Jurnalkitaplus – Program Waste to Energy (WtE) atau konversi sampah menjadi energi tengah digencarkan pemerintah sebagai langkah strategis menghadapi dua persoalan besar sekaligus: krisis sampah dan kebutuhan energi bersih menuju target net zero emission 2060.
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2025 untuk mempercepat pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Namun, realisasinya tidak semulus rencana. Tantangan muncul dari berbagai sisi, mulai dari kecocokan teknologi, kelayakan ekonomi, hingga keterbatasan fiskal di daerah.
Managing Director Danantara Indonesia, Stefanus Ade, menyebutkan bahwa masalah pengelolaan sampah sudah masuk kategori mendesak. Menurutnya, total produksi sampah nasional mencapai sekitar 35 juta ton per tahun, dan 60–70 persen di antaranya berasal dari wilayah perkotaan.
“Hanya sekitar 40 persen sampah yang dikelola dengan baik. Sisanya, 60 persen lagi entah di mana—mungkin tidak masuk ke TPA, dibakar, atau dibuang ke sungai,” ungkap Stefanus dalam diskusi CEO Connect bertema “Waste to Energy, Investasi dan Sinergi Pendorong Keberlanjutan” di Menara Kompas, Jakarta, Rabu (22/10/2025).
Danantara, lanjut Stefanus, melihat proyek WtE sejalan dengan visinya berinvestasi di bidang energi bersih. “Konsepnya, sampah diolah, melibatkan investor dan teknologi, menghasilkan energi terbarukan. Jadi aspek bisnis dan target nol emisi berjalan seimbang, sambil mengatasi darurat sampah,” jelasnya.
Perusahaan tersebut telah melakukan berbagai kajian untuk menilai kelayakan proyek dan membandingkannya dengan implementasi di luar negeri. Contohnya, di Tiongkok terdapat lebih dari 1.000 insinerator yang mengolah sekitar satu juta ton sampah per hari menjadi energi.
Program WtE Indonesia diprioritaskan di kota-kota besar yang memproduksi minimal 1.000 ton sampah per hari. Ke depan, kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, swasta, dan masyarakat menjadi kunci agar proyek PLTSa tak hanya sukses secara teknis, tetapi juga berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan. (FG12)
Artikel ini rangkuman dari artikel yang tayang di harian Kompas edisi 23/10 dengan judul Program Sampah untuk Energi Butuh Mitigasi Risiko

