Menukil Saudi Gazette (11/9) Massa berkumpul di Gaza untuk berduka sekaligus menggelar upacara pemakaman kematian para jurnalis yang termasuk di antara tujuh orang korban tewas serangan militer Israel di Gaza, Minggu malam.
Militer Israel mengatakan bahwa mereka menargetkan al-Sharif atas dugaan 'bertugas sebagai kepala sel teroris di Hamas'. Sementara Saudi Gazette melaporkan hanya sedikit bukti yang mendukung klaim tersebut.
Direktur berita Al Jazeera English, Salah Negm, kepada Christina Macfarlane dari CNN di acara Connect the World menyeru. "Mereka telah bekerja selama dua tahun dalam situasi yang sangat sulit, mempertaruhkan nyawa mereka demi satu hal, yaitu menyampaikan kebenaran tentang apa yang terjadi di Gaza kepada dunia luar."
"Koresponden kami gugur saat melakukan ini," ujar Salah.
Melalui unggahannya @aljazeeraenglish Senin (12/9/2025) serangan tertarget ini membuat total jurnalis yang tewas sejak 7 Oktober 2023 menjadi 270 orang.
Pemerintah Israel tidak mengizinkan organisasi berita internasional memasuki Gaza untuk melaporkan kondisi yang terjadi, sehingga banyak media mengandalkan reporter yang berbasis di Gaza untuk meliput.
Kelompok Palestina, Hamas, mengecam pembunuhan jurnalis Al Jazeera di Gaza oleh Israel dan menyerukan Dewan Keamanan PBB dan komunitas internasional untuk menegaskan penolakan terhadap pembunuhan dan meminta pertanggungjawaban para pemimpin Israel.
Pesawat tak berawak pada Minggu malam menghantam pelurunya ke sebuah tenda untuk para jurnalis yang ditempatkan di luar gerbang utama Rumah Sakit al-Shifa Kota Gaza, menewaskan tujuh orang. Di antara yang tewas adalah koresponden Al Jazeera Mohammed Qreiqeh dan operator kamera Ibrahim Zaher, Moamen Aliwa dan Mohammed Noufal.
Seorang jurnalis keenam, Mohammad al-Khaldi, seorang reporter lepas lokal, juga dilaporkan tewas dalam serangan udara tersebut. Reporters Without Borders mengatakan tiga jurnalis lainnya terluka dalam serangan yang sama.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmail Baghaei mengajak dunia untuk meminta pertanggungjawaban Israel setelah pembunuhan lima staf Al Jazeera. "Kecaman adalah syarat minimum bagi setiap manusia yang baik, tetapi dunia harus segera bertindak untuk menghentikan genosida yang mengerikan ini dan meminta pertanggungjawaban para penjahat."
"Ketidakpedulian merupakan keterlibatan dalam kejahatan Israel," ujar Esmail.
Serangan Israel terjadi tidak lama setelah pejabat militer Israel menuduh al-Sharif dan jurnalis Al Jazeera lainnya sebagai anggota Hamas dan Jihad Islam. Dalam video tertanggal 24 Juli, juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, mengkritik jaringan yang berbasis di Qatar tersebut dan menuduh al-Sharif sebagai bagian dari sayap militer Hamas.
Terdapat video putri Anas al-Sharif berusia empat tahun yang diunggah di akun X al-Sharif pada 16 Juni, dengan judul: "Pesan Sham Anas Al-Sharif kecilku kepada dunia, setelah 620 hari perang pemusnahan di Gaza: Bagaimana hati yang kecil ini dapat menanggung beban berat ini?! Anak-anak kita adalah buah dari rasa sakit yang matang oleh perang!".
Sang gadis berkata, "Kami ingin perang berakhir karena kami lelah. Kami ingin makanan. Kami ingin ayam. Kami ingin daging. Kami ingin air. Kami ingin segalanya. Saya khawatir untuk ayah saya karena pengeboman itu. Kami ingin perang berakhir. Kami menyerukan kepada dunia. Akhiri perang." (ALR-26)