya perjuangan skripsi yang berbeda: ada yang teliti banget, ada yang panikan, ada yang cuek. Ini mengajarkan kita untuk menghargai ritme diri sendiri, apalagi di masa sekarang saat media sosial bikin kita tertekan karena pencapaian orang lain.
Di tahun ini, dengan tekanan personal branding dan karier instan, Skripsick jadi pengingat bahwa nggak apa-apa kalau kita butuh waktu lebih lama, asal tetap jalan.
2. Persahabatan Bisa Jadi Penolong dari Burnout
Pelajaran: Teman sehat itu yang bisa diajak maju bareng, bukan yang saling menjatuhkan
Tokoh-tokohnya sering mengandalkan satu sama lain—entah buat brainstorming ide, saling marah-marahin biar cepat kelar, atau cuma ngeluh bareng. Di dunia nyata, terutama bagi kita yang makin dewasa dan sering merasa sendiri, series ini mengingatkan betapa pentingnya punya support system yang sehat.
Apalagi di era hybrid dan WFH seperti sekarang, kita butuh circle yang mengingatkan bukan cuma tentang kerja, tapi juga healing dan semangat hidup.
3. Ketidaksempurnaan Itu Bagian dari Proses
Pelajaran: Kamu tetap layak meskipun hasilmu nggak sempurna
Skripsick menertawakan hal-hal yang sering bikin mahasiswa malu: revisi berulang, salah file, dosen killer. Tapi dari situ kita belajar bahwa gagal itu manusiawi. Di tahun ini, saat mental health makin dibicarakan, pelajaran ini penting: jangan takut gagal atau bikin salah—yang penting kita keep going.
4. Tertawa Bisa Jadi Terapi yang Paling Ampuh
Pelajaran: Jangan lupa tertawa, meskipun lagi berat-beratnya hidup
Series ini penuh komedi yang absurd tapi nyata. Mulai dari ide skripsi aneh, sampai interaksi dengan dosen yang kadang bikin pengen hilang ingatan. Tapi itulah kekuatannya—kita bisa tertawa atas masalah yang kita alami, dan itu bikin kita lebih kuat.
Kadang kita butuh melihat hidup dari sisi lucunya biar nggak stres berlebihan. Skripsick mengajarkan kita untuk melepas tekanan dengan tertawa yang sehat.
5. Hidup Nggak Harus Sempurna Baru Bisa Dijalani
Pelajaran: Nikmati yang sedang kamu hadapi hari ini, sekacau apapun itu
Lewat kekacauan dan kekonyolan tokoh-tokohnya, Skripsick menyadarkan kita bahwa hidup nggak harus ditunggu sempurna dulu baru bahagia. Tahun ini mungkin penuh target, KPI, deadline, atau impian besar. Tapi kita tetap bisa tertawa, bersyukur, dan menjalani hidup meskipun skripsi (atau masalah lain) belum selesai.
Siapa yang masih malu jadi mahasiswa yang telat lulus? Tapi bukan berarti berleha-leha yah, hanya saja dari series ini, memperlihatkan bagaimana kita bisa memanfaatkan waktu, jangan terlalu menikmati masa muda, nantinya kita merasa menyesal karena semuanya begitu berjalan cepat dan kita terasa tertinggal jauh. Karena jika kamu masih menilai "ih emangnya ga malu apa dia sampai semester 10 bukannya lulus secara disiplin!" padahal kemungkinan besar dia struggle dalam menjalani dan memahami semua itu.
FAI (32)