Bedah Buku : Perubahan Kecil yang Memberikan Hasil Luar Biasa ‘Atomic Habits’ Cara Mudah dan Terbukti Untuk Membentuk Kebiasaan Baik dan Menghilangkan Kebiasaan Buruk. -->

Header Menu

Bedah Buku : Perubahan Kecil yang Memberikan Hasil Luar Biasa ‘Atomic Habits’ Cara Mudah dan Terbukti Untuk Membentuk Kebiasaan Baik dan Menghilangkan Kebiasaan Buruk.

Jurnalkitaplus
05/11/25



"Sebagai gantinya, menjadikannya terlihat, Anda dapat menjadikannya tak terlihat. Saya sering dikejutkan oleh betapa efektif perubahan-perubahan sederhana seperti ini bisa efektif." (hal.110)

Sadar bahwa hal-hal yang baik untuk kita cenderung bisa dinantikan dulu. Bisa ditunda dulu, bahkan menyisihkan kebaikan ini di lain waktu. Tapi apakah kamu menyadari bahwa menunda adalah keputusan yang buruk?

Contohnya yang paling familiar di kita, ialah menunda kesempatan saat ini yang justru jika dilakukan terus-menerus justru kamu pantas mendapatkan yang lebih baik daripada menunda dalam mengambil kesempatan itu.

Ah, terlalu eksplisit yah? Seperti ini, aku tidak mengambil keputusan belajar bahasa inggris, tapi mungkin jika aku mengambilnya di tahun 2020 mungkin saat ini aku bisa mendapatkan side job yang jauh lebih besar peluang pendapatannya dan relasi yang meluas antar negara.

Sama halnya dengan kutipan di atas pada halaman 110. Jika kamu meletakkan kebiasaan baik itu sulit dilihat dan dirasakan oleh kamu, justru akan jauh lebih sulit mempertahankan kebiasaan secara rutin.

Jadi, sebagai contoh yang aku lakukan adalah : mencoba untuk meletakkan buku-buku yang berkaitan dengan pengembangan ku dalam belajar bahasa inggris, mendownload beberapa aplikasi dan menyalakan alarm bahkan menempelkan notes untuk bisa terusik dan mau tidak mau : "ah lakukan dulu aja minimal 5 menit deh, eh malah keterusan"

Nah yang dimaksud, "Anda menjadikannya tak terlihat" contohnya, temanku dia aktif sebagai perokok tapi salahnya dia meletakkan batang rokok di tempat yang mudah terlihat oleh mata dan ingatannya kuat di mana letak rokok tersebut. Hal itu membuatnya ingin merokok, padahal niatnya berhenti tapi sayangnya, dia tidak menjadikan "rokok tersebut sulit dijangkau"

Ternyata cara ini jauh lebih efektif. Berani coba?

"Sekarang, bayangkan Anda hanya mengubah satu kata: Anda bukan "harus" …melainkan Anda "berkesempatan"...." (hal.150)

Nah, jika perihal ingin berhenti melakukan kebiasaan buruk, dan kamu berhasil sedikit demi sedikit—justru melakukan kebiasaan baik malah menjadi hal yang membuatmu terbebani alangkah lebih baiknya coba kamu gunakan : "Aku berkesempatan tidak merokok hari ini." Bukan " aku tidak harus merokok hari ini."

Percaya atau tidak, menuntun pola pikir kita terhadap pemilihan kata itu jauh lebih efektif. Ketika kamu merasa berkesempatan hari ini, muncul rasa keinginan besok bisa mendapatkan kesempatan itu lagi, lagi dan lagi. Tau-taunya berhenti dan tidak merokok, ya, kan?

"Dengan kebiasaan buruk, hasil yang langsung biasanya terasa baik, padahal hasil akhirnya terasa buruk."

Kita tahu, kan? Bahwa merokok itu manis, nikmat dan menyenangkan apalagi ada juga yang beranggapan : "Udah usia 60 tahun ngerokok terus saya sehat-sehat saja kok!"

Tentu! Yang beliau katakan benar secara satu sudut pandang. Tapi masih ingat tidak dengan kutipan di atas yang aku ambil pada halaman 212. Nah, yang terasa baik setiap hari padahal kita tahu rokok tidak baik nantinya menimbun cukup tepat pada waktunya dan memunculkan hal yang buruk terhadap kesehatan tubuh kita.

"Pada tahap tertentu kesuksesan dalam hampir setiap bidang menuntut Anda mengabaikan ganjaran langsung demi mendapatkan ganjaran yang tertunda."

Ah, ya, apakah kamu masih ingat dengan kebiasaan baik yang kamu pertahankan untuk kamu lakukan secara rutin sampai saat ini? Pasti pernah berpikir seperti ini: "Sampai kapan aku melakukan semua ini?"

Padahal yang lebih tepatnya, jangan pernah mengharapkan ganjaran seperti yang aku kutip pada halaman 214 secara langsung padahal bisa jadi dan kemungkinan besar, kita akan mendapatkan ganjaran lebih spesial yang sengaja Allah tunda.

Sebenarnya apapun kebiasaan yang baik kita lakukan saat ini, itu untuk jangka panjang. Contohnya, kamu berhenti merokok sampai kamu dipanggil Allah, justru tubuhmu jauh lebih sehat dibandingkan mengambil pilihan tetap merokok sampai dipanggil Allah.

Begitu juga dengan aku yang belajar bahasa inggris, jika sampai aku bisa berbicara bahasa inggris dengan orang luar negri, akan stuck di situ saja. Bukankah yang baik harusnya dikembangkan tiada habisnya?

"Makin suci suatu gagasan bagi kita—artinya, makin dalam ikatannya terhadap identitas kita –makin kuat kita mempertahankannya terhadap kritik."

Aku ingin tanya ke kamu yang baca bedah buku ini, "kamu ingin dikenal orang sebagai pemilik identitas apa?" jika kamu mengalami krisis identitas jangan lupa baca ini :

Tapi untuk kamu yang sudah mengetahui kamu ingin dikenal sebagai pemilik identitas, oke aku ambil contohnya yah "pencinta buku fiksi" nah perihal kutipan yang ku kutip pada halaman 283, jika memang kamu melabeli dirimu sebagai pencinta buku fiksi akan jauh lebih mudah goyah ketika mempertahankan kritik yang ada.

Kok bisa?

Tau, kan, manusia itu dinamis? Berubah-rubah, dari lingkungan bahkan pribadi kita yang terus mendapatkan haus akan tantangan. Ketika terlalu paten mengatakan, "aku pencinta buku fiksi" tapi kamu membaca buku di luar itu, kritik bermunculan. Nah hal ini yang bisa kamu lakukan sebelum ingin dikenal sebagai pemilik identitas "apa" cobalah untuk lebih general.

"aku pencinta buku" jadi, tatkala kamu tidak menyukai buku genre misteri beralih ke genre romansa kamu akan lebih tenang dan lega. Bahkan ini adalah cara terbaik untuk bisa mempertahankan identitas dari kebiasaan yang dibangun. (FAI 32)