Pamer Uang Sitaan: Aksi Gagah APH atau Jurus Menyesatkan Publik? -->

Header Menu

Pamer Uang Sitaan: Aksi Gagah APH atau Jurus Menyesatkan Publik?

Jurnalkitaplus
28/07/25



Obrolan Waroengkopi - Warganet belakangan ini rame ngebahas soal aksi show off duit sitaan yang dilakukan Kejaksaan Agung. Bayangin aja, duit Rp 11,8 triliun dipajang kayak tumpukan amplop THR lebaran, lengkap dengan backdrop rilis pers dan sorotan kamera. Katanya sih itu hasil rampasan dari kasus korupsi CPO Wilmar Group. Tapi beneran segituan langsung dikumpulin cash? Netizen auto ngelus dada sambil nanya, “Ini beneran uang sitaan atau cuma properti syuting?”


Di tongkrongan warung kopi, obrolan soal ini mulai seru. Ada yang kagum, “Wah kejaksaan mantap, bisa selamatin uang negara.” Tapi ada juga yang sinis, “Lah, itu kasusnya kan udah lama. Kenapa baru sekarang duitnya nongol?”


Yang bikin tambah ramai, ternyata di balik pamer uang itu, banyak yang bilang masyarakat malah jadi bingung. Mana yang beneran uang sitaan, mana yang cuma uang jaminan. Keduanya beda, bro! Kalau uang sitaan itu udah sah dinyatakan hasil korupsi sama pengadilan, sedangkan uang jaminan tuh masih nunggu bukti—belum tentu hasil ngutil duit rakyat.


Masalah makin ruwet karena ternyata ini bukan pamer pertama. Hampir tiap kasus korupsi yang dibongkar, selalu ada adegan “open house” duit. Kayak udah jadi ritual wajib sebelum ngadain rilis media.


Kenapa kejaksaan dan polisi doyan banget pamer beginian? Katanya sih buat transparansi dan akuntabilitas, biar publik tahu mereka kerja. Tapi ada aroma lain, kayak lagi nyari panggung demi citra baik. Apalagi setelah pemilu, citra APH lagi turun. Jadi pas banget momentumnya buat nunjukin, “Kami masih berani lawan koruptor!”


Tapi jangan salah, di balik aksi pamer ini ada drama kompetisi juga, bro. Polisi dan kejaksaan kayak lagi rebutan panggung. Terutama soal dominus litis alias siapa yang paling berhak ngatur jalannya perkara. Polisi pengen kejaksaan jangan ikut campur sejak penyidikan, sementara kejaksaan pengen masuk dari awal. Lah, kayak rebutan panggung konser aja.


Belum lagi sekarang polisi bikin lembaga baru, namanya Kortas Tipikor. Jadi sekarang kita punya tiga lembaga anti-korupsi: Polisi, Kejaksaan, dan KPK. Kedengerannya keren, tapi juga bikin bingung, siapa ngatur siapa? Jangan sampai malah saling sikut di belakang layar.


Yang lebih nyesek, publik juga nggak pernah tahu tuh duit triliunan itu larinya ke mana. Beneran balik ke negara? Atau malah mampir dulu di meja oknum?


Intinya, aksi pamer duit ini emang kelihatan wah di kamera. Tapi kalau nggak disertai penjelasan yang gamblang, malah bisa jadi bumerang. Masyarakat bisa makin skeptis, mikir itu cuma pencitraan, bukan prestasi.


Jadi, pamer duit sitaan itu buat edukasi atau ilusi? Di warung kopi, jawaban paling jujur biasanya datang dari yang nonton sambil nyeruput kopi hitam tanpa gula. (FG12)