JURNALKITAPLUS - Pertumbuhan penggemar sepak bola di Asia, termasuk Indonesia, membawa dampak besar terhadap perkembangan LALIGA. Tak hanya dalam jumlah pengikut di media sosial, tapi juga dalam strategi penyiaran hingga pendekatan digital yang makin personal. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah mengatur jadwal laga El Clasico menjadi lebih bersahabat bagi penggemar di kawasan Asia. Jadi penggemar LALIGA tidak harus begadang nunggu jadwal tim favoritnya main di televisi kita.
Musim ini, pertandingan antara Barcelona dan Real Madrid disiarkan pada pukul 21.15 WIB, jauh lebih awal dari jam utama pertandingan di Spanyol. Presiden LALIGA, Javier Tebas, menyebutkan bahwa pengaturan waktu ini adalah bentuk komitmen untuk menjangkau lebih banyak penonton di Asia. "Kami ingin menguji apakah beberapa pertandingan dalam semusim bisa ditayangkan di jam yang lebih baik untuk penggemar Asia," ujarnya.
Tak hanya waktu tayang, LALIGA juga menghadirkan konten berbahasa lokal untuk menjangkau penggemar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Akun media sosial LALIGA berbahasa Indonesia aktif menyampaikan informasi terbaru, bahkan tak segan menunjukkan empati saat terjadi bencana alam di Indonesia atau perubahan pelatih tim nasional. Saat Patrick Kluivert ditunjuk sebagai pelatih Timnas Indonesia, akun tersebut turut mengucapkan selamat bertugas dan menyebutnya sebagai "duta besar LALIGA" di tanah air.
Interaksi jadi kunci pendekatan LALIGA ke penggemar global. Melalui pemanfaatan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), LALIGA membuat pengalaman penggemar jadi lebih interaktif dan informatif. Salah satu inovasinya adalah kehadiran karakter virtual bernama Alex, yang bisa menyajikan informasi dan berinteraksi dengan penggemar layaknya asisten digital cerdas.
Tak berhenti di situ, fitur Beyond Stats juga memberikan data analitik pertandingan yang dikumpulkan melalui kamera di stadion. Dalam satu laga saja, data yang dikumpulkan bisa mencapai 3,5 juta entri. Data ini kemudian diolah menjadi informasi yang menarik dan mudah dicerna oleh penggemar.
Javier Gil, Kepala Implementasi dan Pengembangan AI LALIGA, mengatakan bahwa teknologi ini memungkinkan liga menjangkau audiens dengan cara yang lebih personal dan dalam bahasa ibu mereka. "Ini bukan cuma soal data, tapi juga pengalaman dan keterhubungan emosional," kata Gil.
Dengan kombinasi antara penyesuaian jam tayang, konten lokal yang empatik, serta inovasi berbasis AI, LALIGA sukses memperkuat posisinya sebagai liga top Eropa yang paling progresif dalam membangun koneksi dengan penggemarnya, khususnya di Asia. (FG12)