Sekolah Rakyat Terapkan Konsep MEME: Pendidikan Fleksibel untuk Masa Depan Generasi Muda -->

Header Menu

Sekolah Rakyat Terapkan Konsep MEME: Pendidikan Fleksibel untuk Masa Depan Generasi Muda

Jurnalkitaplus
26/08/25



Jurnalkitaplus – Konsep pendidikan multi-entry multi-exit (MEME) menjadi angin segar bagi sistem pendidikan di Indonesia, khususnya melalui implementasinya di sekolah rakyat. Berbeda dari pendidikan formal yang kaku, MEME menawarkan fleksibilitas bagi siswa untuk memulai dan menyelesaikan pendidikan sesuai kebutuhan, bakat, dan minat masing-masing. Konsep ini dirancang khusus untuk sekolah rakyat yang menampung siswa dari keluarga kurang mampu tanpa tes akademik, dengan fokus pada pengembangan potensi individu melalui pendekatan yang inklusif.


Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menjelaskan bahwa MEME memungkinkan materi pelajaran disusun dalam bentuk modul yang dapat diselesaikan sesuai kapasitas siswa. “Pilihan metode dan waktu belajar yang bervariasi menjamin setiap murid mendapatkan pengalaman pendidikan yang sesuai dengan kecepatan dan gaya belajar mereka,” ujar Mu’ti dalam keterangan pers pada Sabtu (23/8/2025). Pendekatan ini memungkinkan siswa masuk dan keluar dari program pendidikan sesuai kebutuhan pribadi, sosial, atau pekerjaan mereka.


Pemetaan Talenta dan Gaya Belajar

Sekolah rakyat menerapkan pemetaan talenta melalui tes kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) dengan metode Talent DNA. Tes ini mengidentifikasi pola perilaku alami siswa di berbagai situasi. Dari 6.494 siswa tahap pertama yang diuji, hasilnya menunjukkan 39,2% memiliki bakat di bidang sosial, 38,1% di bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika), dan 22,8% di bidang bahasa. 


Dari segi kecenderungan profesi, 31% siswa condong ke bidang teknik dan teknologi informasi, 23,9% ke pendidikan dan penegakan hukum, 22,9% ke kesehatan, 11,6% ke media dan seni, serta 9,2% ke bisnis, perikanan, dan perkebunan. Hanya 1,5% siswa yang menunjukkan minat menjadi aparatur sipil negara, mengindikasikan pergeseran orientasi generasi muda dari karier birokrasi menuju sektor teknologi, kesehatan, dan industri kreatif.


Temuan lain menunjukkan bahwa 50,5% siswa memiliki gaya belajar kinestetik, lebih mudah menyerap materi melalui simulasi dan praktik. Data ini menjadi dasar untuk merancang kurikulum dan metode pengajaran yang relevan, dengan evaluasi berbasis formatif dan sumatif untuk memantau perkembangan siswa secara berkelanjutan.


Kurikulum Praktis dan Hidden Curriculum

Kurikulum sekolah rakyat dirancang untuk memberikan keterampilan praktis yang sesuai dengan kondisi sosial dan lingkungan siswa, sekaligus mempersiapkan mereka untuk melanjutkan studi atau bekerja. Mu’ti menekankan pentingnya “hidden curriculum,” yaitu pembelajaran nilai-nilai seperti disiplin melalui pengalaman sehari-hari di lingkungan sekolah atau asrama. “Semua pengalaman selama belajar di sekolah rakyat adalah bagian tak terpisahkan dari kurikulum,” katanya.


Tantangan Implementasi

Meski inovatif, konsep MEME tidak lepas dari tantangan. Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia, Cecep Darmawan, menegaskan perlunya standar kompetensi lulusan yang seragam meskipun pendekatan pengajarannya fleksibel. “Standarisasi harus sama agar lulusan memiliki tujuan yang jelas,” ujarnya.


Sementara itu, aktivis pendidikan Taman Siswa, Darmaningtyas, menyoroti tantangan bagi guru di sekolah berasrama. “Guru harus siap mengajar siswa dengan tingkat kemajuan yang berbeda. Misalnya, jika ada siswa baru yang tertinggal, bagaimana mengejar ketertinggalan tanpa mengganggu yang lain?” katanya.


Fiatul Huuriyyah, guru bimbingan dan konseling di Sekolah Rakyat Menengah Pertama 27 Banjarnegara, menambahkan bahwa kesiapan mental guru sangat penting dalam menghadapi siswa dengan latar belakang beragam. Ia berharap konsep ini dapat mendukung misi mengentaskan kemiskinan melalui pendidikan.


Harapan untuk Masa Depan

Konsep MEME di sekolah rakyat menawarkan pendekatan revolusioner yang berpusat pada kebutuhan individu, terutama bagi masyarakat kurang mampu. Dengan fleksibilitas dalam proses belajar dan fokus pada pengembangan bakat, sekolah rakyat berpotensi menjadi model pendidikan inklusif yang mampu menjawab tantangan zaman. Namun, keberhasilan implementasi akan bergantung pada kesiapan guru, standarisasi kurikulum, dan dukungan sistemik dari pemerintah. (FG12)