Assalamu'alaikum Sobat Jkpers!
Kembali lagi di bedah film, dari film yang belum atau sudah kamu tonton, namun, belum menemukan apa yang bisa dipelajari dan bekal untuk kita menghadapi kehidupan ini. Ya! Perihal materi kehidupan belum tentu kamu temukan di pelajaran sekolah bahkan kuliah. Tapi, tenang saja! Kini kami hadir untuk meringkas sebuah film 'The Last Supper'
Tampaknya dihindari oleh muslim-muslimah, tapi sebagai umat islam yang toleransi film ini bisa menjadi pelajaran yang tidak bisa dianggap remeh :
1. Makna Pengorbanan dan Kasih Tanpa Syarat
Digambarkan melalui tindakan Yesus yang merangkul murid-murid-Nya meski tahu akan dikhianati—kesediaan untuk membasuh kaki mereka adalah simbol pelayanan dan kerendahan hati yang luar biasa.
Refleksi yang terjadi: Kita pun bisa belajar melayani dengan hati, bukan ego. Misalnya, membantu orang tua atau orang asing tanpa pamrih—saat itulah kita mencerminkan kasih sejati yang diajarkan melalui Perjamuan Terakhir.
2. Refleksi Diri: Perang Batin Manusiawi
Peter dan Yudas digambarkan memiliki pergolakan batin yang nyata: Petrus setia tapi takut, akhirnya menyangkal Yesus; Yudas mengkhianati karena ambisi dan harapannya yang tak sesuai kenyataan.
Refleksi yang terjadi: Kita semua pernah ada di posisi ini: takut gagal, khawatir kehilangan status sosial, atau kecewa pada orang yang diidealkan. Film ini mengingatkan bahwa keraguan dan kegagalan adalah bagian dari proses, bukan akhir dari segalanya.
3. Kekuatan Pengampunan dan Pemulihan
Petrus, meski gagal, diberi kesempatan untuk bertobat dan dipulihkan. Sedangkan Yudas, tragisnya, memilih jalan akhir yang menyedihkan.
Refleksi yang terjadi: Kesalahan dan penyesalan adalah hal manusiawi. Kalau kita memilih bangkit dan berdamai dengan diri sendiri, itu adalah langkah besar menuju kesehatan emosional. Tapi jika terus terpuruk, bisa berujung pada keputusan yang lebih merusak.
4. Rasa Kekeluargaan dan Kepercayaan dalam Krisis
Perjamuan terakhir menggambarkan momen intim dan penuh keterbukaan—Yesus menyampaikan pesan-pesan penting di tengah sahabat terdekat-Nya.
Refleksi yang terjadi: Di saat krisis—ank sakit, keluarga menghadapi cobaan, konflik internal—momen kebersamaan itulah yang jadi penguat. Duduk bersama, berdoa, menguatkan satu sama lain: tampil seakan lemah, tapi ternyata itulah yang terkuat.
5. Kewaspadaan terhadap Ambisi Duniawi
Yudas mengkhianati bukan karena jahat, tapi karena kecewa: ia berharap Yesus akan jadi pemimpin politik, bukan spiritual. Ketika harapannya tak terpenuhi, ia tersesat dalam ambisi dan frustrasi .
Refleksi yang terjadi : Kita sering tergoda memaknai sukses sebagai jabatan tinggi, harta banyak, atau pengakuan publik. Film ini mengajak kita menimbang: apakah ambisi kita sehat, atau justru membuat kita kehilangan nilai-nilai dasarnya—kasih, kejujuran, kerendahan hati.
Ya, kepercayaan masing-masing tetap menjadi pilihan orang tersebut. Namun, jika ada ujian yang hanya menguntungkan satu pihak dan justru menjerumuskan banyak orang ke lingkaran yang keji, alangkah baiknya untuk dipertimbangkan.
FAI (32)
