Bedah Film : Sisi Positif Drama Nightmare Teacher -->

Header Menu

Bedah Film : Sisi Positif Drama Nightmare Teacher

Jurnalkitaplus
19/10/25

Assalamu'alaikum Sobat Jkpers!

Kembali lagi di bedah film, dari film yang belum atau sudah kamu tonton, namun, belum menemukan apa yang bisa dipelajari dan bekal untuk kita menghadapi kehidupan ini. Ya! Perihal materi kehidupan belum tentu kamu temukan di pelajaran sekolah bahkan kuliah. Tapi, tenang saja! Kini kami hadir untuk meringkas sebuah drama 'Nightmare Teacher'

Siapa sih yang tidak tergoda dengan keinginan sendiri dan bisa tercipta di depan mata dengan diberi kesempatan kita hanya tertidur. Tapi, ternyata ada konsekuensi atas apa yang kita inginkan, bukankah begitu? Sama halnya dengan drama ini, ada pelajaran yang sangat berarti :

1. Jangan Abaikan Halusinasi Batin: Impian yang Tak Diatur Bisa Jadi Bumerang

Setiap siswa di drama ini masuk ke "dunia mimpi" saat tergoda dengan tawaran dari guru misterius. Di sana mereka diberi "versi sempurna" dari keinginan mereka — popularitas, kecantikan, pengakuan, kekuasaan. Tapi ternyata, semua itu palsu dan mereka justru kehilangan kendali atas diri sendiri.

Refleksi yang terjadi :Hari ini, mimpi cepat terkenal lewat media sosial bisa menipu. Banyak orang berlomba-lomba jadi viral tanpa peduli proses. Namun ketika keinginan tidak diiringi kendali dan kesadaran diri, kita bisa kehilangan jati diri — jadi "boneka" algoritma, kehilangan ketulusan dalam berkarya. Mimpi itu penting. Tapi harus ada kesadaran: siapa yang kita korbankan demi mencapainya?

2. Godaan Shortcut (Jalan Pintas) Bisa Mengubur Jati Diri

Siswa-siswi dalam drama ini tergoda oleh jalan pintas: langsung pintar, langsung cantik, langsung jadi bintang. Tapi mereka terjebak dalam dunia ilusif. Akhirnya mereka tak bisa kembali ke kenyataan, kehilangan "kendali" atas hidup sendiri.

Refleksi yang terjadi :Tahun ini penuh dengan "shortcut": AI untuk menulis skripsi, filter untuk jadi cantik instan, atau beli followers. Tapi shortcut seringkali mempercepat kehancuran jati diri. Kita jadi lupa cara sabar, belajar, dan tumbuh. Cepat itu boleh, tapi jangan sampai kehilangan makna.

3. Kenali Diri Sebelum Terlalu Jauh Menjadi Orang Lain

Para siswa menyesal ketika sadar bahwa versi diri mereka yang "sempurna" itu bukan mereka yang sebenarnya. Mereka menyadari bahwa ada harga yang harus dibayar untuk menutupi rasa tidak aman.

Refleksi yang terjadi : Di tahun ini, banyak orang hidup pakai "topeng digital". Kita ngedit foto agar disukai, pakai kata-kata motivasi padahal sedang hancur. Tapi kalau terus menerus jadi orang lain, kita bisa lupa caranya jadi diri sendiri. Self-awareness itu bukan cuma tahu apa yang kita suka, tapi juga berani menghadapi sisi lemah diri tanpa lari.

4. Peran Guru Sebagai Penentu Masa Depan — Jangan Remehkan Pengaruh Seorang Dewasa dalam Dunia Remaja

Guru misterius di drama ini punya kuasa besar: ia bisa memanipulasi realitas. Tapi pemeran utama — Ye Rim — menunjukkan bahwa guru juga bisa punya peran menyelamatkan, bukan sekadar mendidik.

Refleksi yang terjadi :Di dunia nyata, figur guru, mentor, bahkan content creator bisa jadi "penentu arah" hidup anak muda. Apakah mereka mendorong pada kebaikan, atau justru menjerumuskan pada obsesi dan ilusi? Sebagai orang dewasa, kita perlu sadar bahwa satu nasihat bisa menyelamatkan, satu sindiran bisa menghancurkan.

5. Berani Beda Itu Tidak Salah — Menolak Tawaran "Aneh" adalah Tanda Kekuatan Karakter

Ye Rim adalah satu-satunya siswa yang mempertanyakan niat guru dan tidak langsung menerima tawaran yang menggiurkan. Ia skeptis, kritis, dan penuh intuisi.

Refleksi yang terjadi :Ketika mayoritas ikut tren, mereka yang berani mempertanyakan — "buat apa aku ngelakuin ini?" — adalah mereka yang akan bertahan lebih lama. Kita butuh lebih banyak orang seperti Ye Rim di tahun ini: kritis, bijak, dan gak gampang ikut-ikutan. Kadang jadi satu-satunya yang sadar jauh lebih baik daripada jadi ramai-ramai yang tersesat.

Jangan menilai bahwa tidak semua keinginan perlu diwujudkan jika hal itu membuat kita kehilangan diri sendiri, karena di balik mimpi yang terlihat indah, bisa jadi tersembunyi mimpi buruk yang diam-diam mengikat kita.

FAI (32)