Perubahan iklim tak hanya memanaskan daratan, tetapi juga menggeser kehidupan laut. Ikan-ikan tropis mulai “hijrah” ke selatan, meninggalkan perairan hangat seperti Indonesia yang makin memanas.
Jurnalkitaplus - Perubahan iklim makin terasa bukan hanya lewat cuaca ekstrem, tapi juga lewat perubahan peta kehidupan bawah laut. Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di Journal of Animal Ecology pada 23 Juli 2025, mengungkap bagaimana arus laut Eastern Australian Current kini membawa larva ikan tropis ke perairan selatan Australia yang sebelumnya terlalu dingin untuk mereka.
Fenomena ini bukan sekadar “nyasar sesaat”. Dengan suhu laut yang makin menghangat, larva-larva tersebut tak hanya bertahan hidup, tapi juga tumbuh, bahkan membentuk komunitas baru bersama ikan lokal.
Menurut Angus Mitchell, peneliti dari Universitas Adelaide, beberapa ikan tropis bahkan menunjukkan perkembangan pesat di rumah baru mereka. Ini menandakan bahwa migrasi ini bukan kecelakaan biologis semata, melainkan sinyal bahwa iklim yang berubah sedang "menata ulang" kehidupan laut.
Dampaknya Bisa Merusak Ekosistem
Ikan tropis cenderung generalis: bisa makan apa saja dan hidup di mana saja. Artinya, mereka punya peluang besar menggeser spesies lokal yang hidup di perairan beriklim sedang. Seiring suhu laut terus naik, dominasi ikan-ikan tropis berpotensi mengganggu ekosistem yang tadinya stabil.
Profesor Ivan Nagelkerken dan timnya mencatat, larva-larva ikan tropis kini bisa bertahan di arus Australia Timur yang makin hangat. Dulu, kondisi air terlalu dingin bagi mereka. Tapi sekarang, mereka bisa tumbuh hingga ukuran dewasa dan mulai bersaing memperebutkan makanan dengan ikan lokal.
Bagaimana dengan Indonesia?
Kalau ikan tropis mulai menetap di Australia, apa kabar laut Indonesia? Sayangnya, ini bukan berita baik. Ikan-ikan komersial seperti tuna, makarel, dan kerapu (grouper) mulai meninggalkan perairan kita. Pemanasan laut dan pergeseran arus membuat mereka mencari tempat yang lebih sejuk atau lebih dalam.
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama Bank Dunia menyebutkan, perubahan distribusi ikan akibat pemanasan laut mengancam sektor perikanan nasional yang bernilai lebih dari 26,9 miliar dolar AS per tahun dan menjadi sumber protein bagi separuh penduduk Indonesia.
Produktivitas Ikan Menurun
Bukti nyatanya? Hasil tangkapan tuna mata besar Indonesia turun drastis antara 1997–2010, seiring menurunnya kelimpahan fitoplankton akibat suhu laut yang tinggi. Lemuru di Selat Bali pun mengalami penurunan produksi terbesar setelah suhu ekstrem pada 2010 dan 2016. Bahkan, daerah tangkap ikan terbang mulai bergeser dari Sulawesi ke Papua Barat.
Dalam studi jangka panjang, 47 spesies ikan diperkirakan akan terdampak perubahan iklim—beberapa lebih rentan daripada yang lain.
Cermin Masa Depan Laut Kita
Kisah ikan tropis yang pindah ke selatan bukan sekadar cerita dari negeri tetangga. Ini adalah gambaran masa depan perikanan Indonesia jika suhu laut terus meningkat. Dari ikan makin susah dicari, nelayan kehilangan penghasilan, hingga potensi krisis pangan.
Iklim yang berubah tidak hanya menciptakan badai dan gelombang panas. Ia juga secara diam-diam mengosongkan laut kita. Jika tidak ditangani serius, bisa jadi yang tersisa hanyalah lautan luas yang sunyi dari ikan.
Sumber :
Phys.org — Laporan dari The Conversation yang menjelaskan bagaimana ikan tropis yang terbawa oleh East Australian Current kini dapat bertahan hidup dan tumbuh di perairan Australia bagian selatan akibat pemanasan laut
ScienceDaily / University of Adelaide — Ringkasan riset yang menunjukkan peningkatan migrasi ikan tropis ke perairan beriklim sedang dan potensi dampaknya terhadap ekosistem lokal
#PerubahanIklim #IkanTropis #PemanasanLaut #EkosistemLaut #MigrasiIkan #PerikananIndonesia #KrisisIklim #IkanKomersial #JournalAnimalEcology #EasternAustralianCurrent

%20berenang%20di%20perairan%20yang%20jernih,%20menggambarkan%20kehadiran%20mereka%20di%20habitat%20baru..jpg)