Merenungi Kematian: Pengingat Hidup dari 'Memento Mori' Stoik hingga Nasihat Malaikat Jibril -->

Header Menu

Merenungi Kematian: Pengingat Hidup dari 'Memento Mori' Stoik hingga Nasihat Malaikat Jibril

Jurnalkitaplus
10/06/25



JURNALKITAPLUS - Mengingat kematian mungkin terdengar kelam bagi sebagian orang, namun dalam berbagai tradisi kebijaksanaan, kesadaran akan fana-nya hidup justru dipandang sebagai kunci untuk menjalani kehidupan yang lebih penuh makna dan bertujuan. Dua perspektif kuat datang dari filosofi Stoik dan ajaran Islam, yang masing-masing menawarkan pengingat mendalam tentang realitas kematian dan implikasinya bagi cara kita hidup.

"Memento Mori": Alarm Eksistensial ala Stoisisme Modern

Bagi Ryan Holiday, seorang penulis dan pemikir Stoik kontemporer yang karyanya dikenal luas melalui buku-buku seperti The Daily Stoic dan Ego is the Enemy, frasa Latin "Memento Mori" yang berarti "Ingatlah bahwa kamu akan mati" bukanlah ajakan untuk putus asa, melainkan kunci untuk hidup dengan penuh kesadaran, keberanian, dan tujuan. Holiday telah membawa kembali filosofi kuno dari tokoh-tokoh seperti Marcus Aurelius, Seneca, dan Epictetus ke ranah modern, membungkusnya dalam bahasa yang mudah dipahami.

Dalam pandangan Stoisisme, pemahaman akan kematian yang tidak terhindarkan justru menjadi kunci untuk hidup sepenuhnya. Ryan Holiday menyebut "Memento Mori" sebagai alarm eksistensial, sebuah pengingat bahwa waktu kita terbatas, dan karena itu sangat berharga. Ia bahkan menyampaikan kutipan tajam: "Kematian bukan sesuatu yang harus ditakuti. Ia adalah pengingat bahwa kita tidak punya waktu untuk menyia-nyiakan hidup.".

Menyadari bahwa hidup ini singkat dapat mendorong kita untuk membuat keputusan yang lebih bermakna, mencintai lebih dalam, bekerja lebih jujur, dan memaafkan lebih cepat. Holiday menjelaskan bahwa pengingat "Memento Mori" tidak harus hadir dalam bentuk yang dramatis, melainkan bisa hadir dalam rutinitas harian, menjadi pengingat untuk tidak menunda kehidupan. Menurut Holiday, "Kesadaran akan kematian membuat hidup lebih bermakna".


Nasihat Malaikat Jibril : Persiapan Menuju Akhirat

Dari perspektif ajaran Islam, pengingat akan kematian juga datang melalui nasihat yang sangat fundamental. Salah satu nasihat dari Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW adalah kalimat "عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ ". Kalimat ini diterjemahkan sebagai "Hiduplah sesukamu karena sesungguhnya kamu akan mati".

Nasihat ini, dalam konteks Islam, mengandung peringatan tentang kematian dan pentingnya mempersiapkan diri untuk akhirat. Nasihat ini mengingatkan bahwa kematian adalah suatu kepastian yang tidak dapat dihindari oleh setiap makhluk hidup. Meskipun manusia memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidupnya, setiap pilihan akan berdampak dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Oleh karena itu, nasihat ini mendorong umat Islam untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian dan akhirat dengan melakukan amal shalih dan menjauhi perbuatan dosa.

Selain nasihat pertama tentang kepastian kematian, Malaikat Jibril juga menyampaikan dua nasihat penting lainnya kepada Nabi Muhammad SAW :

1. "وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ": Cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya.
2. "وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ": Berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.

Kedua nasihat tambahan ini semakin mempertegas bahwa kehidupan dunia adalah sementara, hubungan antarmanusia akan terpisah oleh kematian, dan setiap perbuatan, baik atau buruk, akan mendapatkan balasan di kemudian hari.

Baik melalui kacamata filosofi Stoik "Memento Mori" maupun nasihat mendalam dari Malaikat Jibril, pesan utamanya serupa: menyadari kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari kesadaran untuk menjalani setiap momen yang tersisa dengan penuh nilai, tanggung jawab, dan persiapan. (FG12)

Referensi:
The Daily Stoic 
Muslim.or.id