Revenge Quitting: Tren Protes Gen Z yang Mengguncang Dunia Kerja -->

Header Menu

Revenge Quitting: Tren Protes Gen Z yang Mengguncang Dunia Kerja

Jurnalkitaplus
13/06/25


Jurnalkitaplus - Revenge quitting adalah tindakan karyawan yang secara tiba-tiba mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai bentuk protes atau “balas dendam” terhadap kondisi kerja yang dianggap tidak adil, seperti perlakuan buruk, tekanan berlebihan, atau konflik yang tidak terselesaikan. Biasanya, pengunduran diri ini dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya, sehingga berdampak pada kelangsungan pekerjaan di perusahaan. Berbeda dengan quiet quitting, yang bekerja semaunya tanpa ambisi, simak tulisannya di sini


Fenomena revenge quitting ini muncul karena karyawan, terutama Gen Z, merasa tidak dihargai dan mengalami burnout akibat beban kerja yang tinggi serta lingkungan kerja yang toksik. Mereka merasa nilai dan ekspektasi mereka bertentangan dengan budaya kerja yang ada, yang seringkali mengabaikan kesejahteraan mental dan kebutuhan pribadi. Ketidakpuasan ini mendorong mereka untuk mengambil langkah drastis sebagai bentuk perlawanan.


Gen Z memiliki ekspektasi karier yang berbeda dibanding generasi sebelumnya. Mereka mengutamakan keseimbangan hidup, fleksibilitas, dan pekerjaan yang sesuai dengan nilai pribadi. Jika lingkungan kerja tidak mendukung hal ini, mereka cenderung memilih untuk keluar secara dramatis, bahkan pada momen krusial agar kepergian mereka benar-benar terasa. Selain itu, tingginya tingkat burnout dan tekanan kerja yang tidak tertangani menjadi pemicu utama.


Media sosial berperan besar dalam menyebarkan dan menormalisasi fenomena revenge quitting. Platform seperti TikTok dan Instagram menjadi ruang bagi karyawan muda untuk membagikan pengalaman resign mereka secara terbuka, yang kemudian viral dan mendapat dukungan dari banyak orang. Media sosial juga membuka ruang bagi mereka untuk curhat, mengkritik, dan saling memberi dukungan, sehingga fenomena ini semakin meluas dan menjadi tren. (FG12)