Allah SWT berfirman dalam Surah At-Taubah ayat 20:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan (berhasil usahanya).” (QS. At-Taubah: 20)
Ayat ini menjelaskan keutamaan mereka yang tidak hanya beriman secara pasif, tetapi juga mengamalkan imannya dengan hijrah dan berjihad. Ketiganya—iman, hijrah, dan jihad—adalah rangkaian perjuangan spiritual dan sosial yang saling terkait, dan yang membawa seorang hamba menuju derajat tertinggi di sisi Allah.
Iman: Fondasi Utama
Urutan pertama adalah iman. Iman bukan sekadar ucapan lisan, melainkan kesadaran hati yang penuh keyakinan, pemahaman, dan pembenaran terhadap pokok-pokok ajaran Islam. Iman itu tegak di atas dua dalil:
Dalil aqli, yakni akal yang sehat;
Dalil naqli, yakni wahyu Allah dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Enam rukun iman menjadi tiang utama bangunan keyakinan seorang Muslim:
1. Beriman kepada Allah SWT;
2. Kepada malaikat-malaikat-Nya;
3. Kepada kitab-kitab yang diturunkan-Nya;
4. Kepada para rasul-Nya;
5. Kepada hari akhir;
6. Kepada qada dan qadar, baik dan buruknya dari Allah SWT.
Dalil penguatnya bisa kita simak dalam QS. Al-Baqarah: 285:
“Rasul telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), 'Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.' Dan mereka berkata, 'Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat kembali.'”
Rasulullah SAW bersabda:
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hijrah: Perpindahan Menuju Terang
Setelah iman, Allah memuliakan hijrah. Hijrah bukan hanya soal pindah tempat secara fisik, tetapi lebih dalam lagi: hijrah adalah proses perpindahan niat, pemikiran, dan perilaku dari yang gelap menuju terang, dari kesesatan menuju kebenaran, dari kebiasaan buruk menuju kehidupan yang diridhai Allah.
Dalam QS. Al-Muzzammil ayat 10–11 dan Al-Muddatstsir ayat 5, Allah mengisyaratkan bahwa hijrah mengandung nilai perjuangan untuk menerbitkan dan menampakkan keyakinan dengan cara yang elok dan hikmah.
Hijrah sejati adalah keberanian untuk berubah, meninggalkan zona nyaman menuju zona tanggung jawab.
Jihad: Pengorbanan untuk Kemenangan
Puncaknya adalah jihad. Inilah buah dari keimanan dan hijrah. Jihad bukan semata perang bersenjata, melainkan perjuangan sungguh-sungguh dalam segala aspek kehidupan—dalam pendidikan, ekonomi, kebudayaan, dakwah, bahkan dalam melawan hawa nafsu.
Contoh nyata jihad saat ini adalah membangun sistem pendidikan yang Qurani, menegakkan keadilan sosial dalam sistem ekonomi, serta mengawal nilai-nilai kebaikan dalam masyarakat. Semuanya butuh jihad: niat, tenaga, harta, pikiran, dan tentu saja keikhlasan.
Aisyah RA meriwayatkan sabda Rasulullah SAW:
“Tidak ada hijrah setelah penaklukan (Mekah), tetapi yang ada adalah jihad, niat, dan ketaatan kepada imam (ulil amri).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Akhlak Seorang Muhajir: Taat, Ikhlas, dan Gigih
Jika kita berbicara akhlak, maka akhlak seorang muhajir sejati adalah:
Jihad yang istiqamah untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam program perjuangan (QS. Al-Hajj: 78);
Berjuanglah kamu pada (jalan) Allah dengan sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan tidak menjadikan kesulitan untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu, yaitu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu dan (begitu pula) dalam (kitab) ini (Al-Qur’an) agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka, tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan berpegang teguhlah pada (ajaran) Allah. Dia adalah pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. (qs. 22 : 78)
Niat yang tulus dan ikhlas semata karena Allah (QS. Ar-Rum: 30, QS. Al-Bayyinah: 5);
Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. ( qs. 30:30)
Taat kepada Allah, Rasul, dan pemimpin kaum Muslimin (QS. An-Nisa: 59).
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ululamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat). (qs. 4 : 59)
Inilah wajah Islam yang dinamis: bukan agama yang pasif, tetapi yang mendorong pemeluknya untuk berpikir, bergerak, dan membangun. Iman, hijrah, dan jihad bukan hanya sejarah, tapi juga instruksi untuk masa kini dan masa depan.
Penutup
Derajat tinggi di sisi Allah tidak diberikan kepada mereka yang hanya berpangku tangan. Ia diraih oleh mereka yang beriman dengan hati, berhijrah dengan jiwa, dan berjihad dengan segenap daya. Tiga hal ini adalah satu kesatuan: iman sebagai pondasi, hijrah sebagai gerakan, dan jihad sebagai pengorbanan.
Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang disebut dalam QS. At-Taubah: 20—yang mendapat kemenangan hakiki di dunia dan akhirat. Aamiin.
Tulisan : Ust A.Halimi (Pembina Mahardhika)
Penyunting : FG12