Bedah Buku : Pure Wisdom Kearifan Sederhana yang Menghadirkan Keajaiban Setiap Hari karya Dean Cunningham -->

Header Menu

Bedah Buku : Pure Wisdom Kearifan Sederhana yang Menghadirkan Keajaiban Setiap Hari karya Dean Cunningham

Jurnalkitaplus
06/11/25



"Seringkali orang-orang enggan untuk berubah karena perubahan disertai dengan rasa kikuk dan tidak nyaman."

Jurnalkitaplus - Yang ingin aku katakan adalah, kenyamanan yang saat ini kamu rasakan bisa membuat: "Kok orang lain pada hebat ya? Aku di sini-sini terus!" semua pilihan ada di tanganmu, jangan berharap dunia ini berubah kamu ikut juga tapi coba untuk ambil kesempatan untuk lebih baik.

Aku tahu berubah itu rasanya kikuk dan tidak nyaman seperti apa yang ku kutip padahal halaman 94. Tapi dengan menahan rasa kikuk, tidak nyaman dan mencoba untuk bersahabat nantinya terbiasa dan kamu bisa mendapatkan apa yang pernah atau kamu inginkan.

Contoh nyatanya padaku, semisalnya aku tidak ingin memberi kesempatan pada diriku yang mencoba untuk menulis artikel ini, belum tentu aku bisa pantas mendapatkan diriku yang lebih lihat tatkala menulis. Bahkan belum tentu aku bisa mendapatkan hal yang jauh berbeda dari menulis tapi peluang banyak yang datang.

"Intinya adalah kita harus mengetahui kapan waktu yang bijaksana untuk berubah pikiran atau melupakan pilihan dan pikiran kaku kita."

Percayalah, bahwa perasaan saat ini betul, sama seperti musim—selalu berubah-ubah. Begitupula dengan kutipan di halaman 43, ada waktu kita bijaksana hanya untuk menyesuaikan diri terhadap pola pikir kita.

Adanya diri kita dengan pikiran kaku kita, bukan jauh lebih menyenangkan jika kekakuan itu lebih dilonggarkan?

Kaku, profesional itu memang penting tapi kita harus tahu kapan waktunya. Tidak semua dijadikan sebagai patokan.

"Pikirkanlah pikiran yang tidak sehat dan tidak fleksibel, maka bersiap-siaplah menabrak dinding batu bata."

Kenapa orang yang suka bepetualang dan alam lebih fleksibel orangnya? Bukankah orang itu dinamis yah? Bukan orang saja, bahkan dunia ini.

Bayangkan jika dunia ini tidak dinamis? Mungkin tidak ada juga manusia dinamis, ya, kan?

Dari melahirkan pikiran yang sehat, fleksibel akan jauh lebih mudah untuk mempertahankannya. Kita tahu bahwa kehidupan didasari pemikiran yang begitu-begitu saja justru kita yang merugi, lantas dengan diri kita lebih fleksibel jauh lebih baik. Sebagai kutipan di atas pada halaman 69, di mana yang dimaksud bahwa "bersiaplah menabrak dinding batu bata."

Jika kita tidak fleksibel, dan kaku seperti pemikiran orang di masa lampau, tidak bisa melihat dunia sudah dinamis yang pastinya dinamis juga pemikirannya. Nantinya akan mendapatkan penderitaan akibat dari keras kepala.

Sangat berbeda bahwa bukan berarti orang yang fleksibel tidak memiliki prinsip yang kokoh. Justru prinsip masih bisa diubah kian waktu berjalan dengan dinamisnya seseorang dan dunia ini.

"…untuk mewujudkan semua mimpi, Anda harus menguasai kemudi Anda, memegangnya erat dengan kedua tangan Anda, dan mengemudikan hidup Anda ke arah yang Anda pilih."

Masih ingat dengan : "Pilihan kamu adalah tangggungjawabmu!"

Nah, dari kutipan yang ku ambil pada halaman 34, ini menggambarkan bagaimana kita mengambil keputusan untuk mencapai apa yang kita inginkan. Jika kedua orangtua kita mendorong dan memaksa kita untuk mendapatkan yang terbaik menurutnya.

Alangkah baik jika memang tidak suka dan tidak nyaman: "Katakanlah sejujurnya, jangan membentak, tapi pelan-pelan."

Dan jangan juga melemparkan pilihan anda untuk dipertanggungjawabkan oleh oranglain.

"…hanya Andalah orang yang harus memutuskan komitmen Anda. Selain itu, jika Anda tidak berkomitmen, maka Anda akan dengan mudah dialihkan oleh berbagai godaan. Jadi, ikutilah kata hati Anda." (hal.13)

Perihal fleksibel? Ya, menyesuaikan diri dengan keadaan yang tepat, bahkan pemikiran juga. Tapi, jika kamu tidak bisa komitmen pada pilihan mu, begitupula hidupmu lantang-lantung entah ke mana.

Lihatlah mereka yang tidak berani mengambil komitmen. Komitmen tidak hanya pada kerjaan, hubungan percintaan, melainkan pada diri sendiri.

Sanggupkah menjadi lebih baik? Haruskan yang awalnya kamu menerapkan tidak ingin bergaul dengan orang-orang buruk, kamu bergaul dan melakukan hal buruk, juga?

"Jadi, alih-alih merasa termotivasi oleh waktu, mereka merasa tertekan karena waktu. Bagi yang lainnya, tidak banyak pekerjaan yang harus dilakukan, tetapi mereka memiliki banyak waktu." (hal.249)

Siapa yang mengatakan bahwa memporsir diri lebih keras akan jauh lebih mudah mendapatkan hal yang diinginkan secara cepat?

Ya, banyak orang yang merasa cukup atas apa yang mereka ambil. Seperti ya, kuliah cukup kuliah. Padahal waktu sisanya masih bisa digunakan untuk memproduktifkan diri dengan porsi yang baik.

Mengapa harus stuck hanya mampu meluangkan waktu perihal kuliah saja sudah berat.

Lantas ketika setelah wisuda tidak punya skill tambahan, dia menyalahkan dirinya karena mengambil waktu kuliah tidak sambil kerja.

"Sebenarnya, ada banyak hal yang tidak bisa Anda kendalikan dalam hidup, tetapi Anda bisa selalu mengendalikan diri Anda sendiri."

Jangan pernah berharap dapat mengubah oranglain karena dirimu!

Kenapa? Itu bukan ranah kamu dan kamu tidak bisa mengendalikannya. Memang banyak orang yang terbilang bisa mengubah seseorang. Ya, jika memang kehadirannya secara konsisten bisa mendorong orang yang ingin berubah.

Jika kamu terus-menerus merasa kamu bertanggungjawab atas hal yang jelas tidak bisa dikendalikan tapi kamu berjuang untuk mengendalikannya. Bersedialah untuk kecewa.

Jadi? Ya, ingat-ingat lagi kutipan yang ku ambil pada halaman 117.

FAI-32