Kesempatan Terakhir Lolos PTN: Memahami Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2026 -->

Header Menu

Kesempatan Terakhir Lolos PTN: Memahami Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2026

Jurnalkitaplus
23/09/25



Jurnalkitaplus - Siapa yang tak ingin jika kita atau anak kita bisa lolos PTN, terutama lewat jalur seleksi nasional berdasarkan tes yang menjadi kesempatan terakhir bagi lulusan SMA/SMK/MA sederajat? Jalur ini menawarkan kuota besar dan fleksibilitas ujian di lokasi terdekat di seluruh Indonesia, sehingga banyak dipilih calon mahasiswa.

Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) memberikan kuota minimal 40 persen dari daya tampung program studi untuk perguruan tinggi negeri (PTN), sedangkan PTN badan hukum memiliki kuota minimal 30 persen. Proses SNBT dimulai setelah pengumuman jalur prestasi, dengan ujian tulis berbasis komputer (UTBK) yang dilaksanakan di lokasi terdekat sesuai pilihan peserta. Pendaftaran cepat juga penting untuk mendapat lokasi ujian yang diincar karena kuota terbatas.

Ketua Umum Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025, Eduart Wolok, menegaskan peserta UTBK tahun 2026 sudah bisa mulai membuat akun sejak Januari hingga April 2026. Khusus lulusan gap year wajib membuat registrasi akun baru. Peserta yang diperbolehkan mengikuti seleksi adalah siswa kelas terakhir SMA/SMK/MA atau sederajat tahun 2026, lulusan tahun 2024-2025, dan peserta paket C dengan usia maksimal 25 tahun per 1 Juli 2026. Biaya pendaftaran ditetapkan Rp 200.000 dengan maksimal memilih empat program studi.

Terkait hasil UTBK, Eduart mengklarifikasi ada pemahaman salah soal nilai rata-rata yang dianggap menentukan kelulusan. Penilaian UTBK menggunakan bobot pada soal yang relevan dengan program studi pilihan, sehingga nilai rata-rata tidak mutlak menentukan diterima atau tidaknya peserta. Misalnya, soal literasi kimia akan berbobot lebih tinggi bagi peserta yang memilih program studi bidang kimia, tapi lebih rendah bobotnya jika memilih bidang sastra.

Materi UTBK terdiri dari dua komponen utama: tes potensi skolastik yang mengukur penalaran umum, pemahaman bacaan, dan pengetahuan kuantitatif; serta tes literasi dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan penalaran matematika. Dosen Universitas Sebelas Maret, M Abdul Hakim, menyebut tes potensi skolastik ini membuka persaingan lebih adil dan meningkatkan kualitas calon mahasiswa, namun masih ada salah kaprah yang menganggap belajar materi sekolah menengah jadi kurang penting.

Praktisi pendidikan Doni Koesoema menambahkan, meski penghilangan ujian mata pelajaran spesifik bisa menyaring calon mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis dan bahasa yang baik, tes potensi akademik ini belum sepenuhnya mampu membedakan penguasaan ilmu bidang fisika, kimia, biologi, atau ilmu sosial yang dibutuhkan pada jurusan tertentu. Maka itu, tes kemampuan akademik (TKA) yang mengujikan mata pelajaran wajib dan pilihan di SMA menurut rumpun ilmu di perguruan tinggi juga akan kembali digunakan untuk mengukur keterampilan spesifik calon mahasiswa.

Dengan format seleksi yang terus berkembang dan sistem penilaian yang mengedepankan bobot relevansi materi, calon mahasiswa diharapkan dapat lebih siap dan terarah saat memilih program studi. Jalur SNBT memberikan peluang luas bagi lulusan serta menuntut kesiapan akademik dan strategi cermat agar berhasil meraih bangku perguruan tinggi negeri impian. (FG12)