Jurnalkitaplus - Di Provinsi Maluku Utara, cerita tentang jalan rusak mendadak jadi trending. Bukan karena lubangnya semakin lebar, tapi karena cara pemerintahannya mengatasinya justru terbilang segar.
Awalnya Dinas PU mengajukan anggaran Rp1,7 miliar untuk mengidentifikasi jalan yang rusak. Angka yang tentu saja membuat kening masyarakat ikut berkerut, sebab di zaman ponsel pintar dan sinyal 4G ini, memetakan jalan rusak bukan lagi ilmu roket.
Lalu Gubernur Sherly Tjoanda melakukan sesuatu yang di luar dugaan: ia tidak menyetujui survei mahal itu. Ia justru membuat video pendek yang mengajak masyarakat mengirimkan laporan jalan rusak lewat media sosial. Tanpa dibayar, tanpa honor, hanya bermodal semangat dan paket data, warga bergerak. Hasilnya? Dalam waktu singkat, 270 video laporan jalan rusak pun masuk. Gratis.
Kisah ini seperti memberi tamparan ringan pada cara lama birokrasi: bahwa sering kali bukan teknologinya yang ketinggalan, melainkan niatnya yang lambat. Kalau pejabat punya kemauan, rakyat pun punya kemampuan. Karena untuk perbaikan bersama, orang bersedia ikut bergerak, apalagi kalau hasilnya terasa nyata.
Era media sosial memang membuat jarak antara rakyat dan pemerintah menyusut drastis. Yang dulu harus pakai survei manual dengan biaya besar, sekarang cukup hashtag dan unggahan. Yang dulu alasan “anggaran” jadi tembok, sekarang jadi cermin: apakah uang rakyat benar-benar untuk rakyat, atau sekadar untuk jalan-jalan anggaran?
Di tengah segala sinisme publik, langkah Sherly Tjoanda ini terasa segar. Ia membuktikan bahwa kolaborasi dengan masyarakat bukan hanya jargon, tapi bisa jadi solusi murah dan cepat. Dan publik pun menunjukkan bahwa mereka siap menjadi mata dan telinga pemerintah, selama ada rasa dihargai.
Mungkin di sinilah letak humor kecilnya: ternyata memetakan jalan rusak tidak perlu jalan-jalan, cukup scroll timeline. Dan lubang paling berbahaya bukan di jalan raya, melainkan di kas negara jika dibiarkan. (AR-11)
Sumber : Info Depok, Tulisan Andrian - Penulis Tanpa Pena
#SherlyTjoanda #MalukuUtara #ResetIndonesia