Doomscrolling dan Burnout: Mengelola Informasi di Dunia yang Berisik -->

Header Menu

Doomscrolling dan Burnout: Mengelola Informasi di Dunia yang Berisik

Jurnalkitaplus
05/11/25

Assalamualaikum Sobat Jkpers!

Jurnalkitaplus - Mungkin ini akan relatable dengan kamu yang pernah mengalami atau sedang atau memerhatikan temanmu dan kamu kebingungan. Jujur, aku sempat mengalaminya dan tentu baik dan tidak baiknya pun itu menjadi tantangan besar bagi kita untuk bisa mengontrol tetap seimbang.

Perihal doomscrolling hal yang sadar atau kita sadar pernah atau sedang kita lakukan saat ini atau bahkan barusan. Oke! Stop! aku ingin mencoba posisi kan dirimu sebagai orang yang belum tahu apa-apa dan berkeinginan secara tulus mengetahui informasi ini.

Doomscrolling seperti kebiasaan mencari tahu informasi negatif secara berlebihan, hal itu membuat kita terasa cemas, stres dan ketakutan bahkan ketidakberdayaan. Masih ingat dengan munculnya COVID-19, banyak kan yang cenderung berlebihan memperbaharui berita tanpa henti, bahkan hal itu membuat mereka terasa semakin tertekan. Kita tahu bahwa otak manusia lebih rentan terhadap ancaman.

Nah, faktor penyebabnya :

1.       Merasa cemas dengan berita buruk atau bencana global, yang membuat orang merasa cemas dan rasa ingin tahu yang berlebihan mendorong mereka untuk terus mencari pembaruan.

2.       Dari segi sistem pemberitahuan platform media sosial dan aplikasi berita dalam menggunakan notifikasi kita tahu untuk menarik perhatian pengguna justru membuat mereka terus kembali untuk bisa membaca dan mencari informasi lebih banyak.

3.       Dengan kehadiran gadget dan aplikasi justru member akses yang lebih mudah ke berita dalam waktu nyata yang mendorong orang untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengakses informasi yang sering kali negatif.

Ngeri tapi memang itu banyak terjadi, bukan? Lalu, dampaknya:

1.       Karena berlebihan terpapar berita negatif, nah ini dapat memperburuk perasaan cemas yang mengakibatkan stres meningkat.

2.       Adanya perubahan hormon akibat stres dapat menyebabkan gangguan tidur, atau yang kita kenal insomnia.

3.       Banyaknya informasi yang menekan dapat membuat kamu merasa lelah dan kurang termotivasi.

Lalu, apa itu burnout? Terdengar familiar, bahkan mungkin temanmu pernah cerita : "aku pernah burnout dua kali dalam setahun" kamu hanya planga-plongo, atau langsung cek di 'google' jadi kami akan menyederhanakan : kondisi kelelahan mental, fisik dan emosional akibat tekanan yang berkepanjangan, biasanya karena kerjaan atau memang tanggungjawab yang sangat berat.

Biasanya disebabkan :

1.       Tugasnya datang terus gak ada kesempatan untuk istirahat atau bahkan jadi kesulitan mengatur waktu, hal itu membuat lelah.

2.       Tidak adanya dukungan berupa apresiasi entah dari teman kerja atau atasan. Kamu bisa merasa seperti tetap bergerak melakukan tapi ya di tempat tanpa ada gairah semangat.

3.       Biasanya ketika kamu merasa bahwa kamu tidak memiliki kendali atas pekerjaan atau kehidupan pribadimu, jadi munculnya perasaan tidak berdaya.

Sedangkan untuk dampaknya : dari merasa kehabiasan energi dan tidak mampu lagi memberikan yang terbaik di pekerjaan atau kehidupan mereka, sering kali memicu gangguan kecemasan dan depresi, hingga dari kamu merasa kelelahan yang cenderung tidak dapat bekerja secara efektif.

Terkait, hubungan antara Doomscrolling dan Burnout saling memiliki kaitan erat, keduanya berkaitan dengan kelebihan informasi yang mampu membebani mental dan emosional seseorang.

Kita tahu, bahwa Doomscrolling juga salah satu penyebab utama hadirnya burnout dari paparan informasi yang berlebihan dari berita negatif bisa memperburuk stres dan kelelahan secara mental.

Lalu, bagaimana cara mengelola informasi dan menghindari Doomscrolling serta Burnout?

a.       Belajar untuk bisa menentukan waktu dalam membaca berita juga jangan biarkan diri sendiri terjebak dalam siklus berlarut-larut.

b.      Coba untuk matikan pemberitahuan yang tidak perlu agar tidak terjebak dalam godaan untuk terus memeriksa ponsel.

c.       Beralih dari berita buruk dengan mencari konten yang edukatif atau menginspirasi adalah langkah untuk bisa mendapatkan rasa damai.

d.      Gunakan teknik meditasi, walaupun sepele tapi sangatlah membantu menenangkan pikiran dan mengurangi kecemasan seperti pernapasan.

e.      Ambil waktu untuk beristirahat dari teknologi dan beri waktu untuk diri sendiri tanpa terpapar informasi yang membebani.

f.        Ceritalah, apapun itu yang membuatmu merasa lega pada teman atau keluarga hal ini dapat mengurangi perasaan terisolasi dan meningkatkan kesejahteraan emosional

dengan melakukan sedikit demi sedikit, insyaAllah perasaan itu tidak muncul lagi. Karena harus diri kita sendiri yang bergerak.

FAI-32

Sumber referensi :

https://today.ucsd.edu/story/doomscrolling-again-expert-explains-why-were-wired-for-worry

https://www.theguardian.com/technology/article/2024/jul/19/doomscrolling-linked-to-existential-anxiety-distrust-suspicion-and-despair-study-finds

https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8250995/

https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11047568/

https://www.deltapsychology.com/psychology-ponderings/the-psychological-impact-of-misinformation-and-information-overload

https://phys.org/news/2024-08-fomo-key-factor-mental-health.html

https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10757012

https://www.uhhospitals.org/blog/articles/2024/07/doomscrolling-breaking-the-habit