Bedah Film : Sisi Positif Drama Perfect Marriage Revenge -->

Header Menu

Bedah Film : Sisi Positif Drama Perfect Marriage Revenge

Jurnalkitaplus
23/08/25

Assalamu'alaikum Sobat Jkpers!

Kembali lagi di bedah film, dari film yang belum atau sudah kamu tonton, namun, belum menemukan apa yang bisa dipelajari dan bekal untuk kita menghadapi kehidupan ini. Ya! Perihal materi kehidupan belum tentu kamu temukan di pelajaran sekolah bahkan kuliah. Tapi, tenang saja! Kini kami hadir untuk meringkas sebuah drama 'Perfect Marriage Revenge'

Tokoh utama diberi keberkahan sebelum memilih pasangan yang dia sudah tahu bahwa dirinya dirugikan oleh keluarganya sendiri. Bahkan dirinya tidak bisa percaya terhadap apa yang ia makan dan punya trauma yang belum ia damaikan dirinya dengan masa lalu. Kita tahu bahwa :

1. Ketegaran dan Percaya Diri Walau Dibelenggu Konflik Keluarga

Han Yi-joo adalah sosok perempuan kuat yang diadopsi, tumbuh dalam keluarga penuh ketidakadilan—disisihkan secara emosional, bahkan dijodohkan dengan pria yang mencintai adiknya sendiri. Setelah diberi kesempatan kedua dengan time travel, ia berani mengambil keputusan tegas: memutuskan pertunangan dan merencanakan masa depan sendiri, bukan seperti yang orang lain inginkannya.

Refleksi yang terjadi :Tidak jarang orang merasa diatur oleh lingkungan—keluarga, sekolah, atau pekerjaan. Drama ini mengingatkan bahwa kita berhak untuk mengambil kendali atas hidup sendiri, walau itu berarti harus menentang status quo.

2. Balas Dendam Bukan Tujuan Akhir, Kembalikan Hidupmu ke Jalur Positif

Awalnya Yi-joo fokus balas dendam pada keluarga dan mantan suaminya. Namun seiring cerita, ia sadar bahwa balas dendam bikin lelah, dan kebahagiaan sejati datang dari membangun relasi yang sehat.

Refleksi yang terjadi :Balas dendam mungkin memuaskan sementara, tapi kita yang memilih untuk menjalaninya justru bisa kehilangan kesempatan untuk tumbuh. Saat ini, banyak orang memilih fokus pada pemulihan mental dan membangun kehidupan lebih baik—daripada terjebak dalam dendam.

3. Cinta Sehat: Supportive, Sabar, Tanpa Tekanan

Seo Do-guk masuk sebagai suami kontrak, tapi kemudian menjadi support system terbaik bagi Yi-joo. Ia adalah "green flag"—pria dewasa yang sabar, menerima trauma Yi-joo, dan memberi dukungan tanpa syarat.

Refleksi yang terjadi :Dalam hubungan apa pun—pasangan, persahabatan, atau keluarga—support tanpa syarat dan komunikasi adalah pondasi kebahagiaan. Di era ini, film mengingatkan bahwa pasangan sejati adalah yang hadir saat kita rapuh, bukan hanya saat kita bahagia.

4. Healing Bersama, Bukan Sendiri-sendiri

Do-guk membantu Yi-joo menghadapi PTSD masa kecil, seperti trauma keracunan yang membuatnya susah makan—hingga akhirnya Yi-joo bisa makan dengan normal tanpa merasa takut.

Refleksi yang terjadi :Kesehatan mental bukan sesuatu yang bisa diperbaiki sendiri. Di masa kini, makin banyak orang belajar bahwa menemukan "rumah emosional"—orang atau komunitas yang mendukung—adalah kunci pemulihan. Ini bisa dari pasangan, sahabat, atau keluarga yang peduli.

5. Komunikasi, Bukan Pergulatan Diam-diam

Saat Yi-joo dan Do-guk mengalami konflik, mereka memilih mengambil jeda, menenangkan diri, lalu berkomunikasi dengan baik—tanpa drama berlebihan.

Refleksi yang terjadi :Komunikasi sehat adalah pondasi relasi apapun. Di tengah kecenderungan ghosting atau unfollow, drama ini menunjukkan bahwa menghadapi perbedaan dengan kepala dingin dan bicara jujur itu jauh lebih efektif daripada menunggu masalah membesar.

FAI (32)