Ancaman Digital di Indonesia: Urgensi Perlindungan Data di Era Modern -->

Header Menu

Ancaman Digital di Indonesia: Urgensi Perlindungan Data di Era Modern

Jurnalkitaplus
20/08/25



Jurnalkitaplus – Kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia kini sulit dipisahkan dari dunia digital. Namun, di balik kemudahan teknologi, ancaman keamanan data semakin meresahkan. Panggilan telepon dari nomor tak dikenal, pesan singkat mencurigakan, hingga penipuan daring mengintai pengguna internet. Belum lagi budaya "scrolling" medsos yang bikin ketagihan, seakan dari hanya mengisi waktu senggang, sampai menghabiskan waktu yang buat penasaran.


Data dari Hiya Global Call Threat Report Q1/2025 menyebutkan Indonesia sebagai negara dengan penerima panggilan spam terbanyak di Asia Pasifik. Sementara itu, laporan Asia Scam Report 2024 dari Global Anti-Scam Alliance (GASA) mengungkapkan bahwa 65 persen masyarakat Indonesia menghadapi upaya penipuan setiap minggu.


Ancaman Digital bagi Generasi Muda


Director & Chief Commercial Officer Indosat Ooredoo Hutchison, Bilal Kazmi, menyatakan bahwa fenomena spam dan scam bukan sekadar gangguan biasa. "Bagi generasi muda yang tumbuh di era digital, ancaman ini dapat menghambat kreativitas, mengurangi kepercayaan diri saat berinteraksi daring, hingga menyebabkan kerugian finansial," ujarnya dalam pernyataan pers pada Senin (18/8/2025). Untuk mengatasi hal ini, Indosat memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) guna menciptakan jaringan telekomunikasi yang aman. "Dengan perlindungan kuat dan literasi digital yang baik, kami mengajak anak muda Indonesia merdeka dari ancaman digital," tambah Bilal.


Tantangan Keamanan Dokumen Digital


Selain ancaman spam, keamanan dokumen digital juga menjadi isu krusial. Banyak masyarakat, mulai dari freelancer hingga profesional kantoran, menyimpan dokumen sensitif seperti KTP, SIM, atau perjanjian kerja di galeri ponsel tanpa perlindungan memadai. Founder & Group CEO VIDA, Niki Luhur, memperingatkan bahwa dokumen semacam ini rentan disalahgunakan oleh pelaku kejahatan digital untuk pencurian identitas atau pengambilalihan akun. 


VIDA, sebagai penyedia identitas digital di Indonesia, menghadirkan solusi melalui fitur Magic Scan di aplikasi mereka untuk melindungi dokumen digital. Niki menyarankan beberapa langkah sederhana untuk menjaga keamanan data: hindari menyimpan dokumen sensitif di galeri ponsel, batasi akses ke dokumen penting, dan gunakan platform penyimpanan digital terenkripsi yang tepercaya. "Penyimpanan biasa seperti galeri ponsel atau cloud tanpa enkripsi berisiko tinggi terhadap kebocoran data," jelasnya.


Keamanan Siber: Isu Utama Transformasi Digital


Guru Besar Bidang Ilmu Keamanan Data Universitas Indonesia (UI), Suryadi, menegaskan bahwa transformasi digital yang mengandalkan data berbasis internet of things membawa tantangan besar dalam keamanan siber. "Keamanan siber adalah isu utama yang harus menjadi perhatian bersama. Data dan informasi harus dijaga dengan baik agar tidak disalahgunakan," ujarnya.


Langkah Menuju Perlindungan Digital


Meningkatnya ancaman digital mendorong perlunya edukasi dan teknologi perlindungan yang lebih baik. Selain solusi berbasis AI untuk jaringan telekomunikasi, platform penyimpanan digital yang aman menjadi kebutuhan mendesak. Dengan kombinasi teknologi canggih, literasi digital, dan kesadaran privasi, masyarakat Indonesia diharapkan dapat menjelajahi dunia digital dengan lebih aman dan percaya diri. (FG12)