Jurnalkitaplus – Rencana Presiden Prabowo Subianto untuk memasukkan Bahasa Portugis sebagai salah satu bahasa prioritas yang diajarkan di sekolah menuai sorotan tajam. Langkah ini dinilai sebagai keputusan impulsif yang dipertanyakan urgensi serta dampaknya terhadap kurikulum pendidikan nasional.
Keputusan Kilat Tanpa Koordinasi
Kebijakan mengenai Bahasa Portugis ini muncul di tengah karakter kepemimpinan Prabowo yang kerap disebut "impulsif". Sumber editorial menyebutkan bahwa Ketua Umum Partai Gerindra itu sering membuat keputusan penting tanpa melalui proses koordinasi yang matang dengan bawahan, bahkan minim riset mendalam mengenai implikasinya di masa depan.
Usulan memasukkan bahasa Portugis ini secara praktis langsung menimbulkan pertanyaan besar: apa kepentingan utama Indonesia sehingga Bahasa Portugis harus diprioritaskan di atas bahasa-bahasa lain yang mungkin memiliki koneksi geopolitik atau ekonomi lebih kuat?
Di Mana Posisi ASEAN?
Keputusan yang terkesan mendadak ini juga mengalihkan fokus dari kebutuhan integrasi regional yang lebih mendesak. Presiden Prabowo seharusnya lebih dulu mempertimbangkan untuk memasukkan bahasa resmi negara-negara anggota ASEAN ke dalam kurikulum pendidikan.
"Indonesia adalah anggota kunci ASEAN. Prioritas seharusnya diberikan pada upaya mempererat integrasi regional, salah satunya melalui penguasaan bahasa-bahasa mitra terdekat kita," ujar pandangan dalam editorial tersebut.
Jika acuannya adalah kepentingan regional dan strategis, penguasaan bahasa seperti Tagalog, Thai, atau Vietnam dianggap jauh lebih relevan untuk memperkuat posisi Indonesia dalam komunitas Asia Tenggara.
Evaluasi Menyeluruh Kurikulum Didambakan
Wacana ini menjadi momentum penting bagi Kementerian Pendidikan untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kurikulum bahasa. Pengambilan keputusan strategis terkait penambahan bahasa asing dalam kurikulum seharusnya didasarkan pada analisis kebutuhan (needs assessment) yang komprehensif, bukan semata-mata keinginan politik sesaat.
Hingga kini, publik masih menanti penjelasan resmi dan rasionalisasi yang kuat dari pemerintah terkait dasar penetapan Bahasa Portugis sebagai prioritas dalam pendidikan nasional.
Alasan Geopolitik: Hubungan Strategis Indonesia-Brasil
Alasan utama yang dikemukakan oleh Presiden Prabowo Subianto dan diperjelas oleh Menteri Luar Negeri adalah pentingnya mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Brasil.
Mitra Penting: Prabowo secara eksplisit menyatakan bahwa Brasil adalah mitra yang sangat penting bagi Indonesia. Keputusan menjadikan Bahasa Portugis sebagai bahasa prioritas merupakan bukti nyata bahwa pemerintah memandang hubungan ini sebagai hal yang sangat krusial.
Dukungan Diplomasi dan Ekonomi: Bahasa Portugis diharapkan menjadi jembatan untuk mempermudah komunikasi, kerja sama diplomatik, dan kolaborasi ekonomi antara kedua negara. Brasil dikenal maju di bidang teknologi dan pertanian, dan penguasaan bahasa dapat mendukung transfer pengetahuan dan investasi.
Momen Pertemuan: Rencana ini diumumkan oleh Prabowo saat bertemu dengan Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, di Jakarta, di mana kedua negara juga menghasilkan beberapa kesepakatan kerja sama, termasuk di bidang energi dan statistik.
Faktor Historis dan Regional: Timor Leste
Selain Brasil, faktor Timor Leste — negara tetangga yang juga merupakan anggota ASEAN ke-11 — secara tidak langsung menjadi pertimbangan historis dan regional:
Bahasa Resmi Timor Leste: Meskipun Bahasa Tetum menjadi bahasa yang paling banyak digunakan, Bahasa Portugis adalah salah satu dari dua bahasa resmi di Timor Leste, mencerminkan warisan kolonialnya.
Mempererat Hubungan Regional: Walaupun fokus utama Prabowo adalah Brasil, penguasaan Bahasa Portugis tentu akan mempermudah interaksi dan kerja sama dengan Timor Leste, yang secara geografis sangat dekat dengan Indonesia.
Kontroversi dan Pertanyaan Kritis
Meskipun alasan diplomatik diangkat, rencana ini memicu perdebatan di kalangan publik dan parlemen (DPR), yang mempertanyakan urgensi dan kesiapan pelaksanaannya:
Relevansi Global: Para kritikus, termasuk beberapa anggota DPR, mempertanyakan apakah Bahasa Portugis memiliki urgensi yang sama dengan bahasa internasional lain (seperti Mandarin atau Arab) yang secara luas digunakan dalam perdagangan global dan akademik.
Beban Kurikulum: Ada kekhawatiran bahwa penambahan mata pelajaran baru akan memperberat beban siswa dan memerlukan investasi besar untuk pelatihan guru serta penyusunan kurikulum.
Prioritas ASEAN: Seperti yang disorot dalam editorial Tempo, kritikus berpendapat bahwa bahasa resmi negara ASEAN (selain bahasa Inggris) seharusnya mendapat prioritas lebih tinggi untuk memperkuat integrasi kawasan. (Fg12)

