Assalamualaikum Sobat Jkpers!
Jurnalkitaplus - Kami berani katakan bahwa gen z adalah generani yang dituntut selalu bisa memuaskan ekspetasi setiap generasi. Dari segi berhadapan dengan dunia kerja, masyarakat bahkan keluarga. Belum lagi, kita juga merasakan sistem dari turun-temurun seperti apa dan ingin menjadi generasi z yang berbeda. Kita punya gaya, dan punya sistem yang dapat mensejahterahkan tapi kenapa selalu dibebani ekspetasi yang terbilang tidak masuk akal?
a. Kehidupan sosial media dan ekspetasi :
· Dari yang disebarkan konten di dunia media sosial yang tampaknya sempurna di platform sosial media, justur ini memberikan dampak teknanan besar bagi kita untuk selalu tampil sempurna. Mau dari segi prestasi, gaya bahkan fisik.
· Ekspetasi dari terus meng-update diri baik dari segi penampilan, pencapaian akademik, karier, menjadi suatu tuntunan yang tidak hanya bersifat sosial tetapi juga internal.
· Banyak anggota generasi Z merasa perlu untuk bisa memenuhi standar atau harapan yang ditetapkan oleh influencer, selebriti atau bahkan ya teman-teman mereka di media sosial agar bisa diterima atau dihargai.
b. Karier dan pendidikan yang tidak pasti :
· Generasi Z seringkali dihadapkan pada realitas ekonomi yang tidak menentu. Dari harus memilih jurusan atau karier yang tidak hanya sesuai dengan minat mereka tapi juga bisa potensi finansial yang cukup untuk kehidupan masa depan yang stabil. Dari ekspetasi untuk segara sukses ini bisa dapat pekerjaan yang mapan di usia muda, karena banyaknya informasi dan peluang yang tersedia melalui internet.
· Dalam meraih gelar yang releban dengan perkembangan zaman dan mampu bersaing di dunia kerja global semakin menambah tekanan. Belum lagi, pembelajaran yang jauh berbeda dari sebelumnya, kini kita menghadapi pembelajaran daring dari banyaknya distraksi dan mengakibatkan ketergantungan pada teknologi. Hal itu menjadikan mereka harus bisa menguasai berbagai keterampilan baru dalam waktu singkat.
c. Kesehatan mental dan perasaan tertekan :
· Tekanan terus berprestasi, generasi Z mengalami kecemasan berlebih dan rasa takut gagal. Kita merasa bahwa kegagalan adalah sesuatu yang sangat memalukan dan berpotensi menghancurkan reputasi yang telah dibangun di dunia maya atau bahkan dunia nyata terkait keluarga.
· Meskipun kita terhubung secara digital dengan banyak orang, bahkan generasi Z merasa terisolasi secara emosional. Dari kurangnya interaksi tatap muka, dan perasaan bahwa mereka harus selalu tampil sempurna dan hal itu dapat mengarah pada stres dan burnout.
· Dari tekanan untuk menjadi segalanya, baik dari segi pekerjaan, pendidikan keluarga maupun kehidupan pribadi. Hal ini dapat memicu perasaan bahwa mereka tidak pernah cukup baik, bahkan ketika mereka telah mencapai banyak hal.
d. Ekspetasi keluarga dan masyarakat:
· Banyaknya dari kita sebagai generasi Z menghadapi ekspetasi tinggi dari orangtua dan keluarga yang ingin kita sukses dalam hal akademik, karier dan kehidupan pribadi. Seperti : "kamu menikah masa masih lajang? Karier kamu gimana masa masih di sini-sini saja? Ah, baru tamatan sarjana ya? Kapan pascasarjana nya?"
· Jadi, di beberapa budaya, generasi Z bahkan diharapkan untuk bisa berperan dalam memenuhi harapan sosial lebih besar, dari segi menjadi generasi yang lebih baik dari pendahulunya atau menjaga dan memperbaiki status sosial keluarga.
· Dari masyarakat seringkali menetapkan berbagai standar pada generasi Z baik dalam karier, gaya hidup, sampai pencapaian tertentu memang harus dipenuhi. Adanya tekanan ini menjadikan yang terbaik dalam segala hal dari pekerjaan hingga penampilan.
e. Ekspetasi lingkungan global dan tanggungjawab sosial:
· Dengan tuntutan peduli sosial banyak dari kita (generasi Z) merasa harus bertanggungjawab untuk mengatasi isu-isu besar dunia dari perubahan iklim, ketidaksetaraan sosial dan masalah kesehatan mental. Ada juga yang berekspetasi besar dalam perjuangan sosial dan perubahan yang lebih baik dalam menjadi konsumen yang bijak
· Kita juga dianggap sebagai pemimpin masa depan yang harus memimpin perubahan sosial, teknologi, dan ekonomi. Meskipun penuh potensi, ekspetasi ini juga memberi beban moral dan sosial yang berat.
Pastinya ada dampak dalam jangka panjang ini :
Dari ekspetasi tidak ditangani dengan baik, bisa menjadi dampak jangka panjang dalam kesehatan mental yang lebih serius. Contohnya depresi, burnout dan kecemasan. Karena adanya tuntutan "segala-segalanya" bisa menganggu keseimbangan hidup dan hubungan interpersonal.
Kita juga bisa mendapatkan kesulitan untuk menemukan jati diri sejati, karena adanya ketidakseimbangan tersebut, nantinya sulit mengetahui apa yang diinginkan, bahkan bingung dan ketidakpastian dalam mengambil keputusan hidup.
Jadi, masih mau menganggap generasi kita lemah? Apakah kamu sanggup?
FAI-32
https://www.mckinsey.com/mhi/our-insights/gen-z-mental-health-the-impact-of-tech-and-social-media
https://www.aacsb.edu/insights/articles/2025/04/prove-it-measuring-gen-zs-career-readiness
https://azramedia-indonesia.azramediaindonesia.com/index.php/phenomenon/article/view/1402
https://cdn.idntimes.com/content-documents/indonesia-gen-z-report-2024.pdf
