Patrick Kluivert Out — Karier Gemilang Sebagai Pemain, Meredup di Kursi Pelatih Timnas Indonesia -->

Header Menu

Patrick Kluivert Out — Karier Gemilang Sebagai Pemain, Meredup di Kursi Pelatih Timnas Indonesia

Jurnalkitaplus
17/10/25


Obrolan Waroengkopi – Perjalanan Patrick Kluivert bersama Timnas Indonesia resmi berakhir. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) memutus kerja sama dengan pelatih asal Belanda itu, Kamis (16/10/2025), setelah gagal membawa skuad Garuda lolos ke Piala Dunia 2026.


Dari Legenda Lapangan ke Kursi Pelatih


Kluivert datang ke Indonesia pada Januari 2025 menggantikan Shin Tae-yong, dengan kontrak dua tahun dan target tinggi: membawa Indonesia melangkah lebih jauh di kualifikasi Piala Dunia. Sebagai pemain, namanya begitu besar — juara Liga Champions bersama Ajax, eks striker Barcelona, dan legenda Timnas Belanda di era emas 1990-an hingga awal 2000-an.


Namun, kejayaan di lapangan hijau ternyata tidak berlanjut ketika ia duduk di kursi pelatih. Dalam 10 bulan masa kepemimpinan, Kluivert hanya mencatat 3 kemenangan, 1 imbang, dan 4 kekalahan dari 8 laga bersama Timnas Indonesia.


Rekor dan Hasil yang Tak Memuaskan


Beberapa kemenangan di bawah Kluivert sempat memberi harapan, seperti saat mengalahkan Bahrain (1–0) dan China (1–0) di putaran ketiga, serta mencukur Taiwan 6–0 di laga uji coba. Namun hasil itu tak cukup menutup luka dari kekalahan besar, seperti 1–5 dari Australia, 0–6 dari Jepang, 2–3 dari Arab Saudi, dan 0–1 dari Irak — kekalahan yang akhirnya menutup peluang Indonesia ke putaran final Piala Dunia 2026.


Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyampaikan apresiasi atas kontribusi Kluivert dan timnya, sekaligus memastikan fokus baru untuk membawa Indonesia masuk 100 besar FIFA, tampil kompetitif di Piala Asia 2027, dan bersiap menuju Piala Dunia 2030.


Ucapan Perpisahan Kluivert


Dalam pernyataan di akun Instagram pribadinya, Kluivert mengaku kecewa dan menyesal karena gagal memenuhi ekspektasi besar masyarakat Indonesia.


> “Meskipun saya sangat kecewa dan menyesal karena kita tidak berhasil lolos ke Piala Dunia, saya akan selalu bangga dengan apa yang kita bangun bersama,” tulisnya.


Kluivert juga menyampaikan rasa terima kasih kepada suporter, para pemain, staf, dan Erick Thohir atas perjalanan yang disebutnya “tak terlupakan”.


Analisis Kegagalan Kluivert di Timnas Indonesia


1. Kesenjangan Kualitas dengan Tim Asia Elite

Indonesia masih tertinggal jauh dari segi teknik, stamina, dan pengalaman melawan tim kuat seperti Jepang atau Australia. Kekalahan telak di laga-laga besar memperlihatkan belum stabilnya level kompetitif Garuda.


2. Identitas Taktik yang Belum Terbentuk

Upaya Kluivert membangun pola menyerang cepat dan ball possession belum maksimal. Build-up permainan sering terputus di lini tengah, dan transisi bertahan belum solid.


3. Gagal Memanfaatkan Momen Penting

Saat unggul jumlah pemain melawan Arab Saudi, Indonesia gagal memaksimalkan peluang menyamakan skor. Ini menunjukkan lemahnya manajemen momentum dan penyelesaian akhir.


4. Adaptasi Singkat dan Tekanan Publik Besar

Dalam waktu 10 bulan, sulit bagi pelatih asing baru memahami kultur sepak bola Indonesia yang kompleks, terutama di tengah ekspektasi tinggi publik pasca-era Shin Tae-yong.


5. Kendala Emosional dan Mental Bertanding

Laga panas kontra Irak menunjukkan lemahnya pengendalian emosi, yang berujung kartu merah dan protes berlebihan — menambah citra negatif di momen krusial.


Langkah Berikutnya untuk Timnas Garuda


PSSI kini dihadapkan pada tugas berat: mencari pelatih baru yang memiliki visi jangka panjang dan kemampuan membangun fondasi permainan modern. Fokus utama diarahkan pada pengembangan pemain muda, peningkatan sport science, dan pematangan gaya bermain yang berkelanjutan.


Patrick Kluivert meninggalkan Indonesia dengan rasa kecewa namun tetap bangga. Ia datang sebagai legenda besar Eropa, namun pergi dengan pelajaran bahwa nama besar tak selalu menjamin kesuksesan di kursi pelatih.


Bagi Indonesia, kegagalan ini menjadi cermin dan batu loncatan — bahwa jalan menuju pentas dunia bukan soal sensasi sesaat, melainkan proses panjang yang menuntut kesabaran, kontinuitas, dan arah yang jelas.


“Terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan Timnas Indonesia dan berjuang untuk Merah Putih,” ujar Erick Thohir menutup pernyataan resminya. (FG12)