Guru Besar USK Contohkan Nilai Pendidikan dan Kemandirian Ekonomi di Aceh -->

Header Menu

Guru Besar USK Contohkan Nilai Pendidikan dan Kemandirian Ekonomi di Aceh

Jurnalkitaplus
03/11/25

Prof. Dr. Mustanir, M.Sc. (LognewsTV)


Jurnalkitaplus.com. Indramayu - Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Prof. Dr. Mustanir, M.Sc., menegaskan pentingnya pendidikan berbasis nilai serta kemandirian ekonomi daerah.


Menukil LognewsTV, keinginan SDM yang unggul dan mandiri ia sampaikan dalam Pelatihan Pelaku Didik di Ma’had Al-Zaytun, Ahad (2/11/2025). Kegiatan ini diikuti 2.971 peserta dari unsur dosen, pendidik, mahasiswa, pelajar, pengurus asrama, wali siswa, pelaku pertanian P3KPI, serta berbagai elemen masyarakat. 


Prof. Mustanir hadir menjadi pembicara mengenai "Pendidikan Berbasis Nilai dan Keteladanan". Dalam paparannya ia menekankan bahwa pendidik memiliki peran strategis. Bukan hanya sebagai penyampai ilmu tetapi juga penanam nilai dan keteladanan moral, “Sering kali peserta didik hanya menerima pengetahuan, namun tidak mendapatkan nilai di balik ilmu tersebut. Pendidikan harus menghadirkan keseimbangan antara ilmu dan amal, serta dunia dan akhirat,” ujarnya.  


Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kewirausahaan USK tersebut mengangkat keteladanan tokoh-tokoh Aceh, termasuk Cut Nyak Dien, Cut Meutia, dan Laksamana Malahayati yang menurutnya mencerminkan keberanian, integritas, dan dedikasi bagi umat dan bangsa.  


Nilai Ke-Syiah Kuala-an  

Prof. Mustanir memperkenalkan Nilai Ke-Syiah Kuala-an sebagai karakter pendidikan USK (Universitas Syiah Kuala), meliputi:  

  • Ketauhidan dan Spirit Keilmuan 
  • Keseimbangan Syariat dan Hakikat 
  • Keikhlasan dan Pengabdian 
  • Toleransi dan Persatuan Umat 
  • Akhlakul Karimah  

Menurutnya nilai-nilai tersebut telah menjadi DNA USK dalam melahirkan lulusan berilmu, berakhlak, dan memiliki kepedulian sosial.  Prof. Mustanir lantas menilai bahwa pendidikan berbasis asrama (boarding school) lebih efektif dalam membentuk karakter disiplin, kemandirian, pola hidup bersih, pembiasaan ibadah, serta kemampuan beradaptasi dengan dinamika zaman.  


Aceh sebagai Pusat Minyak Nilam Dunia  

Memasuki isu kemandirian ekonomi daerah, Prof. Mustanir secara khusus menyoroti potensi besar minyak nilam Aceh (patchouli oil), komoditas unggulan yang kini menjadikan Aceh dikenal sebagai pusat nilam dunia hingga 2030. 


Minyak nilam menjadi fixator (pengikat aroma) sehingga wangi parfum bertahan jauh lebih lama. Selain parfum, nilam kini dikembangkan sebagai bahan anti-aging, facial wash, aromaterapi, hingga produk kesehatan dan kecantikan bernilai ekspor.  


LognewsTV/YouTube


USK, melalui kolaborasi dosen dan mahasiswa, melakukan penelitian dan pengembangan hilirisasi nilam mulai dari budidaya, penyulingan, standar mutu, hingga inovasi produk turunan. USK juga membentuk Koperasi Nilam sebagai model pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis akademik dan riset. 


Prof. Mustanir memberikan gambaran konkret nilai ekonominya. Dari budidaya 1 hektare dengan ±15.000 bibit, dapat dihasilkan ±200 kg minyak nilam sekali panen. Dengan harga rata-rata Rp1 juta per kg, potensi pendapatan mencapai Rp200 juta per panen, dan dengan tiga panen per tahun, petani dapat memperoleh Rp600 juta per hektare per tahun. “Jika dikelola secara profesional dan konsisten, nilam mampu menjadi penggerak ekonomi masyarakat dan mengangkat martabat daerah di pasar global,” tegasnya.  


Apresiasi Ma’had Al-Zaytun  

Pimpinan Ma’had Al-Zaytun Abdussalam Panji Gumilang, S.Sos., M.P., mengapresiasi pemaparan Prof. Mustanir. Ia menegaskan bahwa pemerataan pendidikan merupakan kunci tercapainya kesejahteraan nasional. 


Ma’had Al-Zaytun pun telah memulai pembangunan Politeknik Tanah Air terhitung peletakan batu penjurunya pada 28 Oktober 2025, bagian dari komitmen memperkuat pendidikan vokasi dan keterampilan terapan. (ALR-26)