Jurnalkitaplus - Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memperingatkan bahwa perdagangan global bakal kian lesu pada 2026 seiring implementasi penuh tarif impor baru Amerika Serikat. Dalam laporan “Prospek dan Statistik Perdagangan Global” yang dirilis 7 Oktober 2025, WTO memangkas proyeksi pertumbuhan volume perdagangan barang dunia menjadi hanya 0,5 persen, jauh di bawah proyeksi sebelumnya sebesar 1,8 persen.
Kinerja 2025 Sempat Membaik karena “Front Loading”
Meski prediksi 2026 suram, WTO mencatat perbaikan signifikan pada kinerja perdagangan tahun 2025. Volume perdagangan barang dunia diperkirakan tumbuh 2,4 persen, naik dari proyeksi Agustus sebesar 0,9 persen. Lonjakan ini dipicu oleh fenomena front loading, yakni percepatan aktivitas ekspor dan impor pada paruh pertama 2025. Banyak pelaku usaha bergegas mengirim dan menerima barang sebelum tarif baru AS diberlakukan.
Selain itu, perdagangan antarnegara berkembang (South-South trade)—khususnya di luar Tiongkok—meningkat 9 persen. Sektor barang terkait kecerdasan buatan (AI) seperti semikonduktor, server, dan perangkat telekomunikasi bahkan melonjak 20 persen, berkontribusi hampir separuh dari total ekspansi perdagangan global.
Tarif Baru AS dan Pendinginan Ekonomi Jadi Biang Perlambatan
WTO menilai dua faktor utama penyebab perlambatan perdagangan dunia pada 2026: mendinginnya ekonomi global dan pemberlakuan penuh tarif impor baru Amerika Serikat. Kebijakan proteksionis AS diyakini bakal memicu efek domino terhadap rantai pasok global, memperburuk iklim investasi, serta menekan ekspor negara berkembang, termasuk Indonesia.
Seruan WTO: Jaga Sistem Perdagangan Multilateral
Direktur Jenderal WTO, Ngozi Okonjo-Iweala, menyerukan agar semua negara anggota menjaga stabilitas sistem perdagangan multilateral berbasis aturan. “Gangguan yang terjadi saat ini pada sistem perdagangan global merupakan seruan bagi negara-negara untuk bertindak dan menata kembali perdagangan,” ujarnya dalam siaran pers di Jenewa, Swiss.
Pertemuan G20 di Afrika Selatan Bahas Langkah Antisipasi
Di tengah situasi ini, para menteri perdagangan dan investasi negara anggota G20, termasuk Indonesia, akan menggelar Pertemuan Para Menteri Perdagangan dan Investasi (TIMM) G20 di Gqeberha, Afrika Selatan, pada 9–10 Oktober 2025. Forum tersebut diharapkan menghasilkan strategi kolektif untuk menjaga stabilitas perdagangan global dan meredam dampak kebijakan tarif baru AS terhadap ekonomi dunia. (FG12)