Bedah Film : Sisi Positif Series Skripsick (2020) -->

Header Menu

Bedah Film : Sisi Positif Series Skripsick (2020)

Jurnalkitaplus
09/06/25

Assalamu'alaikum Sobat Jkpers!

Kembali lagi di bedah film, dari film yang belum atau sudah kamu tonton, namun, belum menemukan apa yang bisa dipelajari dan bekal untuk kita menghadapi kehidupan ini. Ya! Perihal materi kehidupan belum tentu kamu temukan di pelajaran sekolah bahkan kuliah. Tapi, tenang saja! Kini kami hadir untuk meringkas sebuah series 'Skripsick'

"Skripsick": Tertawa, Tersadar, dan Terselamatkan dari Skripsi

Siapa bilang skripsi cuma bikin stres dan nangis di kamar? Series Skripsick, adaptasi dari novel berjudul sama karya Dyan Nuranindya, hadir dengan pendekatan fresh kadang relate dan jenaka terhadap kisah horor mahasiswa tingkat akhir: skripsi. Tapi di balik semua komedi dan kekonyolan tokohnya, series ini menyimpan banyak pelajaran hidup yang relatable banget, apalagi buat kita di era serba cepat dan tekanan mental tinggi seperti tahun ini.

1. Semua Orang Punya Deadline, Tapi Punya Cara Berproses yang Berbeda

Pelajaran: Jangan bandingkan progresmu dengan orang lain

Dalam series ini, tiap karakter punya perjuangan skripsi yang berbeda: ada yang teliti banget, ada yang panikan, ada yang cuek. Ini mengajarkan kita untuk menghargai ritme diri sendiri, apalagi di masa sekarang saat media sosial bikin kita tertekan karena pencapaian orang lain.

Di tahun ini, dengan tekanan personal branding dan karier instan, Skripsick jadi pengingat bahwa nggak apa-apa kalau kita butuh waktu lebih lama, asal tetap jalan.

2. Persahabatan Bisa Jadi Penolong dari Burnout

Pelajaran: Teman sehat itu yang bisa diajak maju bareng, bukan yang saling menjatuhkan

Tokoh-tokohnya sering mengandalkan satu sama lain—entah buat brainstorming ide, saling marah-marahin biar cepat kelar, atau cuma ngeluh bareng. Di dunia nyata, terutama bagi kita yang makin dewasa dan sering merasa sendiri, series ini mengingatkan betapa pentingnya punya support system yang sehat.

Apalagi di era hybrid dan WFH seperti sekarang, kita butuh circle yang mengingatkan bukan cuma tentang kerja, tapi juga healing dan semangat hidup.

3. Ketidaksempurnaan Itu Bagian dari Proses

Pelajaran: Kamu tetap layak meskipun hasilmu nggak sempurna

Skripsick menertawakan hal-hal yang sering bikin mahasiswa malu: revisi berulang, salah file, dosen killer. Tapi dari situ kita belajar bahwa gagal itu manusiawi. Di tahun ini, saat mental health makin dibicarakan, pelajaran ini penting: jangan takut gagal atau bikin salah—yang penting kita keep going.

4. Tertawa Bisa Jadi Terapi yang Paling Ampuh

Pelajaran: Jangan lupa tertawa, meskipun lagi berat-beratnya hidup

Series ini penuh komedi yang absurd tapi nyata. Mulai dari ide skripsi aneh, sampai interaksi dengan dosen yang kadang bikin pengen hilang ingatan. Tapi itulah kekuatannya—kita bisa tertawa atas masalah yang kita alami, dan itu bikin kita lebih kuat.

Kadang kita butuh melihat hidup dari sisi lucunya biar nggak stres berlebihan. Skripsick mengajarkan kita untuk melepas tekanan dengan tertawa yang sehat.

5. Hidup Nggak Harus Sempurna Baru Bisa Dijalani

Pelajaran: Nikmati yang sedang kamu hadapi hari ini, sekacau apapun itu

Lewat kekacauan dan kekonyolan tokoh-tokohnya, Skripsick menyadarkan kita bahwa hidup nggak harus ditunggu sempurna dulu baru bahagia. Tahun ini mungkin penuh target, KPI, deadline, atau impian besar. Tapi kita tetap bisa tertawa, bersyukur, dan menjalani hidup meskipun skripsi (atau masalah lain) belum selesai.

Siapa yang masih malu jadi mahasiswa yang telat lulus? Tapi bukan berarti berleha-leha yah, hanya saja dari series ini, memperlihatkan bagaimana kita bisa memanfaatkan waktu, jangan terlalu menikmati masa muda, nantinya kita merasa menyesal karena semuanya begitu berjalan cepat dan kita terasa tertinggal jauh. Karena jika kamu masih menilai "ih emangnya ga malu apa dia sampai semester 10 bukannya lulus secara disiplin!" padahal kemungkinan besar dia struggle dalam menjalani dan memahami semua itu.

FAI (32)