Misteri Komet 3I/ATLAS: Komet Tertua atau Wahana Alien Pengintai Bumi? -->

Header Menu

Misteri Komet 3I/ATLAS: Komet Tertua atau Wahana Alien Pengintai Bumi?

Jurnalkitaplus
06/08/25



Jurnalkitaplus — Komet 3I/ATLAS yang baru ditemukan awal Juli 2025 menghebohkan dunia ilmiah. Pasalnya, selain berasal dari luar Tata Surya, objek ini juga memicu perdebatan sengit: apakah benar ini hanya komet biasa, atau justru teknologi alien yang menyamar?


Awal Penemuan dan Fakta Ilmiah


Objek antarbintang 3I/ATLAS pertama kali terdeteksi pada 1 Juli 2025, saat melintas di sekitar Jupiter dan bergerak menuju Matahari dengan kecepatan fantastis: 210.000 km per jam. Dalam waktu kurang dari 24 jam, para astronom memastikan benda ini bukan penduduk asli Tata Surya. Dengan diameter sekitar 20 km dan memiliki ekor pendek serta awan gas debu yang menyelubungi intinya, 3I/ATLAS diklasifikasikan sebagai komet.


Usianya pun bikin tercengang: diperkirakan lebih dari 7 miliar tahun, menjadikannya kandidat komet tertua yang pernah teramati. Sebagai perbandingan, usia Matahari ‘baru’ sekitar 4,6 miliar tahun.


Dugaan Wahana Alien: Spekulasi Berani Profesor Loeb


Isu “komet alien” mencuat setelah artikel kontroversial dari Abraham “Avi” Loeb, astrofisikawan Harvard, bersama dua peneliti dari lembaga Inggris i4is, diunggah ke ArXiv pada 22 Juli 2025. Dalam kajiannya, mereka menyebut kemungkinan — meski kecil — bahwa 3I/ATLAS adalah artefak teknologi dari kehidupan cerdas di luar Bumi.


Argumen mereka? Lintasan komet ini terlalu strategis — hanya miring 5 derajat terhadap bidang orbit planet-planet — dan bergerak cukup dekat ke Venus, Mars, hingga Jupiter. Kombinasi lintasan dan kecepatan (saat perihelion mencapai 245.000 km per jam) disebut-sebut bisa membuat “wahana” ini memata-matai Bumi sambil menghindari deteksi.


Titik Terdekat dan Hilang dari Pandangan


Komet ini diprediksi mencapai titik terdekat dengan Matahari (perihelion) pada akhir Oktober 2025. Namun, saat itu posisinya tepat berada di belakang Matahari dari sudut pandang Bumi — membuatnya tak terpantau teleskop darat maupun luar angkasa. Momen ini, kata Loeb, bisa jadi dimanfaatkan ‘wahana’ tersebut untuk bermanuver tanpa terdeteksi.


Setelah perihelion, komet akan mulai redup dan menjauh dari Matahari. Titik terdekat dengan Bumi akan terjadi pada November-Desember 2025, tetapi dengan jarak 1,8 satuan astronomi (SA), tidak ada ancaman tabrakan.


Ilmuwan Lain: “Itu Cuma Komet!”


Meskipun teori alien ramai di media, mayoritas ilmuwan tetap berpijak pada pendekatan konservatif. Astronom dari Universitas Oxford menyebut bahwa 3I/ATLAS berasal dari piringan tebal galaksi Bima Sakti — wilayah yang dihuni bintang-bintang tua. Artinya, usia tuanya memang masuk akal.


Darryl Seligman dari Universitas Negeri Michigan menegaskan bahwa tampilan 3I/ATLAS sangat khas komet. Namun ia mengakui bahwa materi volatil (zat mudah menguap) pada objek ini tergolong minim — celah yang kemudian dimanfaatkan Loeb untuk mempertanyakan identitasnya.


Samantha Lawler dari Universitas Regina menyebut perjalanan komet ini sebagai hal wajar dalam dinamika Tata Surya. Banyak objek dari sistem lain bisa terseret gravitasi Matahari dan melintas ke dalam.


Sains vs Spekulasi


Meski kontroversial, studi Loeb menuai kritik dari kalangan ilmuwan karena dinilai mengganggu fokus astronomi yang berbasis data. Beberapa menganggapnya sebagai pengalihan perhatian dari penelitian yang serius dan beralasan.


Namun Loeb bersikukuh: jika alien memang ada, mereka pasti berusaha tetap diam agar tidak terdeteksi. Maka dari itu, bisa jadi mereka tengah memantau kita — tanpa kita sadari.


Apapun itu, komet 3I/ATLAS akan terus diamati hingga akhir tahun ini. Entah komet tua biasa atau tamu cerdas dari luar angkasa, satu hal pasti: semesta masih penuh misteri.


Sumber: Kompas, ArXiv, Sky & Telescope, The Conversation