Bedah Film : Sisi Positif Film The Electric State -->

Header Menu

Bedah Film : Sisi Positif Film The Electric State

Jurnalkitaplus
16/07/25

Assalamu'alaikum Sobat Jkpers!

Kembali lagi di bedah film, dari film yang belum atau sudah kamu tonton, namun, belum menemukan apa yang bisa dipelajari dan bekal untuk kita menghadapi kehidupan ini. Ya! Perihal materi kehidupan belum tentu kamu temukan di pelajaran sekolah bahkan kuliah. Tapi, tenang saja! Kini kami hadir untuk meringkas sebuah film 'The Electric State'

Masih ingat perihal phk, dan isu menguatkan bahwa kehadiran Ai membuat nyari seluruh pekerjaan terancam. Di mana kita harus beradaptasi dengan kecepatan teknologi, kita kewalahan dan lain sebagainya. Dari film ini bahkan banyak film yang serupa juga sebagai peringatan untuk kita semua, dan ada hal yang berarti sebagai dorongan kita untuk bisa refleksi :

1. Menyeimbangkan Kemanusiaan dan Teknologi

Michelle dan Cosmo—robot yang memiliki "jiwa" Christopher—menghadapi kendali teknologi ekstrem melalui perusahaan Sentre yang mencoba mengontrol manusia lewat neurocaster. Michelle akhirnya memutuskan kabel yang menghidupkan saudara sekaligus jaringan teknologi itu.

Refleksi yang terjadi: Kita hidup di era di mana teknologi semakin menyatu dalam setiap aspek—AI, VR, media sosial. Tapi film ini mengingatkan: "Kontak nyata, pelukan, debat langsung—itu yang membuat kita manusia" Pelajaran: Gunakan teknologi sebagai alat bantu, bukan pengganti koneksi manusia. Luangkan waktu tanpa gadget, agar hubungan tidak tercerabut oleh layar.

2. Perlindungan Terhadap Lingkungan Teknologi

Setelah pemberontakan robot gagal, banyak robot diasingkan ke zona kosong. Film ini memberikan suara pada makhluk yang dulu berfungsi sebagai pelayan, lalu diabaikan.

Refleksi yang terjadi: Bukan cuma robot—manusia juga sering di-"asingkan": para pekerja gig economy, lansia, dan mereka yang dipecat otomatis lewat algoritma. "Jangan sampai kemajuan membuat sebagian dari kita jadi terbuang." Pelajaran: Perlu dibuat sistem inklusif—yang menjaga semua pihak tetap terhubung dan dihargai, terlepas dari perannya di ekosistem teknologi.

3. Nilai Kebersamaan dan Kepemimpinan yang Humano

Michelle didukung oleh Keats si penyelundup dan Herman robot komedi. Dari yang awalnya acuh, Keats berubah menjadi pemimpin kecil, dan robot juga 'berjiwa' lewat Cosmo.

Refleksi yang terjadi: Banyak pemimpin saat ini muncul dari berbagai latar—bukan karena jabatan, tapi karena keberanian dan empati nyata dalam krisis. "Kadang pemimpin sejati adalah mereka yang hadir saat dibutuhkan, bukan yang pamer gelar." Pelajaran: Jadilah teman yang peduli, bukan sekadar pemimpin yang memerintah; dukung teman saat masa sulit, karena itu membentuk karakter.

4. Keputusan Sulit untuk Kebaikan Besar

Michelle memutuskan keras untuk mematikan neurocaster milik pimpinannya dengan cara sangat sulit: mematikan kabel hidup adiknya.

Refleksi yang terjadi: Masalah kompleks sering menuntut keputusan yang berat—baik di lingkungan kerja, keluarga, maupun pemerintahan: seperti mem-PHK demi kebaikan jangka panjang.  "Kadang kemenangan bukan soal mudah, tapi punya nyali ambil keputusan sulit untuk hasil lebih besar." Pelajaran: Jika harus memilih antara "aman tapi stagnan" atau "berisiko untuk perubahan", beranilah pilih yang membangun masa depan—dengan jiwa dan pikiran.

5. Estetika Visual sebagai Jembatan Empati

Visual retro-futuristik era '90-an dan robot-robot yang "hidup" memberi nuansa visual yang mengubah trauma jadi keakraban.

Refleksi yang terjadi: Visual storytelling makin dipakai untuk menyentuh emosi—seperti edukasi soal lingkungan lewat foto drone, kampanye kesadaran lewat fiksi film.  "Ketika melihat robot sedih, kita pun merasa—itu kunci empati diciptakan bukan sekadar lewat naskah." Pelajaran: Gunakan media visual untuk menyampaikan pesan sosial—suatu rencana kecil bisa jadi inspirasi besar.

Jangan sampai ketergantungan tapi jadikan kehadiran teknologi sebagai pelengkap kehidupan kita. Jika terlalu terikat kita hilang kendali dan tanpa kehadiran teknologi bahkan dikendalikan teknologi bukan kita yang mengendalikan diri kita sendiri jadi 'wassalam'

FAI (32)