Danantara Hadapi Tantangan Tata Kelola Aset Besar -->

Header Menu

Danantara Hadapi Tantangan Tata Kelola Aset Besar

Jurnalkitaplus
17/08/25



JURNALKITAPLUS – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) menjadi sorotan sebagai pengelola aset negara senilai US$900 miliar atau sekitar Rp14.715 triliun. Dengan mengelola 20 proyek strategis nasional (PSN) bernilai US$20 miliar (Rp327 triliun), Danantara diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 8%, sesuai visi Presiden Prabowo Subianto. Namun, tantangan besar menanti, terutama soal tata kelola, transparansi, dan kepercayaan investor.


Proyek prioritas Danantara mencakup hilirisasi nikel, bauksit, tembaga, pembangunan pusat data AI, kilang minyak, petrokimia, produksi pangan, aquaculture, hingga energi terbarukan. Meski ambisius, ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menyoroti tata kelola sebagai pekerjaan rumah utama. Ia mengungkapkan kekhawatiran atas temuan PPATK bahwa hampir 40% dana PSN mengalir ke rekening pribadi. Untuk itu, Wijayanto menekankan perlunya dewan pengawas dan komite audit yang independen, kredibel, dan bebas dari kepentingan politik. “Transparansi harus menjadi budaya agar masyarakat sipil bisa mengawasi,” ujarnya.


Wijayanto juga menyarankan Danantara meniru praktik terbaik global, seperti China yang melibatkan World Bank untuk pengawasan proyek strategis. Meski prosesnya lebih lama, pendekatan ini memastikan tata kelola yang baik. Namun, ia mencatat tantangan lain, yakni terbatasnya peluang investasi jangka pendek di Indonesia. Pasar modal nasional yang sedang lesu menjadi kendala, sehingga perbaikan regulasi, produk, dan tata kelola pasar modal perlu diprioritaskan.


Sementara itu, Analis Kebijakan Ekonomi Apindo Ajib Hamdani menyebut respons pasar terhadap Danantara cenderung apatis, terlihat dari koreksi nilai saham. Ia menegaskan perlunya sistem pengawasan yang kuat untuk menjamin pengelolaan yang prudent dan transparan. Ketua Umum Apindo 2023–2028 Shinta Widjaja Kamdani menambahkan, tata kelola yang kokoh adalah kunci agar Danantara tidak menciptakan distorsi pasar atau monopoli. “Prinsip level playing field harus dijaga,” katanya.


Di sisi lain, peluncuran Danantara membuka peluang baru, khususnya di sektor pangan. Direktur Operasional Perum Bulog Mokhamad Suyamto menyatakan kesiapan berkolaborasi, dengan Danantara sebagai produsen dan Bulog sebagai off-taker. Hal ini diharapkan memperkuat ketahanan pangan dan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Senada, VP Sekretaris Perusahaan ID Food Yosdian Adi Pramono optimistis Danantara dapat mendorong investasi di sektor pangan, mendukung swasembada pangan melalui pengembangan skala bisnis dan nilai tambah produksi.


Potensi dan Harapan


Dengan pengelolaan aset yang optimal, Danantara berpotensi menjadi katalis bagi industri bernilai tambah, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong inovasi teknologi. Dunia usaha berharap Danantara tidak hanya menjadi pengelola aset, tetapi juga enabler ekosistem bisnis yang inklusif. Namun, keberhasilan ini bergantung pada kemampuan Danantara membangun kepercayaan melalui transparansi, akuntabilitas, dan tata kelola yang solid. Jika berhasil, Danantara dapat menjadi tonggak penting dalam meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global.(FG12)