Assalamualaikum Sobat Jkpers!
Masih ada yang mengira bahwa yang lahir pada tahun 1997 termasuk generasi milenial, ya, kan? Saking gapteknya dan lain sebagainya—tidak semuanya, kok! Jadi, mereka termasuk kategori Gen Z. perihal judul yang kita akan bahas ialah terkait perubahan normal yang ternyata mempengaruhi kesehatan mental.
Tumbuhnya karena adanya perubahan besar dalam masyarakat terkait dengan identitas gender, normal sosial, dan kesadaran tentang keberagaman. Nah, salah satu aspek yang paling menonjol dari generasi kita adalah cara memandang identitas gender, terkadang lebih cair dan fleksibel dibandingkan generasi sebelumnya.
Ada juga faktor penting yang mengaitkan perubahan norma identitas gender dan dampaknya ada pada kesehatan mental:
Kita lebih terbuka, lebih sedikit juga terikat pada kategori tradisional seperti laki-laki atau bahkan perempuan. Dan kita sebagai generasi Z cenderung mengenali diri sendiri sebagai non-biner, ya ga sih? Atau lebih mengidentifikasi diri dengan spektrum gender lain. Semisalnya, masuk akses ke sosial media yang justru ini membantu kita dapat memahami bahwa gender bukanlah sesuatu yang tetap dan dapat berubah seiring waktu.
Positifnya kita jauh lebih besar menerima diri dan kemampuan untuk mengekspresikan identitas gender dengan cara otentik dapat meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi perasaan asing.
Negatifnya karena kita tahu banyak penerimaan dalam kelompok tertentu, justru timbulnya tekanan sosial atau diskriminasi masih dapat memengaruhi kesejahteraan mental khususnya mereka yang hidup di lingkungan kurang toleran.
Dengan seiring meningkatnya kesadaran akan identitas gender yang beragam ini, justru norma sosial yang mengatur peran gender tradisional dipertanyakan. Karena melihat beberapa di antara kita sebagai spektrum, bukan sebagai dua kategori yang kaku. Kita lebih sering menuntut kesetaraan gender di berbagai aspek kehidupan, misalnya dari pekerjaan, pendidikan, hingga hubungan interpersonal.
Positifnya sangat terbuka untuk ruang berdiskusi terkait identitas gender dan kesetaraan yang dapat mengurangi perasaan kesepian dan isolasi bagi individu yang sebelumnya merasa terpinggirkan atau tidak sesuai dengan norma tradisional.
Negatifnya adanya ketegangan antar norma tradisional dan norma yang berkembang dapat menyebabkan stres, kebingungan atau perasaan tertekan, terutama bagi kita yang merasa terjebak di antara dua pandangan dunia yang sangat berbeda.
Kita tumbuh dengan media sosial yang sangat berperan dalam membentuk pandangan terhadap identitas gender. Dari platform semua sosial media inilah memungkinkan kita untuk bisa mengeksplorasi dan mengekspresikan identitas dari segi pribadi maupun dalam komunitas global. Dengan ketersediaan figur publik yang mengidentifikasi diri dengan berbagai gender juga bisa memberi ruang untuk penguatan identitas bagi kita yang merasa terpinggirkan.
Positifnya, kita bisa melihat representasi yang lebih beragam di media sosial yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memberikan contoh positif bagi mereka yang sedang membangun identitas gender mereka sendiri.
Negatifnya adanya tekanan untuk memenuhi standar kecantikan dan peran gender tertentu yang dibangun media sosial dan timbul kecemasan, stres, bahkan gangguan tubuh. Selain itu, munculnya cyberbullying atau komentar negatif dari orang lain bisa berdampak buruk pada kesejahteraan psikologis.
Masuknya pendidikan tentang keberagaman gender semakin masuk ke dalam kurikulum sekolah dan universitas dengan fokus pada pemahaman tentang identitas gender sampai diskriminasi. Nah, hal inilah yang memberi kita ruang untuk bisa lebih memahami dan merangkul identitas gender yang lebih luas, serta membantu mereka menyadari pentingnya hak-hak asasi manusia terkait gender.
Positifnya dari pemahaman yang lebih baik tentang identitas gender ini dapat memberikan rasa aman dan mendukung kesejahteraan mental karena kita merasa bisa diterima dan dihargai.
Negatifnya adanya perbedaan pandangan antara generasi atau budaya yang lebih tua bisa menyebabkan ketegangan dan bagi sebagian orang, pendidikan justru terasa mengancam atau membingungkan.
Walaupun adanya kemajuan dalam hal penerimaan, stigma terhadap identitas gender non-biner dan transgender masih ada di berbagai tempat. Kita sering kali terlibat dalam gerakan untuk hak-hak gender dan berjuang untuk penerimaan yang lebih besar dalam masyarakat. Namun, yaaa, kita juga harus bisa menghadapi tantangan besar contohnya diskriminasi, kebingungan dan kurangnya dukungan di beberapa lingkungan.
Negatifnya adanya diskriminasi terhadap identitas gender ini dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan perasaan terasing. Generasi kita seringkali lebih terbuka tentang masalah mental, tapi sayangnya stigma lingkungannya tidak mendukung.
Banyaknya dari kita merasa diberdayakan oleh komunitas online dan kelompok pendukung identitas gender yang lebih luas. Dukungan dari teman sebaya atau komunitas LGBT memberi ruang aman untuk berdiskusi dan mengekspresikan identitas gender tanpa rasa takut akan penilaian.
Positifnya dengan mempunyai jaringan sosial yang mendukung dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental. Karena kita tahu bahwa teman sebaya memiliki pemahaman serupa tentang identitas gender dapat memberikan rasa solidaritas yang memperkuat kesejahteraan psikologis.
Negatifnya semisalnya jejaring sosial atau teman dekat tidak mendukung, justru ini bisa menyebabkan perasaan keterasingan yang mendalam, yang dampaknya buruk pada kesehatan mental.
Kita berada di persimpangan perubahan besar dalam cara masyarakat memandang dan mengelola identitas gender. Sementara kita merasa lebih terbuka, sadar, dan mendukung keberagaman gender, dampak dari perubahan norma ini terhadap kesehatan mental sangat kompleks.
Jadi, menurut kami, jika seimbang tidak masalah, kan?
FAI-32
https://www.routledge.com/Gender-Trouble/Butler/p/book/9780415389556
https://link.springer.com/book/10.1057/978-1-137-51053-2
https://www.apa.org/practice/guidelines/transgender.pdf
https://www.simonandschuster.com/books/iGen/Jean-M-Twenge/9781501152016
https://ncmedicaljournal.com/article/1171
https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1926349
https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0891243287001002002
https://www.ucpress.edu/book/9780520246980/masculinities
https://www.cambridge.org/core/books/rising-tide/4A01C5B6F6B9C157A0D0DB3B7A43D674
https://psycnet.apa.org/record/2012-03418-001
https://psycnet.apa.org/record/2003-01997-001
https://www.glsen.org/research/national-school-climate-survey
