Scientia Sacra: Inti Pengetahuan Suci Menurut Seyyed Hossein Nasr -->

Header Menu

Scientia Sacra: Inti Pengetahuan Suci Menurut Seyyed Hossein Nasr

Jurnalkitaplus
17/10/25



Jurnalkitaplus - Pemikiran Seyyed Hossein Nasr banyak menyoroti krisis pengetahuan modern dan kehilangan dimensi spiritual dalam sains serta budaya kontemporer. Nasr menegaskan perlunya kembali kepada inti pengetahuan suci atau scientia sacra sebagai puncak ilmu dan kebenaran abadi.

Kritik terhadap Modernitas dan Alam

Titik awal pemikiran Nasr ialah kritik terhadap modernisme yang cenderung memisahkan sains dari akar ketuhanan. Dengan latar belakang ilmu fisika dan kecintaannya pada alam, Nasr menyebut bahwa pemahaman alam, dalam tradisi modern, terlalu sempit dan sekuler, tidak mencakup sisi spiritual dan Ilahi dalam realitas eksistensi.

Konsep Scientia Sacra

Scientia sacra menurut Nasr adalah pengetahuan suci yang menjadi inti dari setiap wahyu tradisi dan fondasi metafisika tertinggi. Pengetahuan ini bersumber dari wahyu dan intuisi intelektual, menghasilkan pengetahuan langsung yang dapat dialami secara spiritual–dalam Islam dikenal sebagai al-ilmu al-huduri (ilmu yang hadir).

Nasr mengaitkan scientia sacra sebagai kemurnian metafisika: sains paripurna tentang “Yang Real”. Istilah ini memiliki padanan dalam tradisi Timur seperti prajna dan jnana (Hindu), serta ma’rifat atau hikmah dalam Islam. Semua realitas dipandang sebagai cerminan dari Yang Mutlak, terwujud dalam lima aspek eksistensi yaitu ruang, waktu, materi, bentuk, dan rangka kuantitas.

Spiritualitas dan Humanisme

Seyyed Hossein Nasr juga memaparkan tentang hierarki keberadaan (al-hadharat al-Ilahiyah al-Khamsah)—mulai dari esensi Tuhan (hahut), sifat Tuhan (lahut), malaikat (jabarut), dunia malakut, hingga dunia fisik (nasut). Konsep tauhid menjadi landasan bahwa tiada hakikat selain Tuhan, dan seluruh realitas berasal serta kembali kepada-Nya. Pengetahuan tertinggi dicapai melalui pemanfaatan intelek dan wahyu yang bersumber dari hati sebagai pusat pengetahuan spiritual.

Nasr menyebut, krisis dalam modernitas adalah terputusnya hubungan pengetahuan dengan Tuhan. Karena itu, scientia sacra berfungsi membangun peradaban manusia dengan orientasi spiritual sebagai solusi atas problem sosial, politik, ekonomi, hingga pendidikan. Praktik keilmuan menurut Nasr harus berpijak pada tauhid dan nilai-nilai Ilahi agar ilmu menjadi jalan menuju “unity of existence”, bukan sekadar realitas empiris.

Mengenal Seyyed Hossein Nasr

Dilahirkan di Teheran, Iran pada tahun 1933, pendidikan formal dan tradisi keluarga memperkaya wawasan Nasr. Ia mendapat gelar Ph.D dari Universitas Harvard dalam sejarah sains dan filsafat Islam (1958), lalu aktif mengajar serta menghasilkan karya filsafat keislaman yang berpengaruh di dunia internasional.


Konsep scientia sacra menawarkan jalan spiritual dan intelektual dalam pengembangan ilmu pengetahuan manusia, menegaskan pentingnya integrasi antara sains, wahyu, dan kebijaksanaan tradisi ketuhanan sebagai landasan peradaban berkelanjutan.

Artikel ini rangkuman dari artikel yang pernah tayang di majalah 7urnalkita+ Edisi 67 dengan judul Scientia Sacra: Gagasan Seyyed Hossein Nasr