Avatar AI Tiktok: Inovasi Periklanan atau Eksploitasi Aktor? -->

Header Menu

Avatar AI Tiktok: Inovasi Periklanan atau Eksploitasi Aktor?

Jurnalkitaplus
25/08/25



Jurnalkitaplus – Industri periklanan kembali diramaikan dengan kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI) melalui fitur avatar AI di Tiktok. Sejak pertengahan 2024, platform media sosial milik Bytedance ini memperkenalkan fitur yang memungkinkan pemilik merek membuat iklan menggunakan avatar digital yang menyerupai manusia sungguhan. Namun, di balik inovasi ini, muncul kekhawatiran terkait nasib aktor yang menjadi bahan dasar avatar tersebut.


Tiktok menawarkan dua jenis avatar AI: avatar standar yang dibuat dari rekaman video aktor berbayar, dan avatar kustom yang menyerupai kreator tertentu. Rekaman aktor dilisensikan untuk keperluan komersial, memungkinkan avatar digital mereka tampil dalam berbagai iklan. Namun, laporan The New York Times (17/8/2025) mengungkap sisi gelap dari inovasi ini. Banyak aktor merasa dirugikan, baik dari segi upah yang minim maupun hilangnya kendali atas penggunaan gambar dan video mereka.


Salah satu aktor, Scott Jacqmein (52) dari Dallas, AS, mengaku hanya dibayar sekitar 750 dolar AS (sekitar Rp 12,2 juta) untuk rekaman video dan foto yang digunakan sebagai bahan avatar. Ia bekerja dengan agensi yang mengumpulkan materi untuk iklan Tiktok selama setahun. Namun, Jacqmein tidak diberi tahu bahwa avatarnya juga dapat digunakan di platform lain milik Bytedance, seperti aplikasi penyunting gambar. Kini, ia berharap bisa menegosiasikan ulang kontrak untuk mendapatkan kompensasi lebih adil atau membatasi jenis produk yang dipromosikan.


Inovasi avatar AI ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat mengubah lanskap periklanan, memberikan efisiensi bagi merek untuk menciptakan iklan tanpa melibatkan aktor secara langsung. Namun, tanpa regulasi yang jelas, teknologi ini berisiko mengeksploitasi aktor, terutama dalam hal kompensasi dan hak atas data pribadi mereka. Pertanyaan besar pun muncul: akankah kemajuan teknologi ini berjalan seimbang dengan perlindungan bagi pekerja kreatif? 


Tiktok dan Bytedance belum memberikan tanggapan resmi terkait isu ini. Sementara itu, para aktor seperti Jacqmein terus mencari cara untuk memastikan hak mereka terlindungi di era digital yang kian kompleks. (FG12)