Bedah Film : Sisi Positif Film Janin -->

Header Menu

Bedah Film : Sisi Positif Film Janin

Jurnalkitaplus
16/08/25

Assalamu'alaikum Sobat Jkpers!

Kembali lagi di bedah film, dari film yang belum atau sudah kamu tonton, namun, belum menemukan apa yang bisa dipelajari dan bekal untuk kita menghadapi kehidupan ini. Ya! Perihal materi kehidupan belum tentu kamu temukan di pelajaran sekolah bahkan kuliah. Tapi, tenang saja! Kini kami hadir untuk meringkas sebuah film 'Janin'

Sama halnya dengan bedah film sebelumnya, hal yang di luar nalar kita, ialah dunia tak kasat mata—bisa jadi kita tidak percaya itu ada bahkan kita nilai hanyalah khayalan atau sebagai pelajaran secara tersirat. Tapi, kita sebagai umat manusia perlu untuk bisa mentolerasikan apapun kepercayaan mereka. Dan, film 'Janin' ini ada pelajaran :

1. Respons Laki-laki atas Dampak Aborsi & Kehamilan

Tokoh Randu dipaksa membuat keputusan besar: aborsi janin hasil perbuatannya dengan Susan—yang berujung tragis. Film menyoroti bahwa keputusan soal kehamilan bukan hanya soal perempuan, tapi juga membawa bobot besar bagi laki-laki. Arwah Susan dan kehadiran Sukma (ibu Susan) antara lain menyoroti rasa bersalah dan tanggung jawab Randu atas apa yang terjadi  .

Refleksi yang terjadi : Isu aborsi dan kehamilan tak hanya dibicarakan oleh perempuan saja. Laki-laki turut merasakan beban emosi, moral, dan psikologis—terutama ketika terjadi dalam hubungan nyata. Film ini menjadi pengingat bahwa laki-laki juga harus dilibatkan dalam diskusi, dan diberi ruang untuk mengenali rasa tanggung jawab dan dampak emosionalnya.

2. Dampak Trauma yang Menyentuh Hidup Banyak Orang

Dinar diganggu oleh arwah yang membawa pesan emosional dan rasa bersalah dari masa lalu—dan bisa menggoyahkan keselamatan dirinya dan janinnya.

Refleksi yang terjadi : Trauma dan kesehatan mental sudah jadi topik penting. Banyak orang mengalami gangguan karena stres, trauma masa lalu, dan tekanan hidup modern. Film mengingatkan bahwa trauma tidak terlihat—namun bisa sangat merusak jika tidak ditangani. Ini mengajak masyarakat untuk lebih terbuka, mendengarkan dan memberi dukungan, baik dalam keluarga maupun komunitas.

3. Konsekuensi Tindakan: "Karma" Bukan Sekadar Cerita

Balas dendam arwah bukan sekadar horor horor: melainkan konsekuensi nyata dari perbuatan Randu dan Susan yang tak selesai dengan benar. Randu dihadapkan pada kenyataan kalau lari dari tanggung jawab atau menyembunyikan kesalahan tidak akan menghindarkan dari akibat  .

Refleksi yang terjadi : Di era digital, jejak kesalahan—bahkan kecil—bisa terbuka kembali dan memberikan efek domino. Ini mengingatkan pentingnya menerima tanggung jawab, belajar dari kesalahan, dan menghadapi konsekuensi sebelum menjadi beban besar.

4. Urgensi Komunikasi Terbuka di Lingkungan Rumah & Komunitas

Dinar curhat soal gangguan, namun Randu awalnya enggan percaya. Komunikasi yang kurang baik menjerumuskan mereka lebih jauh ke dalam kekacauan supranatural  .

Refleksi yang terjadi : Rasa takut dan trauma bisa semakin dalam jika kita menolak berbicara atau diabaikan. Film ini mengingatkan kita bahwa komunikasi terbuka di keluarga dan komunitas—apakah itu soal trauma, kehamilan, kekerasan—sangat krusial agar masalah tidak membesar.

Filmnya memang menegangkan, tapi juga ini sebuah refleksi tentang tanggungjawab terhadap komunikasi, trauma dan adanya konsekuensi yang harus diterima. Ya, ketika isu-isu tersebut makin mengemuka, justru film ini menjadi salah satu contoh tidak hanya hiburan—melainkan menjadi pemicu diskusi sosial yang penting.

FAI (32)