Tiga Studi Terbaru: Makan Sehat Lebih Penting dari Sekadar Menurunkan Berat Badan -->

Header Menu

Tiga Studi Terbaru: Makan Sehat Lebih Penting dari Sekadar Menurunkan Berat Badan

Jurnalkitaplus
09/06/25


JURNALKITAPLUS – Banyak orang menganggap keberhasilan pola makan sehat hanya diukur dari turunnya berat badan. Namun, tiga studi terbaru menegaskan bahwa manfaat makan sehat jauh melampaui angka di timbangan, bahkan jika berat badan tidak berubah sama sekali. Temuan ini menjadi kabar baik bagi mereka yang sudah berusaha makan sehat namun belum melihat perubahan signifikan pada berat badan.


Dilansir dari Forbes.com, sebuah penelitian yang dipublikasikan di Journal ofive Card oleh tim dari Ben-Gurion dan Harvard University melacak lebih dari 700 orang dewasa dengan obesitas perut yang mengikuti berbagai pola makan sehat—mulai dari diet rendah karbohidrat hingga diet Mediterania—selama dua tahun. Hasilnya, hampir sepertiga peserta tidak mengalami penurunan berat badan, bahkan ada yang justru bertambah berat badannya. Namun, mereka tetap menunjukkan perbaikan signifikan pada sejumlah indikator kesehatan.


Bagi mereka yang berhasil menurunkan berat badan, peningkatan kesehatan kardiovaskular dan metabolik memang paling terasa. Setiap kilogram berat badan yang hilang, kadar kolesterol baik (HDL) naik 1,44%, trigliserida turun 1,37%, insulin turun 2,46%, dan hormon leptin juga menurun drastis. Namun, kabar baiknya, peserta yang berat badannya stabil—terutama wanita dan lansia—juga mengalami peningkatan HDL, penurunan insulin, dan berkurangnya lemak viseral (lemak di sekitar organ vital yang berisiko tinggi bagi kesehatan).


Peneliti juga menemukan 12 titik metilasi DNA yang dapat memprediksi keberhasilan penurunan berat badan jangka panjang. Penemuan ini memberi penjelasan mengapa dua orang bisa menjalani pola makan yang sama namun hasilnya berbeda.


“Kita sudah terbiasa mengaitkan penurunan berat badan dengan kesehatan, sehingga mereka yang sulit menurunkan berat badan sering dianggap gagal,” ujar Anat Yaskolka Meir, penulis utama studi dan peneliti di Harvard Chan School. “Temuan kami mendefinisikan ulang makna keberhasilan klinis. Mereka yang tidak kehilangan berat badan tetap bisa memperbaiki metabolisme dan menurunkan risiko penyakit jangka panjang. Ini adalah pesan harapan, bukan kegagalan.”


Dua studi lain yang dipresentasikan di konferensi American Society for Nutrition juga mendukung temuan ini. Analisis terhadap hampir 200.000 orang selama beberapa dekade menunjukkan bahwa kualitas makanan jauh lebih penting daripada jenis diet (rendah lemak atau rendah karbohidrat). Diet apapun yang berbasis makanan utuh seperti biji-bijian, sayuran, kacang-kacangan, dan buah-buahan mampu menurunkan risiko penyakit jantung hingga 15%, dibandingkan diet berbasis makanan olahan dan lemak jenuh.


Studi ketiga secara khusus menyoroti konsumsi kacang-kacangan. Konsumsi harian kacang hitam atau chickpea selama 12 minggu terbukti menurunkan kolesterol dan peradangan pada penderita pra-diabetes. Meski penelitian ini fokus pada pra-diabetes, manfaat kacang-kacangan juga telah terbukti pada populasi umum.


Kesimpulannya, keberhasilan pola makan sehat tidak hanya diukur dari penurunan berat badan. Tubuh tetap mendapatkan banyak manfaat kesehatan meski angka di timbangan tidak berubah. Jadi, jangan berkecil hati jika berat badan stagnan—makan sehat tetap memberikan perlindungan jangka panjang bagi tubuh. (FG12)


Sumber:

[Forbes - 3 New Studies Remind Us There’s More To Eating Well Than Just Weight Loss]