Ketika Dokter Mengoperasi Dirinya Sendiri -->

Header Menu

Ketika Dokter Mengoperasi Dirinya Sendiri

Jurnalkitaplus
25/11/25



Ted-Ed

Pada April 1961 lalu, Ekspedisi Antarktika Soviet yang Keenam mengalami peristiwa tak biasa. 

Jurnalkitaplus - Dokter Leonid Rogozov, satu-satunya dokter tim mulai merasa lemah dan berapi-api dengan rasa sakit di sisi kanannya. Setelah beberapa hari, diketahui ternyata ia memiliki appendiksitis, infeksi penyebab usus buntu pecah. 

Rogozov tahu jika usus buntu sudah pecah, kemungkinan membahayakan nyawa. Sementara itu di luar badai salju berkecamuk, berbahaya baginya untuk meninggalkan stasiun atau meminta orang lain untuk mencari bantuan. 

Rogozov menghadapi pilihan sulit: menunggu bantuan yang mungkin tidak pernah datang, atau membuka perutnya sendiri dan mengeluarkan usus buntu itu sendiri. Akhirnya ia memilih opsi terakhir.

Meski situasi Rogozov terdengar ekstrem, appendiksitis tidaklah jarang. Ini mempengaruhi sekitar 1 dari 12 orang. 

Lantas, apa yang menyebabkan appendiksitis? mengapa organ ini sangat rentan pecah? Simak selengkapnya.

David R. Flum dalam Ted-Ed "What does appendix pain feel like?" pada 5 September 2024 lalu menjelaskan bahwa Apendiks adalah kantong kecil berbentuk cacing, terhubung ke usus besar yang menampung berbagai mikroba usus. 



Berwarna merah (Ted-Ed)

Para ilmuwan berspekulasi organ itu merupakan sisa evolusi yang tidak berguna, dibuktikan bahwa ia berevolusi secara independen di banyak mamalia berbeda. Apendiks mungkin memiliki beberapa fungsi, meskipun tidak langsung seperti reservoir untuk bakteri usus yang sehat, atau memainkan peran memunculkan respons imun.

Tetapi apendiks juga bisa menyebabkan komplikasi serius. Kebanyakan kasus appendiksitis ini dimulai dengan semacam penyumbatan. Misalnya, sepotong kecil feses kering (yang disebut appendikolit) dapat tersangkut di pintu masuk organ. Bisa juga patogen seperti virus atau parasit yang mengaktifkan sistem imun, menyebabkan peradangan. 

Respons imun kemungkinan dipicu oleh salah satu dari ratusan spesies bakteri yang biasanya tinggal di usus kita. Akibatnya, kelenjar getah bening di dekatnya membengkak, secara efektif menutup pembukaan apendiks. 

Karena apendiks adalah lingkaran tertutup, ketika sudah disegel maka tekanan meningkat dengan cepat. Ini menciptakan lingkungan sempurna bagi bakteri untuk mengkoloni dan tumbuh. 

Saat apendiks yang terinflamasi membengkak, kita akan merasa tidak nyaman. Dan rasa sakit ini berbeda dari sakit perut sehari-hari. Biasanya dimulai di dekat perut kemudian pindah ke perut kanan bawah dan meningkat. 

Apabila tidak diobati apendiks dapat terus meregang, menghambat aliran darah, dan melemahkan dinding organ. Akhirnya dapat menyebabkan apendiks pecah, memungkinkan infeksi menyebar di dalam perut. Jika sudah demikian konsekuensinya bisa fatal. 

Untungnya tidak semua kasus appendiksitis akan menyebabkan pecah, tapi tetap saja tidak terprediksi kapan ia akan pecah hanya dari gejala saja. Jadi, disarankan jika mengalami sakit perut parah untuk mencari perhatian medis segera. 

Sejak dokter pertama kali mengidentifikasi appendiksitis pada akhir 1800-an, apendektomi atau pengangkatan apendiks secara bedah, menjadi pengobatan standar. Biasanya pun dilakukan dengan cepat dalam 24 jam setelah diagnosis. 


Ted-Ed

Dokter mengangkat organ yang terinflamasi, (yang dapat dua kali lipat ukurannya) baik melalui satu sayatan besar atau melalui beberapa sayatan kecil menggunakan kamera dan instrumen kecil. 

Pemulihan biasanya cepat dan kebanyakan pasien dipulangkan dalam satu atau dua hari. Walaupun, jika apendiks sudah pecah, operasi dapat lebih luas karena bakteri dan nanah perlu dibersihkan menyeluruh dari rongga perut. 

Hidup tanpa apendiks dalam jangka panjang pun tidak menyebabkan masalah kesehatan. 

Kemajuan medis saat ini memungkinkan pengangkatan Apendiks tanpa operasi. Ia sering dapat diobati dengan kursus antibiotik sederhana, dimulai di ruang darurat dan dilanjutkan di rumah. 

Apapun jalur pengobatan yang dipilih tidak akan se-menyakitkan Rogozov, yang, setelah memberikan dirinya anestesi lokal, mengeluarkan apendiksnya sendiri, menjahit dirinya sendiri, dan melanjutkan tugas regulernya dua minggu kemudian. 

Namun, berkat kisahnya, dokter di stasiun-stasiun terpencil di Antarktika sekarang berjaga-jaga mempersiapkan banyak antibiotik obat appendiksitis. 

(ALR-26)