Assalamu'alaikum Sobat Jkpers!
Jurnalkitaplus - Kembali lagi di bedah film, dari film yang belum atau sudah kamu tonton, namun, belum menemukan apa yang bisa dipelajari dan bekal untuk kita menghadapi kehidupan ini. Ya! Perihal materi kehidupan belum tentu kamu temukan di pelajaran sekolah bahkan kuliah. Tapi, tenang saja! Kini kami hadir untuk meringkas sebuah drama 'Welcome to Wedding Hell (Marriage White Paper)'
Unik dari drama ini adalah, perjalanan calon pengantin yang sibuk menyiapkan pernikahan. Dari segi temu antar dua keluarga, ketidakcocokan selera dalam hal tertentu sampai finansial. Lalu, apa yang bisa dipelajari secara positif di drama ini?
1. Kita menyadari dan tahu bahwa pernikahan tidak hanya dua orang, dia dan kamu—dua keluarga, yap! Keluarga kamu dan dia. Dari segi adanya perbedaan dalam kebiasaan, tradisi, pola pikir, akidah, bahkan sampai standar hidup. Jelaslah tidak mudah, maka dari itu perlunya diskusi terbuka supaya tidak ada salah paham. Tapi nyatanya, diskusi terbuka saja tidak cukup : saling menurunkan ego tanpa harus men-jugde pilihan orang. Jangan lagi beranggapan acara nikah sehari padahal itu adalah pemulaan untuk membangun rumah tangga di jangka panjang dengan dasar komunikasi yang sehat.
2. Hal yang mungkin akan menyinggung 'wedding organizer' tapi ini juga harus kamu ketahui. Terlalu percaya terhadap paket praktis bukanlah hal yang harus diabaikan begitu saja. Memang banyak sekali paket dengan tujuan memudahkan kita tapi justru kita cenderung menjadi "penonton" di pernikahan sendiri. Di mana karakter utama justru mereka turun langsung dan belajar dalam pemilihan yang bijaksana walaupun adanya ketidakcocokan. Tapi dari situlah kita dapat mengukur pasangan kita. Memang praktis tapi kita harus ingat bahwa penikahan bukan ajang pamer yang nantinya kita baru menyadari akibat kita menyepelekan bahwa keuangan mu kosong.
3. Mau sehebat apapun kamu, tapi dengan pasangan tidak dilandasi dengan komunikasi terbuka, sudahlah 'wassalam' terkadang kita sadari yah, bahwa ada pasangan yang malu atau sungkan untuk mengatakan sebenarnya. Justru pihak lain bisa menunggu kita bicara. Ada momen di mana karakter utama selalu tidak enak hati, sampai di mana dia menyadari bahwa dia tidak jujur jika tidak nyaman. Hal, ini jika memang adanya perbedaan coba diskusi, untuk apa kamu masih mengkhawatirkan pasanganmu jika nantinya setelah kamu menjalani secara sah hal itu menjadi kebiasaan mu, justru kamu yang rugi begitupula dianya akan merasa bersalah atau menyesal seumur hidup.
4. Jangan cepat menyerah jika perbedaan muncul, banyak sekali pasangan batal nikah akibat ribut saat menyiapkan pernikahan. Padahal justru, ini adalah awal mula dari nanti sulitnya menjalani rumah tangga. Justru dari sini, kita harus tau, mau dengan siapa pun orangnya, perbedaan pendapat pasti ada, yang perlu kita ambil adalah bicarakan dengan tenang, dan jangan emosi.
5. Ucapan orang bisa jadi adalah dalang dalam pola pikir kita. Cuplikan teman dari karakter utama perempuan mengatakan bahwa, "menantu gak akur sama mertua." Bahkan memang karakter utama perempuan ini sudah dilamar oleh karakter utama pria yang levelnya beda. Hal itu membuat asumsi tercipta : harus mewah lah, senilai harganya. Padahal dari pengalaman orang lain itu bisa jadi acuan tapi jangan sampai sepenuhnya. Coba tanyakan, dan belajarlah memandang dengan sudut pandang luas.
Kita sadar, bahwa diera ini sangatlah berbeda dengan era jaman dulu, ya, kan? Nikah siap, gas! Tapi saat ini, 'siap' aja tidak cukup. Bagaimana jika kemantapan siap nya hanya secara mental, lantas ilmu pengetahuan, agamanya, akidahnya, finansialnya, 'belum siap'?
Jangan jadikan cerita orang sebagai role harusnya bagaimana nanti pernikahanmu berjalan. Seharusnya, kamu coba untuk melihat kemampuan mu, dan kemampuan pasanganmu. Tidak perlu mewah tapi jika kamu bahagia dengan kesederhanaan juga tidak masalah. Jika memang mampu untuk mewah, karena seumur hidup, silakan. Tapi, jangan merugikan yang lain bahkan diri sendiri.
FAI-32
